Hari mulai senja, langit telah membiaskan warna mentari.
Sepulang kerja Hany merasakan begitu lelah, karena beberapa hari terakhir Hany harus lembur dari pagi hingga malam.
Dan baru kali ini Hany pulang petang, lelah namun harus dijalani.
Hany teringat Erna yg tinggal di desa yg mungkin lebih beruntung karena tidak merasakan lelah yg teramat dahsyat.
Dum!. seperti bunyi sesuatu meletus mengagetkan Hany, lalu Hany mencari arah bunyi tersebut, ternyata kompor Vivi meledak.
"Haduh Vi, kenapa?". Aku sambil berlari mendekati Vivi yg sedang memasak.
"Gak tau ni Han, kompor aku berapi."
"Ya iyalah berapi mosox berair".kletukku.
"Hany!", teriak Vivi kepadaku.
"Bukan tolongin ". pinta Vivi.
"Aku?, mana bisa nolongin ". jawabku.
"Minta tolong kantor polisi", timpalku lagi.
sambil aku melepaskan regulator yg terpasang di kompor.
"Beri aku uang". pintaku pada Vivi yg tak lama kemudian api pun tidak lagi menyala.
"Iya deh, nanti sebagai ganti uang, kamu bisa makan masakanku". kata Vivi terhadapku.
"Emang boleh".
"Boleh".
"Tapi sedikit".
"pelit".
"Dari pada tidak, wek wek", ejek Vivi
"Iyh deh, nanti aku makan masakan mu kalau beres kompormu.
Tak lama kemudian komporpun menyala seperti semula, Vivi pun kemudian masak, yg aku gak tau masak apa.
Lalu aku pun dengan khayalan yg indah yg ada di imajinasi yang membawa aku lelap pada tidurku. Dan Vivi pun tidak pernah lembur, berangkat pagi pulang petang jadi dia tidak pernah bermalas malasan, Vivi sibuk dengan masakan.