Sebelumnya, Vista diminta untuk berpisah dengan Eideth karena Ia bukanlah pelajar di Akademi. Sedari awal menonton dari samping, Vista memperhatikan tuannya dengan seksama. Kemampuan Eideth selalu menjadi misteri karena Ia tidak pernah terlihat menunjukkan seluruh potensi kemampuannya. Ia sedang mempertimbangkan tingkat ancaman yang dimiliki Eideth pada pasukan Dewa dunia lain. "Semoga kali ini Aku bisa melihat kekuatanmu dengan lebih jelas".
Regu Eideth terkepung oleh dua regu lain dari sudut yang berlawan. Kedua regu itu adalah regu dari peringkat kedua dan ketiga. Dirugikan dalam jumlah dan persebaran posisi. Di regu musuh diarah depan, memiliki tiga Vanguard dibandingkan regunya, Catherine seorang Reaper yang pastinya hebat dengan sihir dan satu individu yang posisinya tidak diketahui. Regu diarah belakang adalah regu yang terdiri dari lima orang Breaker, dengan Liam sebagai penyerang utama.
Komposisi regu Eideth lebih seimbang namun mereka kalah dalam setiap aspek langsung. Membelah regu mereka untuk menahan kedua sisinya sudah melemahkan pertahanan mereka. Tidak mungkin menerobos pertahanan tiga Vanguard dari regu Catherine. Membalikkan punggung mereka untuk menghadapi Liam juga menjadi masalah karena Reaper itu.
"Croww, tolong bantu ketua dan sampaikan permintaanku" ujarnya. Liam merasa Ia salah dengar perkataan Eideth barusan. Rekan-rekannya hendak maju untuk menyerang Eideth tapi Liam menahan mereka. Tanpa kata-kata, hanya dengan tatapan teguran Ia berhasil membuat rekannya patuh. Saat Croww pergi, Liam melancarkan serangan pertamanya. Tekanan kuat keluar dari tubuhnya, tubuh Eideth terasa ditimpa oleh kekuatan itu mencoba menjatuhkannya.
Liam sedikit kecewa tapi Ia tidak ragu untuk menyelesaikan tugas mereka. Ia mengizinkan rekannya maju menyerang. Croww merasakan sedikit sensasi dipunggungnya setelah meninggalkan Eideth. Ia tahu perasaan itu, "itu [Pressure]" ujarnya. Sebuah teknik turunan dari Overflow. Dengan melepaskan pancaran mana dengan tekanan tinggi setipis mungkin, praktisi Overflow dapat menumbangkan oposisi tanpa menguras banyak Mana. Itu adalah teknik serangan mental.
"Jangan berbalik dan fokus pada tugasmu Croww" Ia berhasil menahan niatnya untuk berbalik, menyelesaikan misinya adalah yang terpenting. Eideth jatuh berlutut dengan kaki kanannya. Ia mencoba mengangkat kepalanya dengan kesusahan menatap pada regu Liam. Ketika mereka sudah dalam jarak yang cukup dekat, Eideth melepas topengnya. "Kena kalian, Earth pillars [Geyser X Gate]".
Pilar tanah menusuk keluar dari bawah kaki mereka, dua dari lima orang berhasil diterbangkan dengan serangan tiba-tiba itu. Menahan pressure tidaklah begitu sulit setelah berhadapan dengan bibinya, salah satu Ksatria terkuat di Kekaisaran. Meskipun begitu, Eideth berhasil memperkirakan kekuatan Liam. Ia tidak yakin bisa menahan Pengguna Teknik sihir tingkat Elite begitu lama.
"Demi menyelesaikan misi, Aku harus menjalani bagianku, Vaylantz" Eideth memanggil Regalia miliknya keluar. Ia membuat kuda-kuda berpedang meskipun Ia hanya memegang sebuah tongkat. Liam menyadari Regalia itu, dan menilai Eideth setidaknya bukanlah orang biasa. Ekspektasinya terpecahkan dan kini Ia semakin waspada dengan lawan didepannya. Dengan kedua rekannya yang masih aktif, Ia berniat menerobos Eideth dan menyelesaikan tugas ini. "Majulah Kalian" tantang Eideth.
"Dia lebih memilih menghadapi Liam dibandingkan Aku, dasar sombong, raagh..." Catherine melancarkan serangan jarak jauh menggunakan sihirnya. Rapalan mantranya cukup cepat untuk membombardir rekan Eideth dengan semua jenis mantra serangan yang Ia tahu. Sayangnya Dain menjaga posisinya dengan erat, menjaga pijakannya agar tidak terdorong mundur.
Croww melewati Rina dan membantu Dain menahan serangan sihir dibelakang perisainya. "Ketua, Eideth punya rencana, dia minta bantuanmu" teriak Croww. Mendengar itu Canis memberi pukulan balik yang mendorong ketiga Vanguard itu mundur beberapa langkah. Ia kembali untuk mendukung perisai Dain sambil mendengarkan rencana dari Croww. "Kau yakin dengan itu" tanya Canis, "iya itu sulit loh" sambung Dain.
"Ya, Aku minta tolong padamu Ketua, selamatkan Rina dan para peri, Aku akan memberi Kalian peluang". Ditengah tembakan sihir oleh Catherine, Croww melesat ke sayap kiri musuh. Ia berputar melewati pertahanan Vanguard dan menyerang balik pada Reaper mereka. Bersiap dengan belati di tangannya, Croww berniat memberi celah untuk rekan-rekannya beraksi.
Sayangnya, seorang siswa berhasil menghalanginya. Ia menahan Croww dengan perisai buckle di tangan kiri dan menyerang balik menggunakan pedang di tangan kanan. Croww menghindar namun melangkah mundur. Ia kesal melihat pemuda yang dihadapinya, itu adalah wajah yang tidak ingin Ia lihat berlawanan dengannya. Pemuda itu adalah seorang Ace.
Dengan banyaknya jenis posisi dalam militer, tiap benua membentuk sebuah posisi unik milik mereka sendiri untuk menyesuaikan situasi peperangan melawan Dewa dunia lain. Calix, benua barat memperkenalkan posisi Overseer itu menyalurkan informasi medan perang secara langsung. Rensha, benua timur yang memiliki masalah geografis itu memperkenalkan posisi Battery, seorang yang tugasnya menyimpan pasokan Mana untuk digunakan oleh sebuah regu. Arkin, benua utara ini memperkenalkan posisi Ace, seorang yang mampu dan dapat ditempat ke berbagai bidang untuk mengisi kekosongan.
Croww tidak ingin berbincang dengan pemuda itu karena Ia dalam misi yang genting. Mereka langsung saja saling baku hantam, coba melumpuhkan lawan mereka secepat mungkin. Ace itu berhasil melancarkan serangan telak pada Croww membuatnya terjatuh. Merasa sudah menang, Ia hendak melumpuhkan lawannya tapi Croww tersenyum. Misinya sudah selesai. Ace itu berbalik kepada Catherine.
Tepat saat Croww mendapat serangan telak, Ia berhasil melemparkan belatinya pada Catherine. Ia tahu lemparan itu takkan melukai si penyihir tapi akan mengakibatkan sesuatu yang lebih buruk. Karena menghindari serangan, Catherine membatalkan rapalan mantranya, mimpi buruk seorang penyihir.
Saat serangan jarak jauh dari Reaper terhenti. Canis segera melaksanakan rencana mereka. "Permisi ya" Ia meminta izin pada Rina untuk mengangkatnya. "Aku siap" Rina memegang para peri dengan erat. Dengan sekuat tenaga, Canis melemparkan Rina dan para peri sekuat tenaga ke udara. Dalam hitungan detik, Rina melesat hingga mencapai ketinggian setidaknya lima belas meter.
"Giliranku" ujar Dain. Canis melempar Dain lebih rendah dibandingkan Rina. Supaya Dain dapat mendarat dan menangkap Rina sebelum Ia jatuh. Canis berhasil melempar rekannya secara berturut-turut, tanpa kehilangan momentum Ia mengambil kembali kapaknya dan meladeni Vanguard pengganggu. Croww yang terbaring terluka kagum melihatnya dari tepi.
Catherine memarahi Ace karena tidak menjalankan tugasnya dengan baik dan memerintahkannya untuk mengejar Rina dan Dain yang berhasil kabur. "Ketua, kasih Croww makan ini" ujarnya melempar sebuah kantung. Canis menangkap kantung itu dan menghampiri Croww, mengabaikan Vanguard yang menjaganya.
Tahu mereka takkan mampu menghentikan Canis sepenuhnya, mereka kembali pada Catherine untuk menguatkan pertahanan karena Ia yang menjaga peri yang mereka selamatkan. Catherine menolak ide itu tapi rekan-rekannya memaksa. Mereka sudah kehilangan mangsa mereka, namun mereka tidak boleh mundur disini.
---
Eideth menghadapi regu Liam dengan cukup baik. Meskipun tiga lawan satu, Ia berhasil menghalangi mereka mengganggu rekannya. Saat pedang mereka beradu, ekspresi wajah Liam berubah. Kebingungan terlihat jelas di wajahnya. Ia menilai Eideth sebagai pengguna Teknik sihir tingkat intermediate, namun serangannya sama sekali tak menggoyahkan Eideth.
Ketika pengguna Teknik sihir saling berhadapan, mereka akan terlihat seperti pertarungan pedang biasa, menetralkan serangan kuat lawan mereka. Eideth berhasil menahan Liam dengan murni kemampuan berpedangnya. Melihat pemimpin mereka kesulitan, kedua bangsawan itu coba mengkeroyok Eideth dari berbagai sisi.
Eideth berhasil menyibukkan mereka bertiga dengan cara yang paling efisien. Eideth mendorong Liam yang menjaga peri mereka untuk bertahan. Sementara rekannya yang coba menyerang balas tidak pernah mengenainya. Eideth mengingat sebuah momen di perang bintang, dimana penjahat berhasil mengakali karakter utama. Ia menyerang kelemahan mereka dan mendominasi. Eideth sangat ingin melihat dirinya beraksi saat ini dari sudut pandang ketiga agar Ia bangga.
Di meja mereka, Zatharna dan saudarinya menonton dan menyoraki Eideth dengan semangat. Mereka tidak pernah melihat permainan pedang semenarik itu. Bukan bentrokan dua kekuatan melainkan seni berpedang yang jarang di perhatikan orang-orang. Deith di ujung meja merasa bangga dan mengangguk melihat atraksi itu, merasa seperti menonton film.
Kakak kelas yang menyaksikan itu, mencemooh perlawanan Eideth. Mereka tidak percaya seseorang dapat menghadang peringkat kedua beserta dua rekannya sendirian. Guru pembimbing yang menyaksikan itu juga tak percaya, kecuali Shixal yang bersorak memberi semangat pada Eideth. Hal itu diluar profesionalisme guru yang harusnya bersikap netral saat mengawas.
---
Rencana trebuchet mereka berhasil. Dain mendarat lebih awal untuk menangkap Rina yang menjaga target mereka. Ia segera melepas Rina dan menyuruhnya pergi selagi Ia menghalangi Ace dari regu Catherine. Rina berlari sekuat tenaga untuk membawa para peri ke tempat selamat. Berkali-kali tubuh dan kakinya hendak menyerah tapi Ia tidak bisa berhenti. Ia tidak mau menyia-nyiakan kerja keras rekan-rekannya.
"Bu Shixal, Rina dari regu tujuh melapor kembali, Kami sudah mengamankan target", "baiklah Rina regu tujuh, Kamu sudah bisa istirahat namun Kamu tidak bisa bergabung kembali dengan rekanmu, sampai mereka datang kemari" balas Shixal. Kini tugas mereka yang masih berada diluar adalah untuk kembali. Jika mereka gagal, poin yang didapat dari pengawalan itu akan diserahkan seluruhnya kepada Rina.
"Clergy sudah aman" teriak Rina memberitahu rekan-rekannya. Teriakannya terdengar sampai ke telinga Eideth yang berada jauh dibelakang. "Itu kodeku untuk pergi, dah" Eideth menendang Liam menjauh, kemudian menghindari serangan rekan-rekannya mencoba berkumpul kembali bersama regunya.
Setelah memakan buah beri didalam kantung itu, luka Croww pulih tanpa bekas. Canis sendiri sampai kaget meskipun tidak yakin benda kecil itu dapat menyembuhkan rekannya. Eideth segera menyusul mereka dan mengajak untuk berkumpul dengan Dain. Tanpa buang-buang waktu, mereka melintasi regu Catherine dengan cepat.
Liam tak percaya Ia dijatuhkan seperti itu, "tuan Liam, anda baik-baik saja" rekan Liam juga sama kagetnya. "Aku baik, Kita harus segera mengejar mereka" Liam berdiri dan menyapu pasir dari pakaiannya. Penyerangan Liam dan Catherine sudah gagal total. Regu Eideth berhasil lolos dari cengkraman mereka melawan semua ekspektasi. Kini mereka harus kembali untuk menyerahkan poin mereka sebelum waktu habis.
Dain berhasil terselamatkan saat rekannya tiba, karena itu Ace memilih untuk mundur dan kembali ke regunya dimana mereka punya kesempatan lebih tinggi untuk bentrokan langsung. Rekan-rekannya menyarankan mereka segera kembali tapi Eideth menolak. "Aku sudah janji mereka akan menyesal karena menusuk Kita dari belakang" ujarnya. Canis setuju untuk membantu Eideth, Dain juga Croww tidak begitu sulit untuk dibujuk setelahnya.
"Beri Aku lima menit untuk menyiapkannya" pinta Eideth. "Aku akan pastikan Kau mendapat lima menit itu" balas Canis, Ia merasa terkesan Eideth bisa menahan Liam dan rekannya sedari tadi, setidaknya Ia ingin membalas budi. "Meskipun Aku ketuanya, Aku percaya dengan rencanamu, jadi buat mereka menyesal" sambungnya. Croww dan Dain juga mendukungnya meskipun hal yang mereka lakukan ini tampak tak berguna.
Tanpa membuang waktu, Eideth mengeluarkan kertas perkamen dari sakunya. Itu adalah perkamen yang setengah selesai untuk gulungan sihir yang Ia janjikan pada Revnis. Eideth masih bisa menggunakan perkamen itu karena simpanan Mana didalamnya masih penuh, namun Ia harus menyelesaikan formula sihir.
Eideth meminta izin pada Zatharna untuk menggunakan gulungan sihir itu semenjak Ia masih belum bisa memakai Talent miliknya. Sihir yang akan Ia gunakan bukanlah sihir dari dunia ini melainkan dari TTRPG. Hal ini langsung diperdebatkan oleh para gm. Setelah berunding, Fawn kalah sekali lagi karena Ryx memihak Zatharna. Namun supaya adil, Fawn bisa menentukan mantra level berapa yang bisa digunakan gulungan itu.
"Sihir level dua adalah batas maksimum dari gulungan itu, Kamu tidak bisa menggunakan Fireball, rasakan itu" ujar Fawn dengan kesal. Eideth tidak merasa keberatan karena itu cukup. Ia punya mantra level dua yang sempurna untuk itu. Menuliskan formula sihir dan perhitungannya untuk formula mantra tersebut. Ia berusaha secepat yang Ia bisa.
Canis dan Croww maju menghalang regu oposisi itu secara langsung sementara Dain menggunakan tamengnya melindungi Eideth dari serangan jarak jauh Reaper. Canis dan Croww menunjukkan kegigihan dan kebuasan mereka yang tidak pernah mereka tunjukkan sebelumnya. Meskipun mustahil menahan sepuluh orang hanya berdua, Eideth berhasil menahan mereka sambil mendukung layaknya Catalyst, mereka sendiri tidak mau kalah.
Catherine tahu Eideth sedang merencanakan sesuatu yang berbahaya, sehingga Ia mencoba sekuat tenaga untuk menggagalkannya. Mantra serangan Catherine juga semakin kuat mencoba membobol pertahanan Dain yang begitu kokoh. Dikuatkan dengan Teknik sihir Harden, Dain seperti sebuah tembok yang kokoh melindungi Eideth dari serangan. Pertarungan itu semakin berlarut dan rekan Eideth mulai kelelahan menahan posisi mereka, "sedikit lagi" ujar mereka bertiga dengan gigih.
Selesai menuliskan bait mantra terakhir, akhirnya gulungan sihir itu selesai. Eideth tertawa dengan histeris akan rencana jahatnya. Regu oposisi merasa waspada mendengar tawa itu, sementara rekan-rekannya merasa lega. "Aku sudah bilang kalian akan menyesal mengkhianatiku, sekarang saksikanlah, Aku tidak berbelas kasih lagi, DATANGLAH Tonorions [Phantasmal Force]"
Eideth memanggil sebuah makhluk yang mengerikan. Perlahan keluar dari lingkaran sihir diatas tanah, menunjukkan bentuk tubuhnya yang menyeramkan. Makhluk seperti kelabang berkulit tebal berduri dengan tangan belalang sembah. Tubuhnya terpisah menjadi segmen-segmen yang ditutupi kulit berduri yang menancap keluar secara tidak alami. Kaki-kaki berlapis baja itu memiliki cakar tajam disetiap ujungnya. Dengan rahang yang penuh taring tajam layaknya serangga lain, Ia memiliki tiga pasang mata yang menyala. Makhluk itu seperti keluar dari alam mimpi buruk.
Teriakan cekikikan layaknya serangga itu memekakkan telinga regu Liam dan Catherine. Tonorions itu hanya mengintimidasi mereka, namun efek itu berlipat ganda pada peri yang mereka selamatkan. Dihadapan Tonorions, peri-peri itu panik begitu memandang makhluk menyeramkan itu. Mereka seperti mendapat mimpi buruk saat terbangun, membayangkan diri mereka akan dilahap oleh makhluk itu. Para peri segera melarikan diri meninggalkan penyelamat mereka. Liam dan Catherine gagal meyakinkan mereka seperti sebelumnya dan kehilangan semua peri yang sudah mereka selamatkan.
Dibelakang kepanikan itu, Eideth tertawa layaknya penjahat. Menikmati kesengsaraan dan teriakan histeris dari para peri, kebingungan regu musuh juga memuaskan kedengkian hatinya. Rekan-rekannya sendiri hampir menjadi takut kepadanya. Eideth berhasil merapalkan mantra Phantasmal force untuk pertama kalinya, Ia juga memodifikasi mantra itu supaya dapat dilihat oleh orang lain tanpa menakuti mereka. Hanya target yang dipilihnya akan merasa ketakutan oleh ilusi itu.
Ekspresi tenang Catherine dan Liam segera hancur saat mereka kehilangan semua poin yang sudah susah payah mereka kumpulkan. Eideth berhasil mengeksploitasi peraturan dari tugas mereka. Tim pengawal diberi tugas untuk menjemput dan mengawal peri, karena itu mereka tidak dapat merebut peri yang dikawal tim lain. Tim penyelamat tidak bisa menjemput peri dan harus merebut mereka dari tim berlawanan. Eideth mengucapkan selamat tinggal pada kedua regu itu selagi mereka mencoba mengumpulkan kembali poin mereka dari nol.
Eideth melepas topeng penjahat itu dan kembali seperti semula. "Ayo Kita kembali teman-teman" ajaknya, Tatapan tidak setuju itu tak terelakkan dari teman-temannya. "Eideth, itu kejam sekali loh, meskipun Aku sudah menduganya, Kamu tidak perlu sampai tertawa seperti itu", "iya, Kamu seperti seorang penjahat". Eideth juga melihat raut wajah dari kakak kelas di lantai dua yang menjadi waspada terhadapnya.
Eideth tidak mempungkiri hal itu, Ia sudah siap dengan konsekuensi mendatang apapun bentuknya itu. Ia sudah menunjukkan pada setiap orang disana agar tidak mengganggunya lagi. Meskipun Ia akan mendapat hantaman balik dari faksi Utara dan Selatan, setidaknya mereka akan lebih menghormatinya setelah tahu kemampuannya tadi. Setelah kembali ke garis awal, regu tujuh dinyatakan pertama yang lolos dengan lima poin. Shixal memuji kerja keras mereka namun guru pembimbing lain tampak waspada.
Guru pembimbing bertanya sihir apa yang Eideth rapalkan untuk menghalau para peri kabur ketakutan seperti itu. Ia menjawab selayaknya penyihir, berkata itu adalah rahasia yang tidak bisa Ia bagikan, mengakhiri pembicaraan itu sebelum dimulai. Mereka tidak bisa menggali informasi lebih karena Eideth mengingatkan tabu. Regu tujuh akhirnya dibubarkan dan mereka bisa istirahat.
Guru pembimbing kesulitan menilai penampilan mereka, terutama Eideth. Tiap-tiap individu memenuhi tugas posisi mereka bahkan lebih, beradaptasi disetiap situasi, namun perlawanan balik terakhir itu sulit mereka nilai. Shixal berkata Ia tidak menemukan keanehan. "Bukannya saya membela siswa bimbingan saya namun Ia melakukan tugasnya dengan baik. Mendukung rekannya menyelesaikan misi dan melancarkan serangan. Ia juga memperlihatkan tugas Catalyst untuk melemahkan lawan, meskipun berakibat kemalangan lawan mereka" jelasnya. Shixal merasa mereka tidak perlu memperbedatkan hal itu.
"Kerja bagus" puji Vista sambil bertepuk tangan. Eideth memperkenalkan Vista pada rekan-rekannya dengan benar kali ini. Mereka akhirnya tahu Eideth adalah seorang bangsawan, karena dapat membawa pelayan ke Akademi. "Apa Kamu tidak takut melawan bangsawan dari faksi itu" tanya Dain. "Mereka saja tidak tahu nama keluargaku, tenang saja, wajahku ini mudah terlupakan" tanpa sadar Ia menusuk perasaannya sendiri.
Setelah latihan itu, regu tujuh dibubarkan karena semenjak awal mereka hanyalah kelompok tugas sementara. "Aku senang dapat satu kelompok dengan kalian" ujar Eideth, "kuharap Kita masih berteman setelah ini". Teman-temannya tersenyum mendengar itu, "tentu saja, meskipun Kita akan dimasukkan kedalam kelompok lain, Kita tetap teman" ujar Croww. "Aku juga tidak sabar melawanmu langsung saat Kita berhadapan" ujar Canis. "Aku akan berlatih lebih keras lagi untuk menjadi Vanguard yang baik" ujar Dain. "Aku juga akan mempelajari sihir pendukung supaya bisa lebih banyak membantu" ujar Rina.
Sedikit aneh mendengar ucapan perpisahan mereka berisi tujuan dimasa depan. Eideth yakin rekan-rekannya saat ini akan jadi lebih kuat saat mereka bertemu kembali, baik sebagai teman ataupun lawan. Ia merasa sudah melaksanakan tugasnya menjadi seorang Catalyst, namun perasaan haus itu belum terpuaskan. Perjalanannya masihlah panjang. "Semoga Kita bisa satu kelompok lagi dimasa depan" ucap Eideth tanpa sadar mengatakan isi pikirannya. "Tentu saja, Kami juga mengharapkan itu" balas mereka sambil tersenyum