Saat Eideth dalam perjalanan kembali ke kamarnya, banyak murid baru berbondong-bondong pergi keluar. Ia bertemu Canis, tetangganya yang seorang Vork. "Kalian semua ingin kemana", "Kau tidak tahu, Kita perlu mengambil seragam Kita". "Hari ini hari seragam?" ujarnya terkejut. Eideth mempercepat langkahnya untuk menjemput Vista.
Ia menggedor pintu itu sekeras mungkin, agar menunjukkan kedaruratan situasi. "Apaan sih, tengah hari begini ribut-ribut pula" kecamnya kesal membuka pintu. "Ayo cepat, hari ini hari seragam, Kita harus mengambil seragam Kita" ajaknya. "Tapi Aku tidak belajar disini" balasnya, "Kau perlu seragam untuk memasuki kelas, dan Kau harus mengikutiku terus ingat" jelasnya.
Vista mengunci kamarnya terlebih dahulu kemudian mengikuti Eideth. Mereka menanyakan arahan pada murid lain yang sudah mengambil seragam mereka. Mereka sampai di sebuah toko di luar gerbang, tempat itu bekerja sama dengan akademi untuk menyediakan seragam para pelajar baru. Eideth ingat melewati tempat itu sebelumnya saat mereka kabur ke toko buku.
Didalam, mereka disambut oleh pemilik toko. Melihat dari dua pasang lengan kecil tambahan yang keluar dari punggung mereka, Eideth yakin mereka dari ras Beastmen, lebih tepatnya seorang silk spider. Keduanya berasal dari ras yang sama, dan Eideth menyadari mereka berdua begitu dekat secara fisik. "Maaf, apa Kami mengganggu", "tentu saja tidak, ayo masuk, mari Kita ukur tubuh kalian" ujarnya.
Eideth dan Vista berpisah untuk mendapat pengukuran masing-masing. Saat pemuda laba-laba itu mengukur tubuhnya, Eideth melihat sebuah perhiasan unik. Sebuah kalung yang terbuat dari sutra yang dililit seperti tali. Pemuda itu sadar Eideth memperhatikan kalungnya. "Oh, selamat atas pernikahanmu" ucap Eideth. "Eh, Kamu tau" Ia tidak menyangka Eideth mengetahuinya.
Eideth mengerti keterkejutan itu, "Aku pernah melihat Beastmen lain membuat hal yang serupa, meskipun tiap jenisnya berbeda, Aku yakin itu misanga pernikahan" jelas Eideth. "Itu benar tuan pelanggan, Kami Beastmen akan membuat misanga menggunakan bulu ataupun rambut pasangan kami, untuk Kami manusia laba-laba, Kami akan membuat misanga dari sutra pasangan Kami" tambahnya.
"Bisa Kamu jelaskan sedikit tentang itu, Aku suka belajar tentang budaya ras lain" pintanya. Tanpa menghentikan tangan utamanya mengukur tubuh Eideth, Ia memakai tangan laba-labanya itu untuk menunjukkan misanganya lebih dekat. "Mungkin cukup sulit dibedakan, tapi satu dari tiga helai sutra di misanga ini memiliki warna yang berbeda, itu adalah milik istriku, untuk pria, kami melilit helai pasangan di pusat, melindunginya dari kerusakan, kalau untuk wanita, mereka akan menganyam misanga mereka dan membentuk pola yang bagus, untuk mendukung helai milik pria" jelasnya.
Eideth merasa sangat terpukau mengetahui itu, Ia tahu tiap budaya memiliki upacara yang berbeda. "Lalu, kalian apakan misanga itu, Aku tidak pernah melihat kalian memakainya lebih dari sebulan setelah pernikahan". "Yah, bagian itu... Kami punya kepercayaan yang berbeda tiap Beastmen, kalau kami manusia laba-laba akan memakannya, agar kami punya sebagian esensi pasangan kami dalam tubuh kami" jelasnya, "akhirnya selesai" sambungnya tak lama.
Eideth tidak sabar akan menambahkan catatannya begitu sampai di kamar asrama. Beastmen itu melihat hasil pengukurannya dan memperkirakan ukuran pakaian yang cocok. "Coba kamu kenakan ini" pintanya. Ia memberi Eideth salah satu seragam yang sudah dibuat sebelumnya.
Sebuah jas beserta celana panjang berwarna biru navy dan Egyptian dihias dengan jahitan sutra emas. "Wow, ringan, Aku kira akan lebih berat karena kainnya tebal" puji Eideth. "Terima kasih atas pujiannya, kami membuatnya lebih ringan untuk mengurangi beban kalian, kamu akan mengerti saat mengenakan peralatanmu". Eideth tahu apa yang pemilik toko itu maksud namun Ia tidak berpikir akan seburuk itu, "masa iya" ujarnya tak percaya.
---
Keesokan harinya, tibalah waktu kelas perkenalan. Kelas pertama yang dibuka umum untuk setiap kelas. Dimana semuanya bersama-sama mendengarkan upacara penyambutan dari kepala sekolah. Eideth mengambil tempat duduk dibarisan yang sudah ditetapkan untuk kelasnya. Bersama dengan Vista, Ia mengambil tempat duduk ditengah barisan supaya tidak terlalu mencolok.
Karena kehadiran Vista, murid-murid lain segera menargetkan perhatian mereka pada sosok pemuda tampan itu. "Aku tidak tahu ada yang setampan itu di kelas C, masa sih dia seorang catalyst" bisik mereka. Bisikan itu sebenarnya tidak begitu keras, namun orang disekitar mereka membisikkan hal yang sama. Eideth menyesal membawanya ikut hanya menambah kesulitannya.
Selama upacara pembukaan itu, Eideth begitu kesulitan menjaga konsentrasinya. Entah karena tempat duduknya terlalu jauh dari panggung depan, atau karena perhatiannya terbagi dengan menyembunyikan wajahnya. Ia hanya bisa menjaga perhatiannya selama satu jam, sebelum Ia mulai mengantuk, agar tidak kelihatan tertidur, Ia menyibukkan diri memainkan ponselnya dengan senyap.
Setelah upacara penyambutan, mereka diperintahkan untuk memasuki kelas pertama mereka. "Kalian semua dibubarkan" sesuai perintah dari Kepala Akademi, setiap pelajar segera ke kelas mereka. Eideth dan Vista sampai ke kelas C, disana mereka bertemu murid-murid lain. Mereka terlihat seperti orang yang biasa-biasa saja. Para murid perempuan yang menyadari kehadirannya, berbondong-bondong menyapa Vista.
Eideth dengan santai meninggalkan rekannya, seperti yang seharusnya sudah Ia lakukan semenjak upacara pembukaan. Ia mengambil tempat duduk dibarisan depan, Ia juga terkejut tubuhnya berjalan secara insting ke sana. Eideth bangga Ia bukan karakter utama yang anti sosial, duduk diujung kelas dekat jendela, hal klise seperti itu.
Pelajaran pertama mereka dimulai, murid perempuan di bubarkan untuk duduk ke meja mereka masing-masing. Vista menolak ajakan murid perempuan dan duduk disebelah Eideth. Vista menoleh dan melihat Eideth menatapnya dengan ekspresi tidak nyaman, melotot tajam kedalam matanya, posturnya saja seperti mengatakan sesuatu. "Why are you geh" Vista mendengar sebuah suara aneh dalam kepalanya.
Wanita itu memperkenalkan dirinya kepada kelas C. Perhatian seluruh kelas tertuju padanya, seragam putihnya yang rapi, rambut pink keunguan diikat menggunakan penusuk rambut yang kental dengan karakteristik timur. Eideth mengenalnya sebagai salah satu guru pengawas dari tes masuk Akademi. "Perkenalkan semuanya, Saya Shixal fou lebrunne, Saya akan jadi pembimbing kalian selama satu tahun yang akan datang, lakukan tugas yang Saya minta, ikuti pelajaran dengan baik, dan berusaha keras saat praktik, Kalian akan lulus di kelas ini" ujarnya. Eideth menaruh pena ditangannya ke atas meja, tebakannya salah begitu saja.
"Ayo Kita mulai pelajarannya..." perkataannya terpotong, menyadari kehadiran Vista duduk di meja paling depan. Ia sedikit ragu untuk sesaat dan melirik sejenak kearah Eideth. Dari pandangan matanya, sepertinya Ia tahu dan khawatir tentang keberadaan Vista. Eideth membuat gestur, tunggu sebentar
Eideth berbisik ke telinga Vista, memberinya perintah itu. Vista berbisik dengan suara pelan, namun kekuatan muncul dari perkataannya. "Aku bersumpah tidak akan menggunakan pengetahuan ini untuk melawan Artleya" bisiknya pelan tanpa memancing perhatian murid lain. Eideth mengacungkan ibu jarinya memberitahu semuanya akan baik-baik saja.
Entah kenapa Ia percaya kepadanya, tanpa garansi apapun. Shixal meletakkan bukunya diatas meja dan mengambil sebatang kapur, "biasakanlah membuat catatan selama di kelas, itu akan membantu kalian belajar di lain hari" ucapnya sebelum memulai pelajaran. Perlahan-lahan Ia mulai mencatat poin-poin penting di papan tulis itu.
Pelajaran pertama adalah pengenalan posisi, Shixal mulai menjelaskan kenapa Kekaisaran membentuk enam posisi utama dalam program militer mereka. "Ada tiga alasan utama, pertama untuk mengasah kemampuan tiap individu untuk melakukan tugasnya dan menutupi kelemahan rekan yang lain". Meskipun Eideth sudah tahu pelajaran itu, Ia tetap membuat catatannya sendiri, sambil mendengarkan dengan seksama.
[Tujuan Pembentukan Enam Posisi Utama
> Mengasah kemahiran utama dan menutupi kelemahan rekan.
> Memaksimalkan komando dan perencanaan strategi di lapangan
> Menempatkan unit yang tepat untuk menyelesaikan masalah.]
Tulisnya di buku catatan itu. Eideth sudah memahami pelajaran itu diluar kepala. Ia mengingat berbagai misi yang Ia jalankan dirumah. Mencoba berbagai posisi untuk mencari yang sesuai untuk dirinya. Namun misi terakhirnya sebelum pergi berpetualang yang membulatkan pilihannya.
Eideth mengingat setiap saat dari pertarungan itu, ayah dan bibinya pergi menyelesaikan Sixen, sehingga Eideth dan Zain ditinggal untuk menjaga perbatasan. Eideth sadar Ia tak bisa menjadi Breaker, Hunt, ataupun Reaper dengan kemampuannya yang biasa saja. Namun Talentnya bangkit setelah itu. Ia mendapat kekuatan TTRPG dan mengontak Dewi Zatharna. Meskipun Ia bisa memilih ulang posisinya, Eideth menyadari esensi dari Talentnya itu, kekuatan dari kerja sama. Ia sadar Ia lebih cocok menjadi Catalyst agar bisa memperkuat calon rekannya di masa depan.
...
"Itu saja untuk hari ini, kelas dibubarkan" Shixal merapikan mejanya kemudian pergi. Ketenangan kelas hilang seketika, dihancurkan oleh desahan lelah. Bukan karena pelajaran tersebutnya membosankan, melainkan karena pelajaran selanjutnya yang menunggu mereka. Eideth dan Vista dihalangi keluar dari meja mereka oleh para pelajar perempuan. Mereka mulai berkenalan dengan Vista dan menanyakan berbagai pertanyaan.
Vista menjadi sangat populer dikalangan perempuan, wajah tampan serta kulit putihnya yang indah itu sangat membantu dikutip dari para gadis. "Kenapa tuan Vista selalu mengikuti pria itu, apa Kalian teman" tanya salah seorang dari mereka. "Dia itu tuanku, Aku hanya menemaninya ke akademi, Aku bukan seorang pelajar disini" jawabnya.
Tatapan tajam langsung beralih kepadanya, Eideth sendiri sampai kaget. Mereka segera mengamati setiap sudut dari wajah Eideth, mencoba mengenalinya. "Dia siapa ya?" Untungnya, tidak ada satupun yang mengenalnya. Di Akademi, cukup wajar bagi para bangsawan untuk membawa pelayan mereka ke dalam kelas. Pelayan mereka akan selalu berjaga di sisi mereka setiap saat, dan akan melindungi tuan mereka sekiranya terjadi masalah.
Sebelum Eideth dihujani pertanyaan, Ia segera kabur lewat bawah meja dan meninggalkan kelas. Disaat semua perhatian tertuju pada tingkah laku anehnya itu, Vista sudah menghilang dari kepungan gadis dan mengikuti Eideth dari belakang. "Lho, kok Vista menghilang" tanya gadis-gadis itu.
Eideth tahu kabur itu sia-sia karena kelas selanjutnya akan segera dimulai. Mereka berdua pergi ke lapangan akademi, disana setiap kelas berkumpul menunggu pelajaran selanjutnya. Di tengah lapangan, Eideth melihat para senior dari kelas kedua tengah menonton mereka. Kelas umum itu adalah pelatihan berkelompok. Sebuah regu dengan anggota yang akan diambil dari tiap-tiap kelas. Kelas ini bertujuan untuk memperlihatkan bagaimana sebuah tim dibentuk.
Eideth sedikit penasaran tim seperti apa yang Ia akan temui. Idealnya, sebuah tim perlu satu orang dari masing-masing posisi, namun karena ini adalah kelompok yang terdiri dari lima orang, akan ada satu posisi yang dibuang. Eideth merasa percaya diri karena Ia cukup tahu tentang META untuk berbagai skenario. "Tim seperti apa ya, tiga Breaker dengan Catalyst dan Clergy cukup menggiurkan, atau dua Vanguard dengan satu Hunt, oh... Aku tidak sabar" ucapnya dengan antusias.
Guru pembimbing dari tiap kelas akhirnya muncul, mereka menunjuk sebuah nama lalu menempatkan siswa itu kedalam kelompok yang sudah direncanakan. "Eideth" begitu namanya dipanggil oleh Shixal, seluruh siswa segera mempusatkan perhatian kepadanya. Mereka menunggu ranking satu yang misterius itu.
Eideth dengan berat hati maju kedepan. Ia tidak menyangka Ia akan memperkenalkan dirinya seperti itu. Eideth pergi ke regu yang ditunjuk oleh Shixal di ujung lapangan. Ia melihat beberapa rekan di regunya menjaga jarak darinya. Anggota terakhir dari regunya akhirnya sampai, dan Eideth langsung mengenali wajahnya. "Canis?", "Eideth" mereka saling menyapa.
"Sayang sekali Aku tidak berada di regu lain, Aku sangat ini melawanmu, tapi tak apalah" Eideth tidak terkesan dengan pujian itu, meskipun begitu, Ia senang ada wajah familiar dalam grupnya. "Pak guru, kenapa mereka sendiri enam orang" keluh seorang siswa. Eideth melihat Vista juga berada di regunya. "Dia bukan bagian dari regu, Ia hanya mengikuti Eideth tuannya, tuan Vista tolong menonton dari ujung lapangan" ujar Shixal.
"Vista tolong ya" Eideth memohon sambil mentransmisikan pesan tambahan dalam pikirannya, "jangan kemana-mana dan jangan ngapa-ngapain". Vista pergi dengan patuh atas berdebat. "Wow, jadi dia pelayanmu, apa Kamu bangsawan" tanya Canis. "Seperti itulah..." jawabnya.
Perhatian orang-orang semakin tertuju padanya, seorang bangsawan yang tak dikenal, menempati rangking satu di ujian pendaftaran. Pendukung faksi menjadi waspada padanya. "Itu dia, Aku mengenalinya sekarang" teriak seorang senior dari lantai dua. "Itu kenapa pula?", "oh senior itu... Aku dengar murid baru menghajar beberapa senior di asrama sehabis mereka merundung siswa baru, semua orang sudah mendengar rumornya, itu kau juga?" tanya Canis.
Eideth hanya bisa tertawa dan berpaling tanpa menjawab. Eideth melihat semua orang mulai berbisik tanpa memalingkan mata mereka darinya, pastinya membicarakannya. Eideth mengucapkan selamat tinggal pada kesan pertamanya, Ia akan diingat sebagai anak bermasalah. Kedua siswa dari regunya mengangkat tangan, "bu, apa Kami bisa ganti regu" tanya mereka.
Eideth tidak bisa kesal dengan mereka, Ia sadar regunya pasti akan jadi target selama kelas ini. "Ayolah teman-teman, bukankah sedikit meyakinkan Kalian satu tim denganku" ujarnya. Mereka berdua segera menunjuk ke suatu regu di sisi lain lapangan, mereka membuat gestur mengancam, menarik garis didepan leher mereka. "Maaf anak-anak, tapi Kalian harus tetap bersama, lagipula ini hanya regu latihan sementara, bertahan saja" ujarnya.
Latihan kali ini adalah latihan misi penangkapan. Setiap grup akan mencoba menangkap sebuah target dan membawanya pulang dengan selamat. Beberapa guru merapalkan sebuah mantra, "[Summon Faeries]" berbagai peri kecil muncul. Mereka berterbangan di udara dengan sayap kecil mereka. Guru-guru itu memerintahkan mereka untuk berpencar di persekitaran Akademi, "tolong jangan bersembunyi di dalam kelas ya" pinta mereka.
"Tugas kalian adalah menjemput peri-peri ini pulang kepada kami, semakin banyak peri yang Kalian bawa, semakin tinggi nilai Kalian mengerti?" ujar para guru. Peri-peri itu berlari lebih dulu berpencar ke segala arah, para murid belum bisa mulai sebelum aba-aba. "Bersedia, siap, mulai" dan misi penjemputan dimulai.
Canis segera berlari, hendak meninggalkan regunya tapi Eideth berhasil menahannya. "Hey, Kamu mau kemana, tunggu dulu, Kita harus berdiskusi". "Haah?" Kebingungan bisa terlihat jelas di wajahnya. "Untuk apa? Yang lain saja sudah pergi, nanti Kita ketinggalan" keluhnya. "Kita tidak mungkin menangkap seorang peri dengan cara biasa, mereka itu bisa terbang dengan sangat cepat, mustahil menangkapnya dengan tangan" ujar Eideth.
"Itu benar, Kami itu sangat cepat, Kalian tidak akan bisa menangkap Kami semudah itu" ujar seorang peri disamping telinga Canis. Mereka berlima terkejut melihat peri itu menghampiri mereka. Canis mencoba menangkapnya dengan kedua tangan, tapi selalu saja terlepas. "Lihat kan, karena itu Kita harus membuat rencana, nona peri, tolong tunggu sebentar ya dan jangan menguping" pinta Eideth.
Mereka mulai berkenalan dengan satu sama lain, "Aku Eideth, seorang Catalyst", "Aku Canis, Breaker dari kelas A", "Dain, Vanguard, kelas D", "Croww, Hunt dari kelas S", "Rina, Clergy dari kelas B". "Regu Kita tidak buruk, dua penyerang, Catalyst, Vanguard, dan juga Clergy" Eideth terkesan. Regu mereka cukup seimbang.
"Sudah kan, ayo Kita tangkap peri itu" seru Canis, "belum, Kita masih punya dua masalah" ujar Eideth. Mereka semua kecuali Canis mengerti apa yang Eideth maksud. Eideth menjelaskan dengan perlahan pada Canis. "Pertama menangkap peri tidak mudah, Kita harus memakai beberapa trik, Rina bisa Aku minta bantuanmu". Rina sedikit ragu-ragu.
Croww dan Rina adalah dua siswa yang sebelumnya meminta pergantian regu, mereka berdua punya pemikiran yang sama. "Aku tahu sedikit mencemaskan satu regu denganku, tapi Aku menjamin, selama di regu ini, Aku akan membantu Dain melindungi Kalian, tapi untuk itu Aku butuh kerja sama semua orang, Aku mohon" Eideth menundukkan kepalanya.
Mereka kaget seorang bangsawan semudah itu menundukkan kepalanya. "Aku akan bekerja sama" ujar Rina, mereka tinggal menunggu Croww. "Sebelum itu jawab pertanyaanku, kenapa Kau pindah ke kelas C, kelas S jadi riuh mendengar kabar Kau pindah" ujar Croww. Eideth memikirkan matang-matang jawabannya. "Karena menjadi Catalyst adalah panggilanku, Aku ingin membuat rekan-rekanku menjadi semakin kuat" balasnya.
Croww melihat keteguhan dari perkataannya. "Baiklah, Aku akan membantu, jadi dukung Aku dari belakang Catalyst" balasnya. Dengan begitu semua orang setuju untuk bekerja sama. "Bisa Kita mulai sekarang" tanya Canis. "Belum, masih ada satu hal lagi..." Eideth menjelaskan rencananya.
...
Peri itu melihat regu Eideth menghampirinya. "Akhirnya kalian selesai, lama sekali, ayo kejar Aku" ledeknya. Peri itu melarikan diri tapi mereka tidak mengejar. "Hey Kalian ini serius apa tidak" peri itu terbang kembali kearah mereka. "Nona peri, bisakah Kamu mengikuti Kami" pinta Eideth baik-baik. "Apa Kamu mencoba mengajakku, tidak terima kasih, wajahmu itu jelek" ejeknya.
Tawa terlepas dari mulut rekan-rekannya tapi mereka masih menahan diri. Canis malah tertawa terbahak-bahak. Eideth sedikit sakit hati mendengarnya. Eideth tahu Ia tampak seperti orang biasa, namun jelek adalah hal baru. Satu per satu mereka coba membujuk peri itu namun hanya mendapat penolakan dan ejekan pahit.
"Apa Kamu mau ikut denganku" tanya Canis, "cih, Aku tidak suka bau Vork". "Bagaimana denganku" tanya Croww, "Kamu terlalu suram". "Aku bisa melindungimu sepanjang perjalanan" ujar Dain, "poni jelekmu menutupi mata". Dain menaikkan poninya, menunjukkan wajahnya yang cukup tampan, tapi peri itu berteguh hati. "Kalau saya" tanya Rina, "Kamu biasa-biasa saja".
Setelah selesai menolak regu itu, peri itu hendak pergi. "Tunggu sebentar nona peri, tolong dengarkan Aku" panggil Eideth. Peri itu tetap tinggal. "Aku Eideth Raziel, bisa Aku dapat namamu" tanya Eideth. "Untuk apa" tanya peri itu dengan curiga. "Jika Aku bisa membuatkanmu puisi yang menyentuh, maukah Kamu ikut dengan Kami, untuk itu berikan Aku namamu" pinta Eideth.
"Menarik, namaku Spirala". Eideth tersenyum dengan sinis. "Spirala, Kamu adalah budakku sekarang" ujarnya sambil tertawa. Sihir dari tubuh Spirala membentuk semacam tali yang mengikat dirinya, ujung tali itu jatuh ke tangan Eideth. "Dan itulah sihir peri, jadi jangan sekali-kali Kalian memberi nama kalian pada mereka" tunjuk Eideth. "Dasar penipu" teriak Spirala.
Rekan-rekannya bertepuk tangan dengan kagum. Meskipun cara Eideth sedikit tidak etis, itu sah-sah saja. "Kalian harus menggunakan cara kreatif untuk menangkap peri, tapi jangan gunakan cara ini lagi atau Kalian nanti akan dibenci, Aku hanya mencontohkan saja" ujarnya. Rekan-rekannya yang lain mendapat kepercayaan diri mereka setelah diberi petunjuk. Eideth yakin mereka bisa melakukan ini.