Eideth tidak akan pernah menyangka, kejadian pertama yang Ia alami saat kembali ke Lucardo adalah ditangkap untuk tuntutan tanpa dasar. Padahal Ia hanya ingin belajar di Akademi seperti orang biasa. Sayangnya dia adalah kasus spesial. "Apa tidak ada keringanan untuk Saya Yang Mulia, ini sangat tiba-tiba, Saya punya tes pendaftaran sebentar lagi". Eideth menjelaskan Ia perlu melakukan tes pendaftaran Akademi.
"Jadi begitu... yah, Kami bisa mengatur itu untukmu, tenang saja, Aku akan mengirimkan pembawa pesan untuk meminta izin kepada pihak Akademi, dengan begitu Kamu bisa ikut dengan Kami" balas Reinhardt. Itu bukanlah jawaban yang Eideth inginkan. "Apa Saya tidak punya pilihan lain", "Tuan Eideth, Saya harap Anda tidak coba berpikir untuk melarikan diri, Anda harus menghadapi ini dengan serius" ujar Gyslaine. Mereka mengungkit perilaku Eideth yang suka melarikan diri pada acara penting, seperti pesta ulang tahunnya setengah tahun lalu.
"Tapi Saya tidak melakukan kesalahan apapun, mengapa Saya harus disidang seperti ini". "Dengan mengikuti pengadilan inilah Anda dapat membuktikan Anda tidak bersalah" jawab Reinhardt. "Tuan Vista juga harus ikut, mengerti" tegas Gyslaine, Vista mengangguk dengan patuh. Sepertinya perjalanan Eideth ke Akademi harus ditunda.
*kemarin yang persidangan itu salah guys, diganti ke pengadilan, gomen
Mereka akhirnya tiba di Istana Kekaisaran. Ia tidak menyangka sidang pengadilan itu akan dilaksanakan disana. Ketika mereka masuk, para penjaga mencoba bersikap seperti biasa dan tidak terlalu membesar-besarkan pengumuman, tidak seperti sambutan meriah kemarin. Mungkin Kekaisaran coba menyembunyikan ini dari mata publik sebaik mungkin. Itu adalah pilihan yang bagus pikirnya. Membesarkan berita ini hanya akan menimbulkan kegelisahan rakyat dan memancing perhatian Apostle lain.
Mereka dikawal masuk dengan prajurit elit Kekaisaran selama perjalanan. Tatapan mata mereka padanya menunjukkan kebencian terhadap Vista. Seorang Apostle, musuh dari Artleya, mereka menjaga sikap mereka karena mengikuti perintah dari sang Kaisar. Tatapan kebencian itu juga mengenai Eideth. Seorang penjaga buka suara mengungkapkan kekesalannya. "Mengapa Kau membiarkannya hidup, tidakkah Kau tau mereka makhluk seperti apa" umpatnya terang-terangan. Gyslaine menegur prajurit itu, "tidak apa, Aku mengerti kebencian Kalian, Aku sudah siap menerima apapun yang ingin Kalian katakan" balas Eideth.
Eideth masuk ke dalam ruangan besar itu dimana banyak orang telah menunggu. Disana terdapat bangsawan dengan kedudukan tinggi seperti duke, marquis, bahkan count lain. Yang mulia Kaisar bersama keluarganya juga berada disana untuk menjadi saksi persidangan itu. Eideth dan Vista diperintahkan untuk duduk ke kursi yang telah disediakan.
Vista langsung menyadari terdapat beberapa orang yang kuat di dalam ruangan itu. Ia berbisik kepada Eideth, "hey, apa Kau mengenal mereka". "Tidak sama sekali" balas Eideth sedikit panik, Ia tidak mengenal satu orangpun kecuali keluarga Kekaisaran. Eideth sedikit berharap nona Isolde ada disana supaya Ia tidak begitu tegang. Pengadilan pun dibuka oleh hakim, jaksa penuntut menunjuk Eideth untuk maju ke depan. Ia diminta untuk mengucapkan sumpahnya untuk tidak berbohong, "Aku bersumpah" balasnya.
"Tuan Eideth, apa benar Anda yang menyelesaikan Menara Sixen yang tiba-tiba saja muncul di hutan belantara yang kini menjadi desa kecil yang dihuni para goblin", "itu benar" Eideth mengangguk. "Bagaimana Anda bisa tiba disana begitu cepat, apa Anda sudah tau menara itu akan muncul disana" tanya jaksa. Eideth diam sebentar berpikir seseorang akan menyela, "keberatan yang mulia, spekulasi", namun Ia tersadar Ia tidak punya pengacara. Eideth mulai menceritakan secara kronologis bagaimana Ia bisa sampai di Desa Aliansi Gobbi.
"Jadi Menara Sixen itu muncul disana secara kebetulan, Aku mengerti" jaksa penuntut itu mundur sejenak. Ia segera melontarkan balasan lanjutan, "maaf tuan Eideth, namun ini sedikit sulit dipercaya, Anda yang memiliki penyakit penolakan Mana, baru-baru ini sembuh, dan sudah bisa menyelesaikan Menara Sixen seorang diri, bisakah Anda menjelaskan itu" tunjuknya. Eideth berdiri dari kursinya, "yang mulia Hakim, bisakah Saya menjawab sambil menunjukkan demonstrasi" Ia meminta izin. Hakim mengangguk.
"Tidak perlu ditutup-tutupi lagi, Aku yakin semua orang sudah tau tentang kisah anak sulung Raziel, memiliki penyakit penolakan Mana membuatnya tidak bisa menggunakan sihir, Aku ingin membuktikan sesuatu, kabar itu benar, Saya memang menderita penyakit itu sepanjang hidup saya", Eideth menaikkan lengan bajunya, "namun tolong perhatikan ini".
Eideth mengalirkan Mana ke lengannya. Perlahan-lahan urat-urat di tangannya menyala mengeluarkan cahaya biru redup, itu dapat dilihat oleh semua orang. "Tubuh saya akan merasa kesakitan saat bersentuhan dengan Mana, itulah penyakit yang saya derita, namun itu tidak pernah menghentikan saya belajar sihir, bekas luka ini adalah bukti kerja keras saya". Semua orang terlihat takjub namun kasihan. Urat ditangan Eideth bersinar bukan hanya menunjukkan kondisi penyakitnya, namun luka yang Ia diterima dari memaksakan Mana masuk kedalam tubuhnya.
"Lihat itu, kasihannya", "iya, Aku tidak pernah melihat luka dari latihan sihir seperti itu", "itu pasti sakit" berbagai bisikan mulai terdengar di ruangan itu. Mereka mulai berempati dengan Eideth atas apa yang sudah dilaluinya. Kelelahan mana yang berkepanjangan dapat menyebabkan urat ditubuh bercahaya ketika dialiri Mana. Hal ini didapat setelah merasakan rasa sakit yang luar biasa dan melewati keletihan Mana berkali-kali. Banyak mengira bahwa itu hanyalah takhayul karena mereka tidak pernah melihatnya secara langsung.
"Tidak hanya saya harus menahan sakit dari kondisi tubuh saya, namun agar saya terbiasa menggunakan Mana agar bisa memakai sihir, saya berlatih sangat keras, tolong jangan panggil saya lemah setelah ini, perlu saya tambahkan, hadirin semua, saya adalah keponakan dari Vinesa Raziel, saya yakin Anda sekalian bisa membayangkan latihan yang sudah saya terima olehnya". Setelah memanggil nama Vinesa, tidak seorang pun mencoba membantah perkataannya.
"Selanjutnya, saya ingin tahu mengapa Anda mengasihani Apostle ini" tunjuknya kepada Vista, "dia adalah musuh Kita, jika Anda cukup kuat untuk mengalahkannya, kenapa tidak Anda bunuh saja dia langsung". "Setelah itu, apa" tanya Eideth balik, "eh" jaksa itu kebingungan. "Jika Saya membunuhnya, setelah itu apa? Kita akan kehilangan satu-satunya petunjuk akan musuh Kita, saya melakukan hal paling logis saat itu" balas Eideth.
"Dan juga, Saya sudah membunuh Vista, perhatikan kulit pucatnya itu, Saya membunuhnya kemudian membangkitkannya kembali menjadi zombie, Saya juga memasang mantra pengekang padanya supaya Ia tidak bisa melarikan diri" jelasnya. Eideth meminta Vista berdiri agar dapat menunjukkan wajahnya dengan jelas. "Kalian puas sekarang" tanya Eideth.
"Lalu mengapa Anda tidak menyerahkannya pada Kekaisaran untuk diinterogasi" tanya jaksa. "Itu tidak memungkinkan, beberapa hari lalu, Saya meninggalkan Vista di kastil Raziel selama pergi ke Murath, Saya mendapat kabar bahwa Vista melarikan diri dengan memblokir sihir saya selama beberapa waktu, Saya harus tetap dalam jarak yang dekat dengannya agar Ia tidak bisa berbuat apa-apa" jelas Eideth.
"Jadi itu alasannya dia membawanya kemari, jika Apostle itu dibiarkan terlalu jauh darinya, Ia bisa saja melarikan diri" bisik para saksi. Eideth senang Ia sudah memikirkan ini sebelumnya, untungnya Pangeran memberi izin untuk membawa Vista ke pengadilan. Vista sendiri tidak senang dengan itu tapi Ia tidak menyangkalnya sama sekali. Ia kagum dengan kemahiran Eideth memikirkan sebuah rencana, walaupun sering berimprovisasi di detik-detik terakhir.
Persidangan pertama telah selesai untuk hari ini. Hakim meminta masing-masing pihak diminta membawa barang bukti ataupun seorang saksi pada persidangan selanjutnya. Dengan ketukan palu itu, persidangan pun di bubarkan. Eideth meregangkan punggungnya merasa letih, padahal Ia belum melakukan apa-apa hari itu. "Sudah selesai kan, ayo Kita pergi Vista" ajaknya dengan santai. Gyslaine dan Reinhardt bangun dari kursi mereka hendak mengantarkan Eideth karena mereka merasa sedikit bertanggung jawab atasnya.
Keluar dari ruangan itu, Eideth dan Vista dihalang oleh beberapa penjaga. Dari baju zirah mereka, mereka bukanlah pengawal Kekaisaran. Eideth melihat lambang yang terukir padanya, "itu... lambang Marquis—", "halo tuan Eideth, Anda buru-buru sekali" panggilnya. Eideth hampir melompat ke belakang berteriak tapi reflek tubuhnya terlalu lambat.
"Marquis Mezi, maaf karena tidak melihat Anda", "tidak apa, Kita juga jarang berbicara dengan satu sama lain, apa kabar Ayah dan Ibu mu", "mereka baik, ahaha... he..." Eideth merasa tidak nyaman basa basi dengan orang tua itu. "Kalau begitu Saya akan langsung saja, Kami berniat untuk melepaskan tuntutanmu jika Kamu mau memberikan Apostle itu pada Kami (faksi Utara)" sarannya.
Ada dua faksi politik besar didalam Kekaisaran Lucardo, yaitu faksi Utara dan Selatan. Awalnya bermula dari persaingan antara bangsawan yang memiliki garis kekeluargaan dengan anggota Kekaisaran dengan bangsawan yang memiliki darah pahlawan. Kedua faksi itu selalu meributkan masalah penyelesaian menara Sixen untuk menaikkan kekuasaan mereka. Undang-undang Kekaisaran telah mengatur kepengurusan tanah dari Menara Sixen yang akan menjadi hak istimewa dari orang yang menyelesaikannya. Tanah, harta, ketenaran itu adalah milik orang yang menyelesaikan Sixen dan tidak bisa diganggu gugat. Kecuali dengan kasus khusus seperti ini.
"Maaf Tuan Mezi, tapi Saya harus menolak, Saya yakin Anda sudah mendengar penjelasan Saya di persidangan tadi, Saya tidak bisa melepas Vista". "Aku mengerti itu, tapi tentunya pasti ada cara lain untuk memindahkan kewenangan sihir pengekang itu" Marquis itu tetap bersikeras menginginkan Vista. "Dengan rasa hormat, Saya rasa Saya harus membuat ini sedikit lebih jelas, Vista disini hampir saja melepaskan diri dengan menghalangi sihir Saya, sihir yang hampir melanggar tabu, Saya harap Anda dapat mengerti niat Saya untuk tetap menjaga Vista seorang diri" jelas Eideth.
Melihat anggota keluarga Kekaisaran mendekat, Marquis Mezi mengundurkan dirinya, namun tampaknya Ia akan kembali. Untungnya Ia tidak meninggalkan perkataan klise layaknya antagonis. "Eideth, Kamu tidak apa, Marquis tidak melakukan apapun padamu, bukan" tanya Gyslaine. "Maaf Kami tidak bisa membantumu, akan sulit jika keluarga Kekaisaran mulai mendekati salah satu faksi" ujar Reinhardt.
"Tidak apa, Saya sangat berterima kasih pada Kalian berdua, Anda jadi mengantar Saya bukan" tanya Eideth. Reinhardt dan Gyslaine tertawa kecil, tidak pernah mendapat perlakuan seperti itu sebelumnya. "Ayo Kita pergi" ajak Reinhardt, "Aku juga ikut" kata Gyslaine. Seorang penjaga melihat hal itu dari dalam bayangan, melihat targetnya pergi, Ia kembali melapor pada Tuannya.
...
Dalam perjalanan ke Akademi Gonan, Vista menanyakan sesuatu kepada Eideth. "Hey, Eideth, apa yang akan Kau lakukan dengan tawaran itu", "Aku tidak akan menerimanya" balas Eideth. Vista merasa sedikit lega didalam hati, Ia baru saja menghindari nasib yang buruk. Namun dalam hatinya Ia masih bimbang dengan pilihan tuannya itu. "Kenapa Kau tidak serahkan Aku saja, dengan begitu Aku tidak akan mengganggumu lagi".
Eideth tidak tahu apa Vista mencoba menghasutnya atau bagaimana. "Tidak seru jika Aku menyerahkanmu pada mereka" balasnya dengan santai seperti biasa. Mendengar balasan itu Vista merasa kesal, Ia kira Eideth benar-benar peduli padanya, ternyata Ia hanya bermain-main. "Apa Kau bisa serius sedikit" gumamnya pelan, "apa Vista" Eideth tidak mendengarnya barusan.
"Apa Kau bisa serius, Aku muak melihatmu seperti ini terus" Vista menarik kerah baju Eideth. Didalam kereta kuda sempit itu, ditonton oleh Gyslaine dan Reinhardt, Vista keluar karakter. Dirinya yang selalu tenang dan dingin seperti patung itu menaikkan suaranya. Reinhardt menaruh tangannya di gagang pedang secara reflek.
Eideth melihat Vista benar-benar serius, jadi Ia harus membalasnya dengan benar. "Kau benar, maaf, Aku akan jawab dengan serius, bisa Kau lepas kerahku". Vista melepas kerah Eideth, "jadi seperti perkataanku sebelumnya, tidak seru jika Aku memberikanmu pada mereka begitu saja, Aku yakin Kau akan langsung melarikan diri setelah Aku menyerahkanmu, bukan Aku tidak percaya dengan kemampuan penyihir Kekaisaran ini, tapi kekuatan dunia lain milikmu itu sesuatu yang dapat menetralkan sihir Kami, jika Kau mendapat kekuatan penuhmu kembali, Aku hanya akan membahayakan Ibukota" jelasnya.
Reinhardt tidak menyangka Eideth sudah berpikir sejauh itu, hal itu membuatnya penasaran seberapa kuat Vista saat melawan Eideth. "Aku ini memujimu loh" seru Eideth. Vista merasa sedikit senang dalam hati walau tidak menunjukkannya. Eideth menambahkan, "kalau mereka begitu menginginkanmu, mereka harus meyakinkanku dulu". Vista mulai membentuk kekaguman terhadap Eideth tanpa Ia sadari.
Sesampai di Akademi, sudah terlihat banyak pendaftar yang pulang setelah menyelesaikan tes. Eideth segera turun dari kereta untuk masuk ke akademi. "Berhenti disana, pendaftaran sudah ditutup, Kami tidak menerima calon pendaftar lagi" Ia dihentikan oleh penjaga. "Tidak apa, Dia bersama Kami" panggil Reinhardt dan Gyslaine. Eideth mengira Ia bisa meninggalkan kedua saudara itu, sepertinya Ia terjebak dengan mereka sedikit lebih lama lagi. Ia ingin menghindari perhatian yang tidak perlu sebaik mungkin di persekitaran Akademi.
Setapak langkah kaki terdengar keluar dari dalam akademi. "Hoho, saya merasa tersanjung dengan kedatangan Yang mulia Pangeran dan tuan Putri" sambut seorang pria tua. Pak tua itu kelihatannya berumur lima puluhan namun Ia terlihat sangat bugar untuk usianya. Memakai jas putih dengan rambut terikat di belakang, seseorang yang bisa dibilang menua dengan elegan.
...
Beberapa jam sebelumnya. Pendaftaran pelajar baru untuk Akademi Ganon mengalami sedikit perubahan. Calon pelajar yang menghadiri upacara pembukaan itu benar-benar terbelanga. Mereka tidak pernah menyangka, dalam sejarah Akademi Ganon yang panjang, Kepala Akademi sendiri akan mengawasi tes pendaftara pelajar baru.
Banyak yang mulai berspekulasi tentang perubahan ini. Teori-teori konspirasi mulai bermunculan dari mulut-mulut peserta. Tanpa sepengetahuan mereka, salah satu teori konsipirasi itu ternyata benar. Kepala Akademi hadir hari ini untuk melihat sesuatu dengan mata kepalanya sendiri. Permulaan dari "Generasi Emas", dimana para genius keluar bersamaan. Sesuatu yang sudah diramalkan sejak ratusan tahun lalu. Perlawanan Artleya untuk menghentikan penjajahan Dewa dunia lain. Ia, dengan semangat, secara pribadi menyambut mereka.
...
"Maaf Kami tidak bisa menyiapkan penyambutan yang layak", "tidak apa pak Kepala, Kami disini hanya ingin mengantarkan seorang teman" balas Gyslaine. "Kami meminjam teman Kami ini karena ada urusan sebentar sehingga Ia tidak bisa mengikuti tes pendaftaran, bisakah Ia melakukan tes susulan" pinta Reinhardt. "Tentu saja, ayo Kita masuk, sepertinya Kami belum selesai beres-beres" ajak pak Kepala.
Mereka masuk ke dalam gerbang Akademi, menuju loket pendaftaran. "Apa Anda yang ingin mendaftar ke Akademi Kami" tanya Kepala Akademi kepada Vista. Pemuda berkulit pucat pasih itu menarik perhatian pak Kepala. Ia bisa merasakan aura kuat keluar dari tubuhnya. Ia bisa tahu Vista bukanlah orang biasa. "Tidak, yang ingin mendaftar adalah Tuan saya" balas Vista dengan hormat.
"Oh", pandangan Kepala Akademi beralih kepada Eideth dengan tatapan serius. Ia mengakui penilaian matanya baru pertama kali salah, namun Ia tidak menyangka pria inilah yang dimaksud oleh Pangeran dan Putri. Ia memperhatikan figur tubuh serta auranya, pemuda itu tampak biasa-biasa saja. Ia lebih penasaran dengan bagaimana bisa pemuda seperti itu begitu dekat dengan keluarga Kekaisaran. 'Yang lebih menarik lagi, mereka semua punya pandangan mata yang begitu hormat pemuda ini, siapa Kau sebenarnya'.
Eideth sedari tadi merasakan mual di perutnya. Ia belum pernah merasakan ini semenjak pesta kedewasaannya setengah tahun lalu. Instingnya mengatakan pandangan mata semua orang mengarah kepadanya. Tatapan yang paling mencolok adalah milik Kepala Akademi, Ia merasa seperti Kepala Akademi menerawang jiwanya. 'Tetap tenang Eideth sebentar lagi semuanya akan selesai' ucapnya dalam hati. Tak disangka perjalanan ke loket begitu panjang, tatapan tidak langsung itu juga semakin lama. 'Kenapa hal sial selalu menimpaku' teriaknya kesal didalam hati.