Chereads / Let me be carefree, please / Chapter 80 - Rocky road to Academy

Chapter 80 - Rocky road to Academy

Seorang pemuda merangkul tas berat di pundaknya, tak lupa Ia membawa koper berisi semua barang-barang yang ingin Dia bawa. Pelayannya menawarkan bantuan namun Ia menolak. Ditengah jalan Ia melihat wajah pelayannya, membuatnya memikirkan ulang. Ini akan jadi interaksi terakhir mereka untuk beberapa waktu yang lama. Eideth menelan rasa malu itu, meminta tolong mengingkari perkataannya tadi. "Ini lebih berat dari yang kukira, bisa tolong bantu bawakan" pintanya. Pelayan itu tersenyum, "dengan senang hati Tuan" jawabnya mengambil koper berat itu.

 

Mereka menambah rute perjalanan mereka sebentar untuk menjemput seseorang. Mereka tiba didepan sebuah pintu, pelayannya mengetuk pintu itu terlebih dahulu. "Kami akan segera berangkat, keluarlah" suruhnya. Keluar seorang pemuda dengan kulit pucat pasih, dengan koper bawaannya sendiri berisikan baju pemberian pemilik rumah. Ia mengira Ia dapat menyuruh pelayan itu membawakan kopernya juga, namun satu tatapan tajam dari sang pelayan menjawab niatnya itu.

 

Mereka pergi keluar dari kastil, disana keluarganya sudah menunggu untuk mengantarnya pergi. Ayah dan Ibunya mengajaknya masuk ke dalam kereta kuda, dimana saudaranya yang lain telah menunggu. "Eideth ayo naik, Kita harus segera berangkat untuk tiketmu itu" panggil ibunya. Ia masuk kedalam kereta pertama, sementara pelayan dan temannya itu mengambil kereta yang lain.

 

Eideth masuk dan duduk ditempat yang mereka sediakan untuknya. Tak memberinya banyak pilihan di kursi tengah. Adik-adiknya, Zain dan Irena mengambil kursi pinggir dimana mereka punya lebih banyak tempat untuk bersandar. Ia tidak dapat mengeluh karena Ia memang datang paling terakhir. Eideth mengeluarkan secarik kertas dari sakunya. Disana tertulis "tiket reservasi". Ia sangat tidak sabar untuk merasakan sihir teleportasi sekali lagi.

 

Sihir teleportasi adalah sihir luar biasa yang mengubah pandangan seseorang terhadap hukum alam. Namun karena sihir itu memakan pasokan Mana yang besar, pemakaiannya dibatasi. Tiket reservasi yang dipegangnya itu sangatlah mahal. Tiket itu menunjukkan bahwa Ia akan melakukan perjalanan dari Raziel hingga Lucardo pada pukul 10. Sesuai yang tertera disana, Altar teleportasi akan aktif untuk menjemputnya. Eideth berpikir ini mirip seperti pergi ke bandara di dunia lamanya.

 

Eideth melihat bukan dirinya saja yang bersiap untuk pergi. Disebelahnya, Zain mengenakan sebuah pakaian yang spesial, Eideth tahu itu karena Ia sudah melihatnya lebih dulu. Ia mengingat Zain berkata Ia akan memakainya saat Ia akan pergi berpetualang. "Baju itu… jadi Kau juga akan pergi hari ini" tanya Eideth. Zain sedikit senang kakaknya menyadari itu. "Ya, Aku berniat mengejar Franz dan segera mencari pahlawan" balasnya.

 

"Saat Kalian menemukannya, segera pergi ke Kuil—", "ya Kak, Aku tahu, tenang saja" potong Zain. Ibu mereka, Lucia menyadari bahwa kedua anaknya sedikit berbeda dari biasanya. "Apa Kalian selalu bersemangat tentang pencarian pahlawan ini", "um… Kami hanya ingin menyelesaikan misi Kami secepatnya", "biasanya ini memakan waktu bertahun-tahun, ada catatan misi Kami tidak dapat terselesaikan dalam masa hidup yang pendek" jawab mereka berdua. Eideth memastikan Ia mengobrol sampai puas dengan saudaranya karena Ia akan pergi kembali.

 

Di kereta belakang, Gerard dan Vista duduk berhadapan dengan begitu tegang. Vista bisa melihat Gerard berpikir untuk membunuhnya berulang kali dengan cara yang berbeda. Vista hanya bisa duduk diam disana menerima perlakuan itu, membuat pergerakan kecil hanya akan membunuhnya. "Kamu beruntung" ucap Gerard tiba-tiba. "Kau beruntung Tuan masih membiarkanmu hidup setelah apa yang Kau lakukan, Ia berbaik hati tidak memberitahukan hal ini pada keluarganya sendiri, Kau bahkan tidak ditahan oleh Kekaisaran berkat jaminan darinya" jelas Gerard. "Alasan Kau masih bisa menarik nafas sekarang, karena Tuanku berbaik hati padamu".

 

Vista menyadari hal itu sejak lama. Semenjak Ia dikalahkan oleh kekuatan misterius milik Eideth, Ia selalu memperkirakan kemungkinan bahwa Eideth adalah seorang Pahlawan. Namun setelah mendampinginya selama beberapa bulan, kekuatannya hanya keluar saat Ia bertarung dengan Apostle dari dunia lain, selain itu Ia selemah orang biasa pada umumnya. Vista tidak bisa membunuhnya ketika Eideth lengah dikarenakan semacam kontrak sihir yang dipaksakan padanya.

 

"Kuperingatkan padamu sekali lagi, jangan coba-coba mengkhinati Tuanku lagi, atau Aku harus memastikan bahwa Ia tidak membuat kesalahan yang sama" ancam Gerard. Vista menelan ludahnya dan mengangguk. Setelah sebuah persyaratan terpenuhi, Vista merasakan sihir aneh masuk ke kepalanya. Ia sadar itu ulah Gerard namun tidak tahu apa yang Ia lakukan. Sepertinya itu semacam jaminan yang Ia buat sendiri. "Apa yang Kau lakukan" tanya Vista memegang kepalanya, "anggap saja itu hadiah dariku, sekarang Aku dapat melihat apa saja yang Kau lakukan, jadi ikuti perkataan Tuanku" ujarnya.

 

Vista bertanya mengapa Ia harus ikut bersama Eideth ke akademi daripada menyerahkan dirinya pada Kekaisaran. "Aku rasa agar Tuan dapat mengawasimu, Kekaisaran akan merasa lebih aman jika Tuanku yang mengawasimu" ujar Gerard. "Aku lihat dia tidak melakukan pekerjaan yang baik" sindirnya, "haha… jaga perkataanmu, Tuanku sudah memperkirakan gerak-gerikmu, Ia hanya menyuruhku untuk menonton dari jauh" balas Gerard. Vista mendecak lidahnya tidak bisa membalas.

 

Mereka akhirnya sampai ke altar teleportasi, disana ada dua penyihir yang sudah menunggunya. Mereka adalah penyihir yang bekerja untuk kota Raziel berbeda dengan penyihir yang berafiliasi dengan Menara Sihir. Alasan Eideth memerlukan tiket itu adalah untuk mengkonfirmasi kedatangannya. Karena fasilitas teleportasi sangatlah dibatasi dan dijaga dengan ketat, mereka masih harus meminta izin dengan pemilik Altar teleportasi di tempat tujuan terlebih dahulu.

 

Eideth mengambil bagasinya dan Vista mengikuti dari belakang. Ia terlihat sangat terpaksa diajak pergi namun pandangan mata Gerard cukup untuk mendorongnya. Vista sedikit khawatir kembali ke Lucardo. Jika Eideth memberitahu Kekaisaran apa yang terjadi dan menyerahkannya kepada mereka. Ia tak mau memikirkan hal itu. 'Aku akan pulang, apapun yang terjadi, bagaimanapun caranya, Aku tidak akan mati kalau tidak di rumah' ucapnya dengan teguh didalam hati. Vista memutuskan untuk menurut selagi melihat apa yang akan terjadi. Jika Ia akan ditangkap oleh Kekaisaran, Ia akan menggunakan seluruh kekuatannya untuk kabur, walaupun harus memakai Kemampuan barunya untuk menghalangi sihir pengikat Eideth.

 

Waktu sudah mendekati pukul sepuluh dan mereka sudah bersiap di tengah Altar. Di detik-detik terakhir itu, keluarganya punya sedikit kata-kata terakhir. "Jangan bermalas-malasan disana Kak, Aku akan menjadi semakin kuat saat Kau pergi" ujar Zain. "Semangat belajar ya Kak" kata Irena. Dua ucapan itu menusuk hatinya, Eideth tahu Ia akan merasakan sakit itu kembali saat Ia akan mencoba bermalas-malasan. "Sudah jangan ledek Kakak Kalian lagi" tegur Agareth. Lucia dan Agareth pergi mendekati Eideth. Memeluknya erat diikuti Irena dan Zain dari samping.

 

"Kamu dari dulu selalu sakit-sakitan dan menunggu dirumah, sekarang Kamu sudah sembuh dan akan pergi bermain lebih jauh lagi, hati-hati disana ya Nak" ucap Lucia dengan lembut ke telinganya. "Kamu selalu berdiam didalam rumah, tapi sekarang Kamu sudah sembuh, jalanilah hidupmu seperti yang Kau mau" pesan Agareth. Eideth merasa sedikit sedih, terasa seperti Ia baru pergi berpetualang kembali. Keluarganya senang Eideth bisa menjalani kehidupan normal yang Ia idamkan seperti orang lain. Menurut mereka keinginan sederhana itu, adalah hadiah yang sangat berharga. Eideth menoleh kearah Gerard, Ia seperti ingin mengatakan sesuatu. "Tuan" panggil Gerard, "tolong jaga koinku baik-baik, itu akan membantu Tuan" pesannya. "Iya, makasih, tolong jaga rumah dengan baik ya, Kami pergi dulu" ujarnya.

 

Sebuah portal terbuka di tengah lingkaran sihir Altar. Berbeda dengan teleportasi sebelumnya dimana Eideth langsung berpindah dari Lucardo ke Timastal. Teleportasi jenis portal ini adalah salah satu variasi sihir teleportasi yang sudah dikembangkan. Ada tiga jenis mantra teleportasi yang sudah dikembangkan oleh Menara sihir. "Instant Transmission" adalah mantra baru yang diciptakan belum lama ini, memindahkan beberapa orang dan barang secara instan ke tempat tujuan. Mantra yang lebih tua adalah "Convene Gate", membuka portal menyatukan dua titik pada dimensi ruang dan waktu. Namun mantra teleportasi yang tertua adalah "Star Trail", mantra ini mengubah target penggunanya menjadi cahaya dan ditembakkan ke tempat tujuan, di angkasa mereka seperti bintang jatuh.

 

*Note. IYKYK 😉

 

Masing-masing dari mantra tersebut memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Mulai dari lama perapalan, jumlah target yang bisa diantarkan perapal, efisiensi penggunaan Mana, dan juga preferensi pengguna. Menara sihir menciptakan sistem untuk mengatur penggunaan Teleportasi, layaknya maskapai penerbangan. Instant Transmission dapat digunakan untuk transportasi massal, lebih efisien dalam penggunaan Mana, namun memiliki waktu rapalan yang lama karena banyaknya target. Mantra ini dipandang sebagai kelas ekonomi dari ketiganya.

 

Convene Gate cukup terkenal karena penggunaan Mana miliknya paling efisien dibandingkan ketiga jenis mantra teleportasi, hanya saja mantra ini lebih langka membuat harga jasa penyihir cukup tinggi, lebih dari itu sihir ini adalah salah satu yang paling aman dipakai. Star Trail adalah sihir klasik yang masih diminati oleh banyak penggemar wisata dan hiburan. Mantra ini mengubah seseorang menjadi sebuah kristal cahaya dan menerbangkan mereka dalam kecepatan yang luar biasa. Kelebihan mantra ini membuat target penggunanya merasakan pengalaman terbang bagaikan bintang jatuh. Meskipun ini adalah teleportasi hampir instan, orang yang menggunakan mantra ini merasa seperti terbang di angkasa selama perjalanan. Menara sihir yang menyediakan jasa teleportasi Star Trail ini berniat untuk membantu bisnis wisata pada daerah yang minim sumber daya. Tinggal Star Trail lah mantra teleportasi terakhir dalam daftar keinginan Eideth.

 

Eideth dan Vista melangkah masuk melewati portal itu. Dalam sekejap mereka sudah berpindah ke Menara sihir Lucardo hanya dalam hitungan waktu beberapa detik. Jarak perjalanan yang memakan waktu setengah tahun olehnya terlintas begitu saja dalam waktu satu detik, "hanya satu langkah ya" gumamnya mencoba menerima hal absurd itu. Para penyihir teleportasi disana sudah menunggu kedatangan mereka, meminta tiket teleportasi itu.

 

Eideth menyerahkan tiketnya untuk dicek oleh petugas itu. "Dua orang, dari… oh Raziel, jauh juga ya," dengan perforator miliknya, Ia melubangi tiket itu tanda sudah digunakan, "selamat datang di Lucardo" sapanya dengan ramah. Ia mengembalikan tiket yang sudah dilubangi itu kepada mereka. Itu hal yang wajar karena teleportasi adalah sebuah kemewahan, sudah biasa bagi mereka untuk menyimpan tiket yang sudah dipakai itu sebagai kenang-kenangan.

 

Keluar dari sihir kubah pelindung Altar, Eideth dan Vista disambut oleh hangatnya udara Ibukota Kekaisaran. Indra Eideth menjadi lebih sensitif setelah Awakening, Ia bisa merasakan Mana lebih jelas sekarang. "Terasa lebih sedikit dibandingkan Raziel ya" komentarnya. Tak lama kemudian, sebuah keributan terdengar dari kejauhan. Sesuatu yang cukup besar untuk membuat rombongan orang yang mengantri untuk Altar teleportasi menepi memberi jalan. "Oh sial, Vista ayo cepat cari taksi" Eideth dan Vista bergegas kearah sebaliknya dari keributan itu.

 

Ia segera menemukan sebuah kusir kuda yang siap berangkat. Kereta itu terlihat cukup mewah, bentuk kereta itu hampir mirip dengan model yang dipakai bangsawan, lengkap dengan ukiran di badan kereta putih yang diwarnai emas. "Taksi" teriaknya memanggil kusir itu. Kusir itu menyahut dan melambaikan tangan. "Pak… ke Akademi… bisa" ujarnya sambil kehabisan nafas. "Tentu saja bisa, harganya satu koin emas" kusir itu dengan beraninya meminta upah didepan. Kusir itu tampak meremehkannya, menilai Eideth dari penampilannya yang biasa saja. Eideth segera menaruh satu koin emas, membungkam kusir itu. Eideth segera mengangkat barang bawaannya untuk di letakkan kedalam bagasi.

 

"Ehem… biar saya masukan barang Anda ke bagasi Tuan" Kusir itu merasa sedikit malu, namun karena sudah dibayar, Ia melakukan pekerjaannya dengan serius. Saat Ia hendak mengambil bawaan Eideth, kusir itu menundukkan kepalanya menyadari dua sosok penting mendekati mereka. "Yang Mulia Pangeran dan Tuan Putri" sapanya. "ACKK…" Eideth melompat ke samping terkejut mereka berdua muncul dibelakangnya.

 

"Halo Tuan Eideth" sapa Reinhardt dan Gyslaine, kedua saudara itu tampaknya bersenang-senang. Eideth segera mengatur sikapnya karena Ia menyadari orang-orang disekitar memperhatikan mereka. "Maafkan Saya Yang Mulia," Eideth membungkukkan badannya, "Saya tidak menyadari kehadiran Anda, apa kabar" sapanya. "Kami Baik, Tuan Eideth, selamat datang di Lucardo" sambut mereka dengan ramah. Eideth sudah bisa melihat orang-orang disekitar berbisik tentangnya. "Siapa pria itu? Pangeran dan tuan Putri mengenalnya, apa dia orang penting?" ujar mereka.

 

Eideth melotot kearah Vista, kenapa Kau gak beritahu ucap matanya. Vista hanya mengangkat kedua bahunya tanpa peduli sama sekali. Eideth harus segera memotong jalannya pembicaraan ini dan segera melarikan diri. "Oh, apa Yang mulia sedang menunggu seseorang, terima kasih sudah menyapa Saya, kalau begitu Kami permisi dulu". "Oh, Kami disini untuk menjemputmu" ujar Reinhardt. "Maaf?", "ya Kami akan mengantarkan Anda ke akademi, tolong terima niatan baik Kami" pinta Gyslaine.

 

"Maaf Tuan putri, tapi Kami sudah membayar kusir ini..." Eideth berbalik dan melihat pak Kusir membuka kedua tangannya ingin mengembalikan koin emas itu. Matanya memelas memintanya untuk mengambil uang itu. Eideth mencoba menutup jari-jemarinya sambil mengangguk, tolong terima ini. Kusir itu mendorong tangannya, kumohon ambil kembali, menggelengkan kepalanya. Eideth menyerah dan mengambil kembali uangnya itu.

 

"Kami tidak bermaksud mengambil pelanggan Tuan, tolong terima ini sebagai gantinya". Pangerang Reinhardt menghadiahkannya sekantung koin emas, dari ukurannya, setidaknya berisi sepuluh koin emas. "Terima kasih Yang Mulia" Kusir untuk membungkuk hormat kemudian membawa kereta kudanya pergi dari sana. Wajah Eideth sangat kecewa melihat kereta kuda itu pergi tanpa membawanya, untuk ditinggalkan bersama Pangeran dan Putri. "Jadi... ayo Kita pergi Tuan Eideth" ajak Reinhardt. Eideth segera mengangkat tasnya untuk menutupi wajahnya.

 

Kereta kuda itu terlihat begitu mewah dibandingkan kereta kuda kusir sebelumnya. Ia hampir ragu-ragu sejenak saat melangkah masuk, namun mengingat fakta semakin lama Ia diluar semakin besar potensi masalah yang Ia akan hadapi. Ia segera masuk tanpa banyak bicara, dan menyuruh Vista untuk bergegas. Reinhardt segera menutup pintu kereta itu dan memerintahkan kusir untuk mulai berkendara.

 

Eideth menutup wajahnya dengan kedua tangannya menolak untuk bicara. "Eideth" panggil Reinhardt, karena mereka memanggil namanya dengan santai, Eideth tidak harus bersikap formal pikirnya. Menggeser jari telunjuknya, Eideth mengintip dari sela jari-jemarinya. 'Kau jahat Reinhardt, Aku akan jadi pusat perhatian sekarang, para bangsawan lain akan memperhatikan ini, haah...' keluhnya dalam hati. Eideth tahu Ia tidak boleh bersikap seperti itu didepan keluarga Kekaisaran.

 

"Atas alasan apa Saya berhutang kebaikan ini Yang Mulia" tanya Eideth dengan sopan. Melihat caranya menjawab, mereka berdua mengerti Eideth ingin langsung saja ke intinya. "Kami harus membawamu ke persidangan Kekaisaran, dengan tuntutan pengkhianatan kepada Artleya" ungkap Reinhardt, Eideth mencoba menerima informasi itu dengan kepala dingin. Ia membalas, "atas dasar apa Saya dinyatakan bersalah atas tuntutan tersebut Yang Mulia". "Karena Kamu menyeludupkan seorang Apostle dunia lain" sambung Gyslaine. "APAA..." Eideth tidak bisa lagi menahan suaranya.

Ia tak bisa percaya hal ini. 'Kenapa hal sial selalu menimpaku' teriaknya dalam hati. Eideth tidak tahu apa yang Ia lakukan untuk menerima hal ini. Ia hanya ingin mendaftar ke Akademi dan menjalani kehidupan seorang pelajar. Eideth sudah tidak peduli lagi, Ia akan tetap mendaftar ke Akademi bagaimanapun caranya.