Chereads / Let me be carefree, please / Chapter 76 - Solace and Respite

Chapter 76 - Solace and Respite

Lucia menghentakkan kakinya dengan keras di tanah selagi berjalan mendekati Eideth dan Zain. Kedua lelaki itu siap dimarahi namun Ibu mereka malah memeluk mereka dengan erat. Ia benar-benar khawatir dengan keadaan mereka namun tampaknya mereka baik-baik saja. "Beneran bu, Kami baik-baik saja" ujar Zain, "iya, Irena melerai Kami dengan sihirnya" sambung Eideth. "Jadi kalian benar-benar berkelahi" Lucia menekankan.

 

Zain menyesal karena tidak menjaga mulutnya. Mereka berdua segera meminta maaf karena telah membuat keributan. Lucia meminta mereka untuk menjelaskan apa yang terjadi. Itu adalah cerita panjang yang bermulai dari salah paham hingga peluapan kekesalan antar saudara. "Kita akan membicarakan semuanya malam ini, ibu tidak mau Kalian menyimpan rahasia lagi mengerti, jadi beri tahu semuanya" suruh Lucia. "Ibu berjanji tidak akan marah mendengar rahasia yang Kami sembunyikan" tanya Irena.

 

"Ahh…" tangannya tersangkut di udara selagi Lucia berhenti menjawab untuk berpikir kembali. Ia tengah memikirkan balasan dimana Ia tidak harus berjanji namun meyakinkan mereka. "Ibu… akan… mendengarkan dengan sabar, sudah kalian istirahat sana dan obati luka kalian" usir Lucia menghentikan pembicaraan. Ia menyuruh Agareth dan Vinesa untuk menegur mereka atas apa yang terjadi selagi Ia pergi menyiapkan sesuatu. "Apa Aku bisa seperti itu saat punya anak nanti" tanya Vinesa, "kalau Kakak menghilangkan kebiasaan jelek tangan Kakak itu, mungkin saja" balas Agareth. Ia langsung mendapat pukulan ke bahu.

 

Vinesa datang menghampiri ketiga Raziel muda, "jadi, kalian bertambah kuat karena latihan tadi bukan, apa yang baru" tanya Vinesa dengan penasaran. Zain menunjukkan kemampuan merapalnya, formula sihir tergambar di udara sesuai perintahnya. "Enlightment, itu bagus, Eziel juga mendapatkannya karena itu bibimu itu dapat menciptakan banyak mantra, kalau Kamu Irena". Irena menunjukkan kemampuan untuk menggunakan tiga jenis kekuatan sihir sekaligus. Irena mengumpulkan dua Pools miliknya, menggunakan Talent dan mantranya untuk menciptakan sihir yang lebih kuat dari dua Pools biasa.

 

"Itu bagus," puji Vinesa, "tanyakan Eziel agar Kamu bisa melatih kemampuanmu itu". Kini giliran Eideth, hanya dengan mengumpulkan Mana disekitarnya, Vinesa tahu apa yang Eideth dapatkan. "Kamu… Awaken?" tanya Vinesa. Ia kemudian menunjukkan sihir yang sama keluar dari tangannya mirip seperti Eideth. "Ini adalah efek lanjutan dari Awakening, sama seperti Enlightment Zain yang mengubah rapalan mantranya, Teknik sihirmu akan jadi lebih kuat dibandingkan teknik sihir yang setingkat, apa Kau merasa Zain, pukulan Eideth terasa seperti bibimu" tanya Vinesa. Zain mengangguk merasakan peningkatan kekuatan Eideth yang tiba-tiba.

 

Vinesa memegang wajah Eideth dan menatap matanya lebih dekat. "berapa banyak yang Kau lihat, potensi tertinggi dari Teknik sihir" tanya Vinesa. "Aku memakai keempat Teknik sihir di pukulan terakhir tadi" jawabnya. Vinesa benar-benar bangga dengan Eideth, "sudah ditentukan sekarang, Kamu akan bibi beri latihan spesial tambahan lagi" ungkapnya. Wajah Eideth tidak sebahagia itu.

 

Zain dan Irena merasa sedikit kecewa karena perilaku Vinesa yang berbeda. Ia segera menyadari hal itu, "hey, jangan kecewa begitu, bibi tidak bisa melatih Kalian dengan penuh karena bibi tidak pernah mendapat Enlightment seperti kalian, kasus Kalian lebih mirip dengan Eziel jadi dia lebih memahami cara melatih kemampuan baru Kalian itu, bibi tetap bangga pada Kalian berdua kok" bujuknya.

 

Eideth tidak terlalu khawatir dengan latihan Vinesa karena Ia akan menghilang kembali setelah melepas Stasis di dadanya. Namun sebelum itu, Ia ingin berkumpul dengan keluarganya lebih lama. Mereka tidak bisa latihan lagi karena efek keletihan Mana, dan memutuskan untuk istirahat sepanjang hari. "Hey, bagaimana jika Kita mencari tahu kemampuan spesial Regalia kita" ajak Eideth untuk menghabiskan waktu.

 

Kedua saudaranya menyetujui ide itu, mereka merasa masih belum mampu mengeluarkan potensi Regalia mereka. "Apa kalian tahu tentang Attunement" tanya Eideth. "Attunement itu adalah proses pencarian pelatuk yang dapat memancing kemampuan alat sihir" ujar Balak. Mereka terkejut Balak dan Chalia mengagetkan mereka dari belakang. Ternyata mereka masih belum pulang, mereka juga menyaksikan sparring mereka bertiga tadi. "Apa Kalian mencoba mematahkan Regaliaku, sampai berkelahi sekeras itu" tegur Balak.

 

Balak memiliki prinsip yang kuat, Ia mempercayakan senjatanya kepada pemilik baru yang Ia pilih. Senjata adalah alat untuk membunuh, tidak lebih. Balak hanya berharap mereka menggunakan senjata miliknya dengan baik seperti yang Ia harapkan. "Kurasa Aku sudah tau apa kemampuan Regalia Kalian" ujar Balak. Ternyata Ia sedari tadi mengobservasi kemampuan Judgement, Solaris, dan Vaylantz, kemudian menuliskannya ke dalam jurnalnya.

 

"Irena, Judgement milikmu memiliki kemampuan Companion, Ia akan bertingkah seperti hewan peliharaan dan juga rekanmu yang dapat berubah menjadi senjata dan juga gelang". Irena mencoba memerintahkan Judgement untuk menetap dalam bentuk naga kecilnya, "oh, ini membutuhkan Mana dariku untuk berubah dan bergerak" ungkapnya. Biaya Mana yang harus dibayarnya tidak terlalu besar dan Irena dapat menjaga konsentrasinya dengan cukup baik. "Lihat Kak, Aku punya peliharaan sekarang" ujarnya.

 

"Zain, Solaris milikmu kulihat memiliki properti pendukung untuk meningkatkan kekuatan dari Talentmu, kurasa itu tipe Support yang dapat digunakan untuk memperluas pemakaian Talent, cobalah" Balak menyimpulkan. Zain menggunakan Enlightment miliknya untuk membuat mantra baru dari ide yang baru saja Ia dapat. Sebuah cantrip menggunakan contoh mantra umum, untuk membuat bilah Solaris bercahaya. "Itu terlihat seperti sebuah Lightsaber" ungkap Eideth terkagum. "Apa itu Kak", "oh artinya pedang yang terbuat dari cahaya" jelasnya.

 

"Balak, bagaimana denganku" tanya Eideth. "Aku tidak tahu," jawab Balak, "Regalia milikmu itu, sedikit aneh, coba lepaskan kendalimu". Vaylantz yang sedari tadi masih diletakkan ke tanah, bergoyang seperti memiliki kesadaran. Eideth merasakan sensasi aneh telapak tangan kanannya. Vaylantz, atau tanaman rambat emas itu melepaskan diri dari tongkatnya kemudian masuk ke tangan Eideth. Bersih dari getah hitam Vaylantz, patahan Flatline kembali ke bentuk normalnya, berkeping-keping.

 

Eideth benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi. Ia melihat Balak dan yang lain dengan wajah keheranannya. Eideth mendapati telapak tangannya memiliki tunas kecil berwarna emas menandakan Vaylantz bersembunyi disana. "Sudah kuduga, tongkat ini bukanlah Regaliamu yang sebenarnya," Balak melihat kondisi Vaylantz yang hampir menjadi bubuk, "Kamu takkan bisa menggunakan tongkat ini lagi" ujarnya.

 

"Apa, tapi Aku suka tongkat itu, apa Kamu bisa memperbaikinya" pinta Eideth. Balak menggelengkan kepalanya, "ini adalah buatan istriku" tunjuk Balak. Pandangan Eideth langsung beralih kepada Chalia, Ia mendapat respon yang sama. "Ini tidak dapat diperbaiki lagi Eideth, tongkat ini terbuat dari kayu khusus rahasia keluarga Elf ku, ini hanyalah tongkat biasa untuk ritual, Kau tau itu bukan, Kamu harus mengganti senjatamu" bujuk Chalia.

 

Ia kemudian memberi Eideth tongkat baru yang sama persis dengan Flatline di tanah. Eideth mencoba meraih tongkat baru itu tapi Vaylantz bereaksi dan menarik tangan Eideht kembali. Tunas itu tumbuh menjadi tanaman merambat dan melilit tangannya melarangnya untuk mengambil tongkat baru itu. "Vaylantz, kenapa kawan," Eideth memegang tongkat baru itu namun tubuh Vaylantz yang berduri menusuknya. Ia tidak mau menyatu dengan tongkat baru itu seperti Flatline.

 

Vaylantz seperti memberontak di tangannya ingin Eideth melepas tongkat itu. Eideth yang sudah mengalami hari yang begitu panjang juga tidak sabaran. "Dengarkan Aku" teriaknya lantang, "Akulah Tuanmu, Aku tau Kau tidak mau tongkat baru itu, tapi Kau tau apa, waktu telah berganti, dunia tidak akan bisa selalu sesuai kehendak Kita, Kita harus menerima apa adanya daripada merajuk, kau mengerti". Vaylantz berhenti menyakiti Eideth namun Ia masuk kembali kedalam tangannya.

 

Untungnya tangan Eideth tidak berdarah karena duri itu, meskipun sakitnya menyengat bukan main. "Aku juga sebenarnya tak ingin berubah, karena itu Aku berimprovisasi sedikit untuk mengurangi kekecewaan, yah Aku juga keras kepala". Eideth memindahkan tongkat baru itu ke tangan kirinya dan mengambil pecahan Flatline. Setelah memikirkan sesuatu Ia berkata, "Aku punya ide".

 

Eideth menggambarkan sesuatu di tanah, sebuah lingkaran sihir namun dengan formula yang aneh. "Apa yang Kau lakukan" tanya Chalia, "lihat saja" jawabnya menyelesaikan lingkaran sihir itu. Eideth menaruh tongkat barunya di tengah bersama pecahan Flatline. Eideth mengutip sebuah perkataan, "rapalan, tidak selalu seperti sekarang, rapalan dulunya hanyalah sebuah cerita, cerita untuk meyakinkan kekuatan dari dunia ini dan yang jauh diluar sana tentang apa yang kamu harap menjadi kenyataan, benar-benar terjadi". Perkataannya itu menyentuh pengertian semua orang disana tentang sihir,

 

Eideth melanjutkan perkataannya menggunakan bahasa asalnya supaya yang lain tidak mengerti. "Untunglah Aku menonton persaudaraan Alkemis, ayolah Adazh (personifikasi sihir, lihat chapter 40) dengarkan ceritaku". Eideth menepuk kedua tangannya lalu berlutut dan menyentuh lingkaran sihir itu. Ia menguraikan tongkat itu menjadi satuan terkecil kemudian menyusunnya kembali menjadi satu tongkat yang baru.

 

Eideth mengambil tongkat itu tanpa mengkhawatirkan yang lain dengan ekspresi terbelanga di wajah mereka. "Cukup keren bukan" tunjuknya pada tongkat barunya itu. Sensasi tongkat itu ditangannya sedikit berbeda, namun seperti yang diharapkan. Eideth mencium aroma kayu itu, permukaannya terasa licin di tangannya dan sedikit hangat. Perbedaan yang paling Ia sadari adalah perubahan panjang menjadi 1,5 meter, besar diameter, juga berat tongkat itu. Massa tongkat itu meningkat menjadi dua kali lipat dari awal.

 

Eideth melirik kembali kepada yang lain, melihat mereka hampir meledak karena ingin bertanya. Mereka berhati-hati karena tabu itu dan menunggu Eideth mengizinkan. Eideth tersenyum sedikit tahu itu adalah pemandangan yang cukup wajar. "Ayolah, tanyakan saja" ujarnya. "Boleh Aku lihat tongkatnya" Balak dan Chalia memeriksa tongkat itu selagi Zain dan Irena membombardirkan Eideth dengan hujan pertanyaan.

 

Seorang wanita datang menggeser Irena dan Zain ke pinggir untuk menanyai Eideth. "Kalian tidak menanyai Eideth pertanyaan yang penting, sihir macam apa itu" tanya Eziel. "Bibi, kapan Bibi—", "jawab dulu pertanyaan bibi" Eziel mengangkat jarinya ke mulut Eideth. "Itu adalah Alkimia, itu semacam sihir, Aku melebur pecahan tongkatku itu dan menyusun ulang menjadi tongkat baru yang lebih besar dan kuat" jelasnya. "Bagaimana Kamu bisa melakukannya, itu hampir tidak ada rapalan sama sekali" lanjut Eziel, "itu tidak perlu rapalan selagi Aku memahami struktur benda yang kususun ulang, ini sulit jadi bagaimana kalau Kita santai sebentar" ajak Eideth. Ia juga mengajak Balak dan Chalia yang sedang mengagumi tongkat itu.

 

"Aku menamai ini Conceptual Magic, sihir yang memerlukan pemahaman yang tinggi, lebih dari sekedar hafalan mantra dan formula diagram lingkaran, itulah caraku membongkar dan menyusun kembali tongkat itu" jelasnya secara singkat. "Jadi maksudmu, Kamu menyusun ulang tongkat ini dengan begitu saja" tanya Chalia, "tidak sesederhana itu, Kau harus meminta tolong pada sesuatu yang memiliki kekuatan" jawabnya. "Siapa" tanya Eziel, "baiklah, akan kutunjukkan pada Kalian, jadi ikuti arahanku".

 

"Gunakan sihir kalian, apapun itu, Talent, Teknik sihir, Mantra, apa saja. Tutup mata Kalian dan coba rasakan sihir itu dengan indra kalian yang lain, suaranya dengan telinga Kalian, sensasinya dengan kulit, jika Kalian bisa mencium baunya itu lebih baik lagi. Perlahan-lahan, hilangkan persepsi indra kalian, hilangkan rapalan, kendali Teknik, ataupun Talent, hingga yang tersisa hanyalah gumpalan Mana biasa. Lihat dengan mata batin kalian sesuatu yang terang dalam kegelapan itu, itu adalah Sihir, Dia memanggil dirinya sendiri Adazh" Eideth menyampaikan arahan yang diberikan oleh Adazh padanya.

 

"Apa itu berhasil" tanya Eideth. Respon yang didapatnya beragam, Balak hampir tidak bisa melihat apa-apa namun Ia merasakan sesuatu, Chalia hanya dapat melihatnya sekilas, Irena dan Zain dapat melihat Adazh dengan jelas, namun Eziel disisi lain. Ia tampaknya bersenang-senang. Eideth mendapati ponselnya berdering, jadi Ia permisi sebentar untuk menjawab panggilan. Itu Zatharna, mereka tidak dapat melakukan kontak lewat Talent seperti sebelumnya dan beralih ke ponsel untuk sementara. "Iya, Zatharna, ada apa", "Eideth, bisa Kamu hentikan Bibimu, Dia menakuti Adazh, terima kasih".

 

Eideth menggunakan sihirnya untuk membangunkan Eziel. Lebih ke semacam mekanik permainan pikirnya. Eziel telah mengikuti arahan Eideth dan bisa melihat Adazh setelah setuju untuk ikut bermain permainannya. Eideth menggunakan kendalinya sebagai GM dan pemain di saat yang bersamaan, untuk menekankan ujian konsentrasi. Eideth mencubit lengan Eziel sedikit saja agar mampu memberi satu poin kerusakan, kemudian memberi pernilainan dengan keadaan merugikan. Tentu saja Eziel gagal guliran dadu itu, Eideth yakin karena Stat Constitution seorang penyihir seharusnya cukup rendah.

 

Eziel menarik nafasnya dalam-dalam setelah jiwa dan kesadaran ditarik kembali ke dunia nyata. Eziel seperti baru saja mendapatkan kembali Enlightment untuk kedua kali. Ia hendak kegirangan setelah mendapat penemuan itu Eideth segera menghentikannya, "Bi, berhenti" suruhnya dengan tatapan serius. Setelah semuanya duduk dengan pikiran tenang, Eideth ingin membuat sebuah permintaan. "Aku ingin semua orang disini untuk tidak membahas Conceptual Magic kepada siapapun, Aku ingin Kalian bersumpah atas nama sihir untuk itu" pintanya. "Bisa Kau jelaskan mengapa" tanya Balak, "ini bisa membantu Artleya untuk melawan balik penjajah dunia lain".

 

"Rencana itu akan gagal jika mereka mengetahuinya lebih awal. Menyebarluaskan sihir ini hanya akan menarik perhatian dan meningkatkan kewaspadaan mereka. Kalian pasti sudah mendengar insiden Larcova. Mereka dapat menyamar dengan mudah dalam keramaian, menunjukkan mereka sudah mulai beradaptasi dan mengawasi pergerakan perlawanan Kita" jelasnya. Tak satupun dari mereka dapat membantah poin yang ditunjuknya itu. "Aku berniat menyebarkan sihir ini kepada beberapa orang dahulu, lagi pula ini masih dalam tahap penelitian, Kita tidak bisa memenangkan perang dengan tergesa-gesa". "Baiklah, tunggu apalagi kalau begitu, Kami akan bersumpah detik ini juga" usul Balak.

 

"Kami bersumpah, atas nama sihir, Kami akan merahasiakan pengetahuan sihir Kami ini, dan takkan membagikannya kepada siapapun, mengetahui konsekuensi dari pelanggaran, Kami mempertaruhkan sihir Kami". Ini adalah salah satu cara untuk menjaga kerahasiaan sihir dan menghindari tabu. Eideth sekarang memiliki kendali penuh dengan persebaran informasi itu. Tanpa izinnya, mereka tidak boleh membagikan informasi tentang sihir itu pada siapapun. "Jadi, ada lagi yang Kalian penasaran, Aku tidak ingin mengungkit ini lagi hingga waktu yang lama, jadi cepat tanyakan" ujarnya. Eideth menghabiskan sisa hari itu menjawab pertanyaan.

 

Matahari sudah mulai turun ke barat, mendapati itu Balak dan Chalia memutuskan untuk pulang supaya mereka sampai sebelum makan malam. Keluarga Raziel berterima kasih atas bantuannya dan ingin mengantarnya pulang namun Balak menolak. "Aku perlu memikirkan banyak hal setelah apa yang kulihat hari ini, Aku ingin mendiskusikan sesuatu dengan istri di perjalanan pulang, jadi terima kasih" ujarnya. Dengan kereta kudanya, keluarga Woodforge itu pergi.

 

"Ayo Kita bersiap untuk makan malam" ajak Lucia. Ia akan memasak untuk keluarganya setelah sekian lama, Ia menyuruh anak-anak untuk membantunya menyiapkan makan malam. "Kita akan mengadakan pembicaraan keluarga nanti, jadi bantu Ibu". Zain dan Eideth pergi mengumpulkan kayu bakar, sementara Irena membantu ibunya memasak di dapur. Kepala koki sangat syok dengan kedatangan tiba-tiba dari Countess. Agareth, Vinesa, dan Eziel pergi membantu Otto melatih prajurit.

 

Selagi mencari kayu bakar, Eideth bertanya pada Zain apa Ia sudah memikirkan apa yang ingin Ia ungkapkan. "Aku masih memikirkannya Kak, kalau Kakak bagaimana" Zain bertanya balik. "Zain, masih ingat saat Aku jatuh koma waktu itu, jiwaku di tarik keluar dari tubuhku bukan", Zain mengangguk mengetahui hal itu, "waktu itu Aku ditarik ke alam lain bernama Limbo, meskipun tubuhku disini koma selama enam hari, bagi jiwaku disana terasa seperti enam abad" ungkapnya.

 

"Aku benar-benar minta maaf Kak", Eideth merasa bingung karena mengira itulah yang ingin Ia dengar dari Zain tapi Ia tak menemukan ketenangan hati sedikitpun. "Apa… bagaimana rasanya hidup selama enam abad" tanya Zain, "Aku juga tidak begitu mengingat semuanya, hanya saat Aku datang dan pergi dari limbo yang teringat jelas, sihirmu itu benar-benar membantuku pulang, terima kasih ya" balasnya. Zain hanya terdiam setelahnya, Eideth tidak tahu apakah Ia memberitahukan hal itu begitu cepat. "Kak, ada satu hal yang ingin kuberita… huh" Zain tiba-tiba berhenti bicara.

 

"Ada apa Zain" Eideth berbalik melihat Zain sedikit termenung. "Oh, tidak apa Kak, akan kusimpan untuk nanti, kayu Kakak sudah banyak, duluan saja, Aku yang ambil sisanya" saran Zain. Merasa tidak ada yang aneh, Eideth pergi lebih dulu mengantarkan kayu bakarnya. Sesudah kakaknya pergi cukup jauh, Zain memanggil orang asing itu keluar. "Keluarlah, kakakku sudah pergi, apa yang Kau inginkan kemari" tanya Zain dengan tegas.

 

"Maaf Zain, tapi ada perubahan, Kita harus segera menjalankan rencana itu" ujarnya. "Aku tidak bisa, tidak sekarang, duluan saja Aku akan menyusul nanti", "Kau tau atasan meminta Kita untuk bergerak bersama bukan, meskipun Aku duluan, dunia ini belum punya teknologi cukup canggih untuk komunikasi jarak jauh, bagaimana Kita berhubungan nanti" tunjuknya. "Aku masih belum bisa pergi sekarang, masih ada yang perlu ku urus, tunggulah sebentar lagi" suruhnya. Saat orang itu hendak melangkah maju lebih dekat, Eideth melompat keluar dari persembunyian dan menghalanginya.

 

"Mundur Kau" teriaknya. Zain kaget bagaimana Kakaknya tiba-tiba kembali. "Kak—", "Zain tetap di belakangku, jaga perhatianmu, Dia itu orang dari dunia lain" tegasnya. "Hehe, bagaimana Kau tau itu" tanya pemuda asing itu, "Aku sudah bertemu beberapa dari mereka tapi Aku sudah tau jelas dari wajahmu, Zain ada apa denganmu, keluarkan Solaris" Eideth memegang Vaylantz di tangannya waspada akan gerak gerik orang itu.

"Beritahu Dia Zain, beritahu siapa Kau sebenarnya" suruh pemuda itu. Eideth berbalik sambil berhati-hati dengan orang didepannya. Zain tampak gelisah ingin mengungkapkan sesuatu. "Maaf Kak, ada yang harus Aku beritahu, Aku—". Pemuda itu segera mengambil kesempatan untuk menumbangkan Eideth, Ia melayangkan pukulan yang kuat ke kepala selagi perhatiannya teralihkan. Apakah pertarungan akan pecah disana?