Chereads / Let me be carefree, please / Chapter 67 - Magical World of Artleya

Chapter 67 - Magical World of Artleya

Eideth dan Vista diajak Reinhardt untuk mendaftarkan izin sihir mereka. Perjalanan kereta kuda itu tidak berlangsung lama karena mereka menaiki kendaraan orang paling dihormati di Kekaisaran ini. Eideth turun dari kereta kuda memakai sebuah tudung mencoba tidak terlihat mencolok, benar-benar tidak mencolok. Mereka berjalan keluar dari kereta kuda dengan perlahan membuat Eideth murka didalam hatinya. Ia geram dan malu disaat yang sama, langsung menyesali perbuatannya itu. Eideth berpikir apakah ini yang Paladin rasakan.

 

Mereka tiba di Menara Sihir Lucardo, menara setinggi 25 lantai itu adalah pusat penelitian sihir ternama. Menara Sihir adalah Institusi mandiri yang terpisah dari Kekaisaran, diikuti oleh berbagai penyihir di seluruh dunia, tugas mereka adalah menciptakan sihir baru yang dapat berguna untuk melawan invasi dunia lain dan kemajuan pengetahuan akan sihir. Menara Sihir tidak hanya satu, terdapat banyak cabang Menara Sihir lainnya di kota-kota besar. Tepat disebelah Menara Sihir itu, terdapat sebuah menara terbuat dari besi yang lebih ramping. Itu adalah, "Menara Nexus" ujar Eideth.

 

Menara Nexus adalah Menara pengendali informasi yang menggunakan Mana sebagai tenaganya. Menara itu memiliki berbagai macam fungsi seperti perantara tranmisi pesan lewat Cermin sihir, mesin kalkulasi otomatis, pemantau kuantitas Mana pada Kota, serta berbagai macam fitur lainnya. Menara Nexus adalah penemuan jenius dari ilmuwan sihir terkenal dari benua Calix, Crowley Nexus. Ia adalah salah satu orang pertama yang menyadari perubahan aliran Mana pada Alam saat Invasi dunia lain terjadi 150 tahun yang lalu.

 

Eideth memandang Menara Nexus itu penuh dengan kekaguman. Ia bisa melihat teknologi yang digunakan untuk membangun Menara itu berlawanan dengan budaya lokal dari Ibukota. Sesuatu yang terlihat begitu mencolok dan futuristik di kota medieval dan polos, tidak disangka olehnya terlihat menyatu dengan sekitar. "Pemandangan yang luar biasa bukan," ujara Reinhardt, "benda itu seratus persen mesin yang bekerja untuk mengkalkulasikan dan mengatur pendistribusian Mana".

 

Menara Nexus ini digunakan untuk memastikan semua orang mendapat akses pada sihir dan Mana. Karena konflik utama dunia mereka oleh Menara Sixen, aliran Mana didalam bumi menjadi tidak seimbang. Mana adalah hak semua orang, perintah dari Dewi. Untuk itu, Menara Nexus dibangun agar semua orang dapat menggunakan sihir dengan sama rata. Menara Sihir menciptakan sebuah kartu yang dapat mengukur penggunaan Mana seseorang yang juga berguna sebagai izin sihir. Eideth dan Vista disini untuk membuat kartu mereka sendiri.

 

Mereka hendak pergi ke meja resepsionis namun kehadiran Pangeran dari Kekaisaran membuat geger seluruh Menara. Kunjungan Reinhardt yang tiba-tiba membuat para penyihir bertanya-tanya maksud kedatangannya kemari tanpa pemberitahuan lebih awal. Eideth dan Vista segera berpisah darinya tahu Ia akan disibukkan oleh mereka. "Semoga beruntung Pangeran" ujar Eideth sebelum pergi, Reinhardt hanya bisa melihat kebelakang dengan tidak percaya.

 

Eideth dan Vista memutuskan untuk mengantri seperti pengunjung lainnya yang tengah menunggu giliran mereka. Dikarenakan antrian yang panjang, Eideth berniat membaca buku sihirnya. Seperti seorang penyihir, sudah seharusnya Eideth memiliki buku sihir yang berisi catatan untuk mantra yang sudah Ia pelajari. Eideth juga mengajari Vista beberapa Cantrip yang tidak berbahaya seperti [Mending] dan [Mage Hand], siapa tahu Eideth akan butuh penyihir lain di masa depan.

 

Tak lama, seorang penyihir mengenakan jas laboratorium datang menghampiri mereka. "Tuan, tolong berhenti menggunakan sihir, Anda sedang dalam area terlarang, Mana disini sedang digunakan untuk penelitian. Bagaimana jika sebuah penelitian kekurangan Mana yang dibutuhkan karena Anda" tegurnya. Eideth melihat penyihir tersebut memiliki kulit berwarna merah dan memiliki sepasang tanduk di dahinya. Ia mengenakan sebuah kacamata, membawa beberapa berkas di tangannya, serta sebuah tanda pengenal bergantung di lehernya. Ia seorang Thiefling, ras humanoid yang memiliki karakteristik dari iblis. Eideth yakin Ia adalah seorang penyihir yang bekerja untuk Menara Sihir.

 

Eideth segera meminta maaf karena berlatih sihir untuk menghabiskan waktu, Vista juga ikut berhenti. "Aduh, bagaimana ini, jika Mana dalam ruangan ini berkurang banyak, Aku bisa dimarahi atasan," penyihir itu mengeluarkan Manascope miliknya untuk mengukur intensitas dan jumlah Mana yang tersisa, "eh???" Ia terkejut dengan hasil perhitungan tersebut.

 

"Apa ada masalah" tanya Eideth. "Aku yakin Kalian menggunakan sihir barusan, mengapa Mana disini tidak berkurang" ujar Penyihir itu. Sebuah penjelasan terlintas dalam kepala penyihir itu. "Apa itu sihir level 0" Ia bertanya pada mereka, Eideth secara reflek menutup buku mantranya membuatnya terlihat mencurigakan. "Itu sihir yang belum lama dipublikasikan. Apakah Kalian penyihir dari Akademi Tarnum" Ia bertanya.

 

"Anda pasti salah orang" ujar Eideth. Rekan-rekan penyihir itu segera datang untuk melihat apa yang menarik perhatiannya. "Ada apa ini, tunggu sebentar apakah ini bekas penggunaan sihir", "itu benar, apa Kalian yang melakukan ini, Kalian tahu ini area bebas sihir bukan, Mana yang berada di lantai ini begitu berharga untuk penelitian" teguran itu semakin berlanjut. Penyihir Thiefling itu membela mereka menunjukkan hasil perhitungan Manascope. Eideth tidak sempat bereaksi karena orang-orang itu berbicara begitu cepat. Ia menarik Vista pergi dari sana.

 

Eideth melihat nomor antrian di tangannya, membandingkannya dengan nomor yang di panggil. Ia berharap Ia segera selesai disini. Ketika nomor mereka dipanggil, Eideth segera bergegas menarik Vista bersamanya menuju meja resepsionis. Lima menit menyelesaikan proses surat menyurat, Eideth dan Vista mendapat izin sihir mereka. Itu adalah sebuah pelat putih terbuat dari material yang cukup misterius. Ia ringan, kecil, kaku, dan kuat. Desainnya mengingatkan Eideth akan kartu kredit dari dunia lamanya. Pada pelat itu terdapat sebuah pola lingkaran putih yang berfungsi sebagai indikator betapa banyak Mana yang dapat mereka gunakan.

 

Menara Sihir juga memberikan dompet khusus untuk kartu izin tersebut, Sebuah wadah kecil dari besi yang memiliki pengait. Dikarenakan dompet di zaman ini masih umum berupa kantung, desain tersebut paling diminati oleh masyarakat. Tentu saja dompet untuk menyimpan surat izin itu tidak gratis, Eideth harus membayar 20 koin perak untuk membeli dua buah. Resepsionis itu sangat senang dengan transaksi tersebut tapi Eideth belum selesai. "Nona, bisakah saya melihat instruksi pemakaian dari benda ini" tanya Eideth.

 

Resepsionis itu memberi Eideth sebuah pamflet yang menjelaskan semua fungsi dari produk-produk itu. Eideth benar-benar terkejut mengetahui Menara Sihir juga memiliki bagian toko cinderamata dan alat sihir. "Mereka juga sebuah bisnis sih" ujarnya. Hal itu membuat Eideth mengingat sesuatu. Ia segera mengirim sebuah pesan pada seseorang untuk mengeluh. [Zatharna, mengapa Aku tidak punya alat sihir] tulisnya.

 

Butuh beberapa waktu hingga Ia mendapat sebuah balasan. [Alat sihir seperti apa yang Kamu mau] tanya Zatharna. [Aku bisa meminta apapun], [*thumbs up] balasnya. Eideth tengah berpikir alat sihir apa yang ingin Ia minta, Ia menebak Ia mungkin dapat meminta alat sihir dari buku peraturan TTRPG. [Tapi Fawn berkata ini bukanlah ide yang bagus] lanjut Zatharna. Lagi lagi Fawn pikir Eideth.

[Apa yang Ia katakan], [Fawn berkata alat sihir sangat sulit dikendalikan oleh GM, Aku juga sudah melihat video yang direkomendasikan Fawn, Ia menolak ide memberimu alat sihir]. Eideth merasa itu pemikiran yang masuk akal, Ia mengakui bahwa Ia ingin meminta sesuatu yang sangat kuat seperti Boot of Speed yang dapat menggandakan kecepatan, atau alat sihir pendukung lainnya. Ia setuju sangat tidak adil untuknya mendapat alat tersebut, pikiran itu didasari pengalamannya menjadi GM dan memberi pemainnya alat sihir tersebut. Eideth tidak mau tingkat kesulitan lawannya bertambah dengan signifikan untuk memberinya tantangan.

 

[Aku punya sebuah usulan, bagaimana jika Kamu memberiku alat sihir yang tidak berguna] tanya Eideth. Zatharna meminta Eideth menjelaskan idenya. [Beri Aku sebuah alat sihir yang tidak terlalu berguna untuk memberi gestur yang baik], Eideth segera mengirim sebuah tautan untuk alat sihir yang ingin Ia miliki. Ia menunggu respon dari GM akan sarannya.

 

[Duplicating Magic Coin

Sebuah koin yang dapat menggandakan dirinya sendiri sesuai keinginan pemiliknya. Pemilik koin ini dapat mengubah material dan ukiran yang terdapat pada koin sesuai keinginannya.

Koin ini adalah koin palsu dan tidak dapat digunakan untuk transaksi jual beli, siapa saja yang menggunakan aksi mereka untuk mengamati atau melihat koin ini lebih dari dua detik dapat menyadari kepalsuannya. Satu menit setelah orang lain selain pemilik memegang koin ini, koin itu akan berubah menjadi debu.]

 

Meskipun Eideth tidak dapat menunjukkan koin itu secara langsung, Ia dapat menyimpannya dalam sebuah kantung untuk mengelabui orang lain. Eideth memikirkan beberapa skenario dimana Ia dapat mendominasi dengan uang palsu. Ia juga bisa menjadikan kantung uang palsu tersebut menjadi senjata improvisasi. Melempar sekantung koin yang cukup berat kepada orang lain adalah senjata sekaligus pengalih perhatian yang baik.

 

[Fawn setuju dengan ide itu, Ryx juga sama] jawab Zatharna. Selagi tidak ada yang melihat sebuah koin jatuh dari atas langit mendarat di telapak tangan Eideth. Tidak ada yang melihat kecuali Vista, sebuah keringat dingin menetes dari dahi Eideth selagi mulutnya berdenyut kesulitan mengucap. Vista tidak menuntut penjelasan apapun dan membiarkannya, Eideth tersenyum canggung kesulitan mengatur perasaannya saat itu. Meskipun itu adalah alat sihir yang tidak berguna, Eideth merasakan tanda perkembangan dari perilaku GM nya.

 

Setelah mendapat izin sihir mereka, Eideth dan Vista pergi mencari Reinhardt. Ia telah menunggu mereka sedari tadi setelah menghalau para penyihir itu pergi. Eideth segera memberitahu Reinhardt bahwa Ia akan segera pergi. "Aku akan kembali ke Raziel" ujarnya. Eideth memang punya rencana untuk pulang sebentar setelah berpetualang. Ia harus melakukan tradisi ritual keluarganya. Mendengar perkataannya itu, Reinhardt mengerti dan tidak berbicara lebih lanjut. Ia segera memanggil kereta kuda untuk mengantarnya pergi.

 

Mereka diantar ke Altar teleportasi, tempat itu cukup ramai mengingat biaya pengoperasiannya yang cukup tinggi. Itu adalah Altar sihir, sebuah bisnis yang dijalankan oleh Menara Sihir. Departemen mereka berada diluar Menara Sihir dikarenakan fasilitas umum seperti ini memerlukan area bekerja yang luas. Altar teleportasi itu dapat memindahkan orang maupun benda ke cabang Menara Sihir lainnya di kota-kota besar. Eideth sering membandingkan itu dengan bandara di dunia lamanya.

 

Altar teleportasi selalu disandingkan dengan aristokrat dan orang kaya, itu adalah pandangan yang wajar mengingat biaya penggunaannya yang cukup signifikan. Agar dapat menarik khalayak luas, Menara Sihir juga melayani keberangkatan berkelompok untuk mengurangi biaya teleportasi yang ditanggung secara pribadi. Eideth juga melihat sistem pos juga memakai fasilitas ini, Ia melihat beberapa kereta kuda penuh kargo dimana supirnya menunggu giliran mereka.

 

Reinhardt menurunkan Eideth di barisan VIP, memerintahkannya agar memakai nama Kekaisaran untuk membantunya. Eideth segera menolak meminta agar Ia diturunkan di kelas ekonomi saja namun Ia tidak mendapat pilihan. Segera pegawai Altar teleportasi melihat kereta kuda Kekaisaran berhenti didepan mereka, datang menyambut sang Pangeran. Reinhardt memerintahkan agar kedua temannya yang sedang berpergian itu diberi pelayanan terbaik oleh mereka. Eideth mengambil barang-barangnya dari bagasi kereta namun segera direbut oleh Pegawai Menara Sihir, "biar Saya saja Tuan" ujarnya.

 

Reinhardt mengucapkan sampai jumpa pada teman perjalanannya. Eideth menjabat tangan Reinhardt dengan dahi mengkerut namun segera memasang ekspresi ringan setelah menerima dan menghargai gestur yang diberikan. "Terima kasih Pangeran, Aku tidak ingin menerimanya namun Anda benar, Saya harus menikmati setiap kesempatan hidup ini, sampai jumpa lagi Pangeran". Eideth dituntun oleh Pegawai Menara Sihir seorang diri karena Vista sudah mendahuluinya.

 

Ada pemberhentian sejenak saat mereka memeriksa barang bawaan mereka, Pegawai tersebut meminta maaf karena mereka harus melakukan prosedur tersebut tapi Eideth tidak sungkan. Ia merasa sedikit nostalgia melihat hal itu dan menuruti prosedur mereka. Pegawai tersebut sangat terkejut melihat lencana Ksatria Kekaisaran didalam tasnya. Eideth tidak menutupi hal itu namun Ia menaruh sebuah jari didepan bibirnya mengisyaratkan pada Pegawai itu. Eideth berniat membayar biaya teleportasi namun mereka menolak. Mereka tidak berani menerima uang itu setelah apa yang mereka lihat. "Biaya teleportasi sudah dibayarkan oleh Kekaisaran" ujarnya.

 

Mereka berdua segera berdiri diatas Altar dengan ukiran lingkaran sihir. Mereka diminta untuk menaruh barang bawaan mereka di lantai agar memudahkan proses teleportasi. Setelah Penyihir itu siap dengan rapalannya, mereka bertanya apa pelanggan mereka itu sudah siap. Mereka mengangguk sambil mempersiapkan diri. Eideth mengingatkan Vista untuk tetap tenang dan bersiap-siap dengan gejala mabuk teleportasi. "Apa…" Vista belum selesai berkata-kata dan lingkaran sihir itu aktif. Semburan energi sihir dari bawah Kaki mereka begitu kuat mengubah tubuh dan barang bawaan mereka menjadi Mana. Mereka dipindahkan dengan instan ke koordinat tujuan mereka.

 

Mereka segera dipindahkan ke sebuah Altar teleportasi di Raziel. Altar itu berada diatas sebuah panggung dari bebatuan tanpa seorangpun disekitarnya. Setelah tubuh mereka kembali ke seperti semula, Vista segera merasakan mabuk teleportasi dan merasa ingin muntah. Eideth segera menyuruhnya untuk muntah di pinggir panggung agar tidak mengotori Altar tersebut.

 

Setelah memuntahkan isi perutnya Vista bertanya bagaimana Eideth baik-baik saja. "Oh, Aku sudah muntah tadi, tapi kutelan lagi" balasnya. Eideth memasang wajah senyum dengan mata sedikit berkaca-kaca, Ia baik-baik saja. Vista mengambil kembali tas mereka di lantai selagi Eideth membersihkan tempat itu. Tak lama kemudian, seorang prajurit tua datang diatas seekor kuda menghampiri Altar itu. "Tuan Eideth? Apakah itu Anda" tanya beliau. Eideth melambai kepadanya. Eideth meminta agar Ia merahasiakan kedatangannya, Ia ingin membuat sebuah kejutan. "Tuan sama saja seperti bibi Anda, Saya akan mengambilkan kereta kuda, tolong tunggu disini" ujarnya.

 

Vista segera naik kedalam kereta kuda itu, mengambil tempat duduk di sebuah sudut. Eideth memegang bahu Vista, Memintanya untuk minggir dari tempatnya. Saat Ia bertanya mengapa, Eideth tidak memberi penjelasan apapun selain menegakkan otoritasnya. "Terima kasih sudah menghangatkan tempat dudukku" ujarnya. Tempat duduk itu terasa begitu sempurna baginya, empuk bantalan kursi yang pas, pemandangan kota kesayangannya tidak terhalang oleh silau matahari, angin masuk kedalam kereta tidak terlalu kencang namun masih menyejukkan tubuhnya.

 

Eideth melihat orang-orang di kotanya melakukan rutinitas mereka sehari-hari. Ada yang berdoa pada dewa mereka di kuil kecil di Raziel. Pasar masih ramai dengan penjual dan pelanggan yang bertransaksi. Bisnis lokal juga sedang ramai dengan pelanggan prajurit mereka. Eideth tidak menyangka kumpulan prajurit dari program pelatihan sudah datang. Elf, Dwarf, Thiefling, Orc, juga Ogre, tentara dari berbagai ras berkumpul bersama di sebuah bar untuk beristirahat. Eideth merasa sedikit kecewa tidak bisa ikut berlatih dan berkumpul bersama mereka tahun ini.

 

Mereka akhirnya sampai didepan kastil Raziel. Eideth sudah mendiamkan para penjaga di gerbang depan. Vista bertanya mengapa Eideth tidak langsung masuk padahal itu rumahnya. "Kamu tidak mengerti, Aku ini pulang tiba-tiba tanpa kabar, ini harusnya kejutan" balasnya. Bulu kuduknya berdiri perlahan-lahan selagi Ia melangkah mendekati gerbang. Sudah waktunya Ia membuat jalan masuk yang meriah pikirnya. "Aku pulang" teriaknya dengan keras memecah kastil yang sunyi itu. Tanah sedikit berguncang dan suara langkah yang cepat terdengar pelan. "Sepertinya Aku tidak akan menjadi karakter utama untuk beberapa waktu" ucapnya entah karena panik namun perasaannya berkata seperti itu.