Eideth diminta untuk menjelaskan dirinya. Eideth tidak menyadari Ia punya masalah besar. Meskipun ini topik tentang Talent dan sihir ini merupakan hal yang sensitif, mereka perlu penjelasan yang lebih masuk akal dan dapat dipahami. "Bagaimana Kamu bisa mengubah Vista menjadi seorang Zombie" tanya Reinhardt.
Eideth memberitahu sebuah mantra yang Ia punya, bernama [Death Touch], sihir ofensif yang memiliki kemampuan rahasia. Ia mengubah musuh yang mati karena serangannya menjadi zombie. Mereka yang dibangkitkan kembali dalam wujud zombie itu harus menuruti perintah tuan barunya. Eideth menjelaskan mantra itu menggunakan banyak Mana dan Ia hanya bisa merapalnya karena Ia berada dalam Menara Sixen.
Setelah percakapan yang panjang, Ia berhasil memberi penjelasan yang cukup memuaskan. Eideth menjelaskan bahwa Ia tidak punya keistimewaan terhadap sihir apapun, melainkan Ia memakai sebuah pendekatan yang dikenal sebagai pertukaran dan sumpah mengikat. Eideth menjelaskan sihirnya sedikit berbeda karena Ia tidak punya kebebasan penuh dalam memakai mereka. Tidak seperti sihir lain yang hanya memerlukan rapalan dan menguras Mana, Ia punya batasan untuk seberapa banyak mantra yang bisa Ia rapal.
Eideth menjelaskan bahwa Ia punya lebih banyak persyaratan lainnya hanya untuk merapal mantra sihir karena itu Ia bukanlah penyihir yang dapat selalu diandalkan setiap waktu. Yang Mulia Kaisar memahami kesulitan Eideth menawarkan sebuah pengawal untuknya. "Terima kasih yang Mulia, Saya akan menyimpan penawaran itu, seorang pengawal yang diutus Kekaisaran akan menimbulkan banyak perhatian" ujarnya.
Eideth jujur penasaran dengan pengawal yang akan ditugaskan oleh Kaisar untuk mengawalnya. Namun Ia sudah punya Vista, pengawal terbaik yang bisa Ia dapatkan. 'Tapi Vista mau pergi' Eideth baru sadar siapa yang mau pergi itu. Ia sedikit menyesali karena menahan tawaran pengawal itu namun Ia harus menerima konsekuensinya. Sebelum Eideth pergi, Ia diberi sebuah lencana oleh Kaisar. "Itu adalah lencana Ksatria Kekaisaran, ini adalah tanda akses dari semua fasilitas yang dimiliki oleh Kekaisaran di seluruh Lucardo, Kamu juga bisa membeli beberapa barang menggunakan itu sebagai imbalan membangkitkan Gyslaine" ujar Kaisar.
Eideth sangat berterima kasih dan menundukkan kepalanya. Ia tidak menyangka Ia mendapat sebuah imbalan yang begitu besar. Lencana itu sendiri adalah tanda otoritas yang tinggi di kekaisaran, hanya Ksatria Kekaisaran yang dipilih langsung oleh Kaisar yang memiliki lencana itu, jelas Reinhardt. Eideth hampir saja takut dengan benda di tangannya itu, Ia langsung menyimpannya baik-baik di dalam sakunya untuk sementara. "Terima kasih atas hadiah ini yang Mulia, Saya harap Putri Gyslaine dapat segera pulih, Saya undur diri" pamit Eideth meninggalkan ruangan itu.
Keluar dari ruangan, Eideth pergi mencari tempat sepi. Ia hanya tahu klinik di Istana yang besar ini dan segera pergi kesana. Setelah memastikan tempat itu aman, Eideth memanggil Game Master lewat ponselnya agar panggilan mereka tidak terputus. "Zatharna, sudah waktunya, Aku sudah tidak punya urusan lagi, sudah saatnya membersihkan ulang Talent ini" ujarnya. Eideth meminta izin dari Zatharna agar IDC membersihkan Talent miliknya. Eideth melihat dua buah cahaya keluar dari tubuhnya, mereka berwarna emas dan biru tua.
"Apa ini Talentku" terka Eideth. Cahaya berwarna emas itu menghilang sementara Ia mengambil kembali yang biru. Bilah [Stasis] muncul di tangannya disaat itu juga Eideth merasakan kejanggalan. Eideth berpikir dengan keras memperkirakan semua kemungkinan, "tapi tidak ada bukti" ujarnya. Zatharna dan Eideth segera mendapat pemberitahuan yang sama.
[Conceptualize: TTRPG sedang dibersihkan ulang dari pengaruh asing.
Pemain tidak akan mendapat keuntungan dari fitur TTRPG selama proses ini berlangsung.
Waktu pembersihan ulang: 720 jam.]
Eideth melihat Talent miliknya dinonaktifkan selama satu bulan. Ia harus memikirkan cara bertahan dengan Stasis dan Teknik sihir miliknya selama waktu itu. Eideth juga harus berhati-hati menjaga tubuhnya karena Ia takkan bisa memulihkan diri dengan fitur istirahat panjang selama satu bulan. Berpikir Ia tidak bisa memakai cantrip selama satu bulan menyayat hatinya.
"Eh, tunggu sebentar" Eideth mencoba merapal sebuah mantra yang sangat sering Ia pakai. "[Prestidigitation]" Eideth membuat sebuah alunan irama kecil, matanya berbinar mendapati mantra itu berfungsi. Ia sama sekali tidak menyangka mantra sihir yang sudah Ia terjemahkan kedalam sistem sihir Artleya dapat berfungsi seperti biasa. Eideth seharusnya tidak dapat menggunakan mantra sihir dari permainan TTRPG namun setelah menerjemahkan mereka, Ia dapat memakainya seperti biasa walau harus mengikuti aturan sihir Artleya.
Eideth merasa cukup optimis dengan dirinya untuk satu bulan kedepan. Meskipun Ia baru menerjemahkan Cantrip dan beberapa mantra berlevel, Ia yakin itu cukup. Eideth juga mendapat balasan dari Zatharna dari ponselnya. Ia berkata meski mereka tidak terhubung melalui Talentnya untuk saat ini, Zatharna ingin tetap berhubungan dengan Eideth melalui ponsel yang Ia pinjam. Zatharna memastikan pada Eideth bahwa Ia akan memberi Eideth privasi saat mengawasinya. Zatharna tidak ingin Eideth merasa tidak nyaman. Eideth pun berterima kasih. "Titip salamku pada Fawn dan Ryx" ujarnya sebelum menutup ponselnya.
Eideth pergi mencari rekan-rekannya yang lain untuk memberitahu kabar terbaru yang Ia miliki. Ia meminta bantuan seorang pengawal untuk mengantarnya ke ruangan tempat mereka beristirahat. Eideth mengetuk pintu itu sebelum Ia masuk dan melihat Paladin ditutupi perban di seluruh tubuhnya. Kedua tangan dan kakinya di plaster, Eideth mencoba menahan tawanya melihat Paladin. Kondisi Vista baik-baik saja karena Ia terhubung dengan Eideth melalui Talentnya, untuk itu Ia juga mendapat keuntungan isitrahat panjang dari sistem TTRPG.
"Vista, Paladin, bagaimana keadaan kalian" sapa Eideth. Vista menjelaskan Paladin mendapat luka yang cukup serius dari pertarungan terakhir. Empat belas tulangnya patah dan tiga luka dalam, untungnya Ia mampu mendukung tubuhnya dengan Teknik sihir mencegah lukanya bertambah serius. "Tapi butuh waktu beberapa minggu hingga Ia dapat bergerak kembali" jawab Vista.
Eideth berlutut jatuh merasa lemas kekuatannya mulai hilang. "Hey, ada apa denganmu, jangan mengagetkan Kami seperti itu… Kau tak apa" Vista sedikit panik menanyakan keadaannya. Eideth berkata Ia baru saja menonaktifkan Talent miliknya untuk sementara waktu, Ia menerima sedikit gejolak balik tapi Ia tidak apa-apa. "Tunggu sebentar, biarkan Aku merapal mantra ini" ujarnya mencoba mengumpulkan Mana. "Tutuplah luka, pulihkan tubuhmu, level 6, [Heal]".
Tubuh Paladin dialiri Mana dan lukanya pulih dengan kecepatan yang luar biasa. Paladin coba menggerakkan tubuhnya dan Ia tak mendapat nyeri lagi. Ia segera melepas semua perbannya dan mengenakan baju pelindungnya kembali. "Kamu benar-benar menyukai baju pelindung itu ya" komentar Vista melihat Paladin tidak mau berpisah dengan mereka begitu lama. Eideth juga berpikir hal yang sama tentang Paladin selalu mengenakan perlengkapan penuh untuk selalu siap bertarung. Mereka mencoba bertanya alasan Paladin seperti itu.
Paladin mengambil buku catatannya dan mulai menulis, Eideth dan Vista tahu itu adalah cerita yang panjang namun rasa penasaran mereka membuat mereka menunggu dengan tenang. Tiba saatnya Paladin membalikkan buku catatan itu, mereka mulai membaca dengan seksama.
[Alasan Aku selalu mengenakan baju pelindung lengkap seperti ini adalah karena ujian dari guruku] ungkapnya. Eideth tidak menyangka benar-benar adalah kisah lebih dalam mengenai baju pelindung itu dan Ia lanjut membaca. [Ketika Aku menyelesaikan latihanku, guruku memberi sebuah ujian untuk mengenakan baju zirah ini hingga Aku dapat bertemu dengannya kembali, selama ujian berlangsung, Aku tidak boleh berbicara dan harus selalu mengenakan baju zirah ini sepanjang waktu, menguji tekad dan kesabaranku, Aku hanya dapat melepas zirah ini dan berbicara kembali seperti biasa setelah menemukan guruku] tulisnya disana.
"Yah, itu adalah ujian yang bodoh" cetus Vista. Eideth segera memukul kepalanya dan meminta maaf pada Paladin mewakilinya. "Apa salahku, mengapa Kamu mau melakukan ujian tidak masuk akal seperti ini" Vista benar-benar tak mengerti jalan pikiran itu. "Kamu yang tidak mengerti apa-apa" balas Eideth, "Guru Paladin tentunya punya alasan memberi ujian ini padanya, dari yang Aku tahu, ujian seperti ini untuk melatih kebulatan tekad dan keteguhan pikiran, hal yang sangat penting untuk seorang petarung seperti Kita".
Eideth menghormati prinsip Paladin dan memutuskan untuk tidak menanyakan lebih jauh. Ia harus menutup mulut Vista agar Ia tidak mengatakan hal yang lebih buruk. Eideth bertanya apa Paladin memiliki ketidaknyamanan dengan tubuhnya, Ia tidak tahu seberapa ampuh sihir penyembuhan yang Ia miliki. Paladin menulis lewat buku catatannya bahwa Ia tidak apa-apa, Ia tidak merasa nyeri lagi saat menggerakkan tubuhnya.
Melihat semuanya sudah baik-baik saja, Eideth menanyakan pertanyaannya. "Paladin, apa rencanamu selanjutnya", [mengapa Kamu tiba-tiba bertanya seperti itu] tulis Paladin. Eideth tetap merasa tidak enak namun Ia harus memberi tahu hal ini. "Begini… alasanku pergi berpetualang adalah untuk berjelajah menuju Lucardo lalu melanjutkan pendidikanku di Akademi Gonan. Karena Aku sudah sampai disini, Aku tidak punya alasan lagi untuk lanjut berpetualang" ungkapnya. Meski tertutup oleh helm besi itu, Eideth bisa tahu ekspresi wajah yang dibuat Paladin dibaliknya, atau pikirnya begitu.
[Aku turut senang untukmu] tulis Paladin, "eh?" Eideth kebingungan. [Kita semua punya tujuan yang berbeda, Kita berpetualang bersama hanya karena jalan Kita bertemu satu sama lain, meskipun Kita akan berpisah, Aku harap Kamu dapat mencapai tujuanmu] tulis Paladin. "A-Aku…" Eideth kesulitan untuk bicara. Ia menyadari bahwa Ia sudah cukup dekat dengan Paladin lewat perjalanan yang mereka lakukan bersama. Eideth tahu kejadian seperti ini akan sering terjadi, Ia selalu benci dengan Perubahan itu. Meskipun begitu, Ia tidak ingin menyisakan sebuah penyesalan.
"Paladin, Aku ingin berterima kasih atas semuanya, Kamu sudah seperti temanku dan guruku, terima kasih sudah mengajariku Teknik sihir lainnya, terima kasih sudah bertarung denganku disepanjang perjalanan Kita" Eideth membungkukkan tubuhnya menundukkan kepala. Pengetahuan akan sihir adalah suatu hal yang berharga, hanya mereka yang memiliki hubungan dekat yang mau membaginya. Meskipun Eideth hanyalah teman perjalanan sementara, Paladin tetap mengajarinya tanpa pamrih. Eideth berhutang padanya untuk itu.
Paladin meminta Eideth untuk menaikkan kepalanya. Paladin berkata Ia juga berterima kasih pada Eideth yang sudah berpetualang bersamanya selama ini. [Apa Kamu ingat saat pertama kali Kita bertemu] tanya Paladin, [waktu itu Aku berbicara pada Kalian, itu benar-benar memalukan, Aku tidak pernah bicara lagi dengan Kalian setelah itu karena malu, namun Kalian menerimaku berbicara menggunakan tulisan seperti ini, terima kasih sudah menerimaku, berkat Kalian, Aku dapat merasakan kesenangan berpetualang bersama rekan] ungkap Paladin. Eideth yakin Paladin mengucapkan sesuatu dengan suara pelan, terima kasih ujarnya dengan berani.
Paladin sendiri tidak tahu apakah suaranya terdengar barusan, Ia malah malu dan mengalihkan pandangannya kearah lain. [Bagaimana denganmu, Vista, apa yang ingin Kau lakukan setelah ini] tanya Paladin. "Aku akan mengikuti Eideth" jawab Vista tanpa pikir panjang. "Aku sebenarnya tidak punya rencana lain tapi Aku sudah memutuskan untuk mengikuti Eideth sementara waktu, untuk mengawasinya, Aku akan memutuskan rencanaku selanjutnya nanti, Aku masih belum memilikinya" ungkap Vista.
[Baguslah kalau begitu] ujar Paladin, respon dari Eideth malah tidak percaya. "Jadi Kamu tidak pergi" tanya Eideth, Ia segera merangkul leher Vista dengan lengannya sambil tertawa dengan gembira. "… Aku tarik perkataanku, Paladin, Aku ikut denganmu saja" guraunya. Meskipun kecil, Vista dan Eideth dapat mendengar tawa lembut dari Paladin.
Begitu Eideth dan Vista keluar dari ruangan agar memberi Paladin privasi. Beberapa pengawal segera menghampiri mereka. Awalnya Eideth mengira semua baik-baik saja namun mereka mengenakan perlengkapan penuh dan membawa senjata. Mereka segera menodongkan senjata mereka pada Vista dan Eideth diperintahkan untuk menjauh. Eideth meminta penjelasan pada mereka tentang apa yang terjadi. "Kami mendapat tanda penggunaan Mana untuk sihir level tinggi dari ruangan ini, Kami telah diperintahkan untuk mengawasi subjek berbahaya ini" jawab seorang prajurit.
Reinhardt segera tiba di lokasi untuk mengendalikan situasi. Reinhardt minta maaf pada Eideth karena hal ini terjadi namun yang Mulia Kaisar memerintahkan pengawasan penuh pada Vista. Eideth tidak merasa keberatan namun Ia berbalik meminta maaf pada Reinhardt. Ia menjelaskan bahwa penggunaan Mana tiba-tiba itu adalah ulah dirinya. Eideth menyembuhkan Paladin menggunakan sihir dan menghabiskan Mana yang cukup besar.
Reinhardt segera memerintahkan para prajurit untuk menurunkan senjata mereka dan membubarkan diri. Eideth minta maaf sekali lagi pada Reinhardt atas masalah yang Ia sebabkan. "Itu bukanlah masalah, angkat kepalamu Eideth, ehem, apa Kamu punya izin sihir" Reinhardt bertanya balik. Eideth menjawab tidak, Ia mengaku Ia baru-baru ini mendapat kemampuan memakai sihir jadi Ia belum sempat membuat registrasi. Reinhardt memijat kepalanya mengetahui Eideth adalah kasus yang aneh. Reinhardt meminta Eideth dan Vista untuk ikut dengannya mengambil izin sihir mereka nanti.
Paladin mengintip dari celah pintu melihat keributan apa yang terjadi. Eideth menjelaskan apa yang terjadi dan memastikan masalah tadi sudah terselesaikan. Terjadi pertukaran permintaan maaf yang aneh namun dengan cepat terselesaikan. Eideth bertanya pada Vista dimana barang-barang mereka setelah kejadian di Larcova, Ia benar-benar lupa tentang barang-barangnya. Reinhardt memerintahkan seorang pelayan untuk membawakan barang-barang mereka.
Setelah merapikan barang-barang mereka, Paladin meninggalkan kelompok mereka untuk meneruskan perjalanannya. Reinhardt meminjamkan seorang kusir untuk Eideth supaya mereka dapat mengantar Paladin pergi. Didalam kereta Eideth punya sesuatu untuk disampaikan. "Paladin, Aku punya sesuatu untukmu" kata Eideth. Ia memberinya sebuah ponsel dan menjelaskan kegunaannya. "Jika Kamu ada masalah, hubungi Kami berdua, Kami akan segera datang untuk membantu" ujarnya. Eideth juga mengingatkan untuk fitur duplikasi pada ponsel itu, Ia menyarankan agar Paladin memberi sebuah ponsel pada gurunya agar mereka tidak putus hubungan.
Eideth dan Vista mengantarkan Paladin yang pergi bersama kelompok pedagang. Eideth terkejut Paladin telah membuat rencana perjalanan baru begitu cepat meskipun Ia kesulitan bicara. Eideth juga terpikir bagaimana Alban Ksatria dari Kuil Sphyx bisa berkelana bersama Paladin. "Sampai jumpa Paladin" Eideth menjabat tangan Paladin, begitu juga dengan Vista. Mereka tidak bertukar kata dan hanya berdiri di sana, niat mereka saja sudah cukup untuk menyampaikan semua pesan selamat tinggal. Paladin masuk ke dalam kereta kuda penumpang kemudian kelompok pedagang itu pergi.
Setelah siluet rombongan itu menghilang, Eideth mulai menyesal tidak mengatakan apapun dan mengeluarkan ponselnya. "Yup, Aku tidak tahan, Aku harus memberitahu sesuatu sebelum Aku menyesal" ujar Eideth mengetik dengan cepat pada layar ponselnya. Paladin yang duduk dengan kaku bersama pedagang lain kesulitan untuk masuk dalam pembicaraan dan hanya mendengarkan. Suara dering dari kantungnya menarik semua perhatian dari dalam kereta kuda itu. Paladin mengeluarkan ponselnya barunya dan melihat sebab bunyi tersebut.
[Sampai jumpa lagi Paladin.
Semoga beruntung (thumbs up emoji)
Beri Aku pesan saat Kamu kesulitan. Ok?]
Tiga pesan singkat itu membuat suasana Paladin menjadi lebih ceria. Para pedagang lain dapat merasakan perubahan aura darinya setelah membaca tulisan di cermin sihir itu. Paladin segera memberi balasan lalu menyimpan ponselnya kembali untuk fokus pada perjalanan. Meskipun mereka baru saja berpisah, Paladin tidak merasa kesepian di tinggal kelompoknya.
…
Eideth begitu senang mendapat balasan dari Paladin. Meskipun begitu, Ia sedang mengalami kesulitan sekarang. Setelah mengantar Paladin, Eideth dan Vista tengah mengurus surat-surat kependudukan. Karena latar belakangnya yang istimewa, Vista mendapat perlakuan "khusus" sebagai tamu dari dunia lain. Ia diminta untuk menandatangani berbagai macam surat perjanjian agar diizinkan untuk tetap tinggal di bawah pengawasan Kekaisaran.
Eideth bertingkah seperti pengacara Vista dan ikut membaca perjanjian itu bersama dengannya. "Tuan, bisakah Anda menjelaskan isi perjanjian ini kepada klien Saya disini, Saya ingin Kita semua memiliki pemahaman yang cukup sebelum menandatangani apapun" pinta Eideth. Perwakilan dari Kekaisaran kebingungan melihat ini namun tetap profesional dengan pekerjaannya. Ia mulai menjelaskan isi surat-surat tersebut selagi Eideth dan Vista membaca mereka memastikan isinya.
"Tuan Vista akan dijamin keselamatannya selama Ia memegang bagiannya dari perjanjian. Ia tidak boleh mengkhianati Kekaisaran dan Artleya dalam bentuk apapun. Tuan Eideth disini adalah satu-satunya jaminan Kami bahwa Anda takkan berkhianat, untuk itu Kami mengajukan ini untuk melindungi Anda dan juga diri Kami sendiri" ujarnya. Eideth dan Vista butuh sedikit waktu untuk berpikir, "bagaimana, Kamu setuju dengan ini" tanya Eideth.
Ini hanyalah candaan karena Vista langsung menandatangani perjanjian itu. Tiba-tiba, sebuah rantai muncul dari kertas itu dan memasuki tubuh Vista. Eideth tidak menyangka akan melihat sebuah pertunjukkan sihir disaat itu juga. "Vista, apa Kau baik-baik saja" tanya Eideth. Vista berkata Ia tidak apa-apa kecuali merasa tidak nyaman untuk beberapa saat ketika rantai itu menusuknya. Perwakilan itu segera menjelaskan apa yang terjadi. "Kalian berdua tidak perlu khawatir, itu hanyalah sihir pengekang jiwa agar Tuan Vista mengikuti perjanjian ini, Kami butuh lebih banyak jaminan seperti yang Tuan bisa lihat" ungkapnya.
Tak lama kemudian, rantai sihir itu lepas dari tubuh Vista dan terjatuh ke atas meja mereka. Eideth melihat wajah Perwakilan itu menjadi pucat dengan mata melotot. Ia berdiri dari kursinya dengan kaki gemetaran kemudian diikuti seluruh tubuhnya bergetar. "Ba-bagaimana mungkin" ujar Perwakilan itu. Eideth bertanya padanya apa yang sebenarnya terjadi. Dengan terbata-bata Ia menjawab, Dia tidak punya jiwa. Eideth melihat kearah Vista sedikit terkejut.
Vista segera mengakui hal ini, "benar, Aku tidak memiliki jiwa, Dunia lamaku tidak memiliki hari akhir, Dewa Kami menghancurkannya, karena itu saat Kami mati, itu adalah akhir eksistensi Kami" jawabnya dengan monoton. Eideth bisa melihat betapa merisaukannya hal ini, ditambah keluarga Kekaisaran melihat itu secara langsung. Akan sulit bagi mereka untuk tinggal di Lucardo pikir Eideth jika semuanya berakhir seperti ini.
Mau tidak mau, Eideth harus turun tangan sekali lagi. Eideth mengambil rantai itu dan menggulungnya di tangannya. Ia merapalkan sesuatu yang sulit dipahami oleh orang lain. Eideth memberi Vista Perintah untuk berdiri menghadapnya. Eideth berdiri dengan gulungan rantai sihir di tangannya menghadap Vista, menyelesaikan sesuatu yang Ia ucapkan. Eideth menusuk dada Vista memakai tangan dengan gulungan rantai tersebut. Tangannya berubah menjadi sesuatu yang tidak berwujud fisik mencoba meraih sesuatu.
Didalam tubuh Vista, Eideth mengikat rantai itu pada sebuah esensi berupa titik bercahaya. Vista membuka matanya seakan tak percaya namun seluruh tubuhnya bisa merasakan hal itu. Eideth menarik kembali tangannya dan mengubah kembali tangannya menjadi seperti semula. Perwakilan tersebut dapat melihat surat perjanjiannya berubah tanda sihir pengekang jiwa tersebut berhasil namun sudah dimodifikasi. Ia kesulitan membaca perubahan itu karena tertulis dengan tulisan asing namun Ia bisa melihat perjanjiannya mengikat "Eksistensi" dari Vista.
Sang Kaisar bertanya apa yang baru saja Eideth lakukan. Karena Ia tidak bisa memberitahu apa yang sebenarnya terjadi, Eideth menjawab "Saya hanya mengubah mantra itu sedikit, yang Mulia, untuk penjelasan bagaimana, Saya punya jalan Saya sendiri". Kalimat terakhirnya itu adalah tanda tabu yang orang Artleya selalu hindari. Mengetahui betapa sensitifnya topik tersebut, Kaisar berhenti meminta penjelasan. Menjawab perintah Kaisar, perwakilan tersebut memastikan sihir pengekangnya sudah bekerja. "Karena semuanya sudah selesai," Kaisar bangun dari kursinya, "selamat datang di Artleya" sambutnya pada mantan Apostle itu. Eideth hanya bisa bersyukur semuanya berjalan dengan lancar.
Eideth segera meminta maaf pada Vista setelahnya. Ia sedikit panik melihat ekspresi wajah Kaisar dan tidak ingin membuat hal menjadi rumit. Vista tidak masalah, Ia hanya terkejut Eideth mampu melakukan hal itu. Vista mengaku Ia tambah penasaran dengan orang seperti apa Eideth sebenarnya. Eideth mengalihkan pembicaraan itu selagi mereka dituntun ke tempat selanjutnya.
Selagi berjalan Eideth melihat tangannya yang barusan menusk Vista. Ia baru saja menggunakan pengetahuannya dari IDC untuk mengikat sihir itu pada Eksistensi Vista. Itu adalah sesuatu yang Ia pelajari dalam masa kerjanya di IDC. Eideth tidak menyangka akan melihat pengetahuan itu berguna. Ia punya perasaan rumit tentang itu tapi yang jelas Ia bangga dengan dirinya sendiri dan hidup yang telah Ia jalani. Ia mengepalkan tinjunya berharap Ia akan selalu membuat pilihan yang benar, paling tidak, pilihan yang takkan Ia sesali.