Chereads / Melldfy's Academy / Chapter 5 - elemen api

Chapter 5 - elemen api

Arriena terduduk di bawah pohon rindang dengan udara yang begitu sejuk. Saat ini ia sedang merenungkan beberapa kata yang sempat diucapkan oleh Lillian.

"Bertarung lah denganku."

Arriena terkesima melihat tawaran Lilian untuk beradu kekuatan magis. Sejauh ini dia tidak pernah benar-benar melatih kemampuannya dalam mengendalikan elemen api.

"T-tunggu dulu Lillian haha, ini b-bercanda kan? Dia tadi hanya beruntung, tidak ada yang lebih kuat dari mu saat menggunakan elemen api kok." Ucap Leah panik. Arriena yang melihat gelagat aneh dari temannya itu berpikir sesuatu yang menantang.

Setelah berpikir sejenak, ia tersenyum miring, "Baiklah, aku terima tantangan dari mu." Akhirnya Arriena menerima tantangan dari Lilian.

Dengan terpejam Arriena berteriak frustasi, "Apa yang aku lakukan??? Aku bodoh ya? Mengapa aku menerima tantangan itu?"

"Sudah jelas aku akan kalah sialan." Umpatnya tanpa henti.

Namun, saat Arriena meratapi kekalahan yang hampir pasti akan diterimanya, Isaac tiba-tiba muncul dengan pakaian superhero dan topi dengan huruf 'I' di atasnya. Dia mengangkat jari telunjuknya dan berkata dengan penuh semangat, "Tidak ada yang tidak mungkin jika kita memiliki kekuatan yang besar! Itu artinya kau harus berlatih lebih keras lagi. Marilah kita berlatih bersama dan menjadi penguasa elemen api yang handal haha!"

"ISSAC BODOH! KAU MENGAGETKANKU!" Teriak Arriena terkejut dengan memukulkan tongkat sihirnya ke kepala Issac dengan kuat, ringisan keras terdengar jelas.

"ADUH SAKIT RIN!" Teriaknya.

"Apa-apaan kostum mu itu? Menjijikkan!"

Isaac memegang kepalanya dan berkata terengah-engah, "Oh tidak, bahaya nih Arriena! Perisai superhero-ku yang tadi sedang aku pasang di kepalaku pecah karena tongkat sihirmu! Sial, sekarang aku rentan tak terlindungi dari serangan siapapun. Aku merasakan kekuatanmu Arriena, tolong ampuni aku dan biarkan aku memulihkan diri sebentar!" Isaac memelas dengan wajah dan suara yang sangat dramatis, membuat Arriena geram.

"MORS ULTIMA-"

"T-tunggu Rin jangan mantera itu kita bisa mati, maafkan aku, aku hanya bercanda" Ucap Isaac ketakutan.

"Dan? Ada apa kau tiba-tiba kesini? Dan cepat ganti kostum mu itu, sangat ketat." Arriena terlihat kesal akan tingkah konyol Issac.

"Baiklah…" Ucap Issac lesu. Dengan sekejap ia mengganti kostumnya dengan pakaian sehari-hari yang ia kenakan.

"Sekarang beri tahu aku mengapa kau begitu frustasi tadi?" Tanya Issac penasaran.

Arriena menatap Isaac tajam dan langsung menjawab, "Kau tidak tahu, Lilian menantangku untuk pertarungan." Dia pause sejenak lalu melanjutkan, "Tapi, aku tidak mampu menandinginya. Lilian jauh lebih handal dari Aku." Arriena merasa kecil dan tidak berdaya di depan Lilian.

Isaac yang bingung mencoba bertanya, "Hah? Siapa itu Lilian? Apa dia musuh kita?"

"Musuh?" tanya Arriena, heran.

"Tidak, sebenarnya Lilian adalah senior ku di Melldfy's Academy, dia terkenal sangat hebat." Jelas Arriena, Issac teringat sesuatu.

"OH LILLIAN YANG ITU, YANG MEMILIKI DADA BES-" Sebelum ia menyelesaikan ucapannya, lagi-lagi tongkat sihir melayang menghantam penuh kepala Isaac.

"Dasar mesum." Bentak Arriena.

Saat menahan sakit, Issac teringat sesuatu yang akan ia sampaikan kepada Arriena, ini adalah tujuan awalnya ia menghampiri Arriena.

"Ahh Arriena, kau tau terakhir ini aku mencari informasi tentang buku jenis Archaic yang kau temui itu! Dan aku menemukan sesuatu!" Ucap Issac antusias, mendengar hal tersebut memancing rasa penasaran Arriena yang besar.

Arriena langsung memicingkan mata dan bertanya, "Apa itu, Issac? Beritahu dengan cepat!"

Issac merogoh kantong di balik sakunya dan mengeluarkan sebuah kertas yang tampak lusuh dan tua, ia memberikannya kepada Arriena. "Inilah hal yang aku dapatkan, daftar rahasia tentang ilmu yang dulu hilang!" Ucapnya antusias.

Arriena meraba-raba gulungan kertas itu dengan penuh kehati-hatian, setiap bagian dari detail halaman tersebut dikaji dengan seksama. Terlihat bahwa daftar itu berisi rahasia ilmu sihir, yang terakhir kali dilaporkan hilang selama berabad-abad.

"Jadi, daftar ini adalah rahasia yang hilang selama berabad-abad?" tanya Arriena pada Isaac, masih menatap dengan seksama kertas tersebut.

"Iya Rin, akulah yang menemukannya. Ada kemungkinan bahwa informasi ini bisa membawa kita pada sesuatu yang besar tentang buku itu, tapi tentu saja resikonya cukup besar." Jawab Isaac dengan serius.

"Grimoire of Pope Honorius". Ucap Arriena, membaca satu judul buku yang terdaftar di salah satu gulungan tersebut.

"Buku ini diduga berasal dari abad ke-17 dan diyakini memiliki kekuatan magis yang besar. Isinya berisi berbagai macam ritual, mantra, dan ramalan yang katanya mampu mengubah kehidupan seseorang secara drastis. Walaupun terkenal, buku ini juga dianggap kontroversial dan banyak diperdebatkan oleh kalangan ahli sihir dan okultisme." Lanjutnya membaca sepenggal kalimat disana.

"Tunggu, logo apa ini?" Tanya Issac, merasa aneh.

"Sepertinya ini logo dari sebuah akademi." Lanjut nya sedikit yakin.

Arriena melihat dengan seksama logo tersebut dan menyadari bahwa memang benar, logo tersebut berasal dari akademi sihir terkemuka.

Melldfy's Academy.

"Mungkin ada kaitannya dengan akademi sihir yang akan aku masuki ini," kata Arriena dengan cemas. "Kita harus berhati-hati dan memastikan bahwa informasi ini tidak jatuh ke tangan yang salah." Ucap Issac menutup gulungan tersebut.

"Baiklah Rin, jangan terlalu di pikirkan. Sekarang mari kita fokus latihan." Lanjut Issac menenangkan.

Benar, daripada pusing memikirkan buku itu, lebih baik aku melatih kemampuan ku di sini bersama Issac. Pikir Arriena.

Issac dan Arriena menuju ke arena latihan yang biasa mereka gunakan untuk berlatih dan memulai latihan mereka. Issac membantu Arriena mengembangkan dan mengendalikan kemampuan elemen apinya yang baru ditemukannya.

Arriena memusatkan pikirannya pada tangannya, menciptakan api kecil yang terus bertumbuh menjadi bola api. Issac membimbingnya untuk mengendalikan bola api tersebut dan memanipulasinya agar bergerak mengikuti gerakan-gerakan jari-jarinya.

Setelah membiasakan diri dengan gerakan-gerakan jari yang diberikan oleh Issac, Arriena mempraktikkan beberapa teknik pengendalian api yang lebih kompleks. Dia belajar untuk memanipulasi bentuk dan ukuran api, mengubah warna api, dan bahkan mengontrol suhu api.

Setelah sekian lama berlatih, Arriena berada pada tahap di mana ia dapat mengendalikan api dalam berbagai bentuk dan ukuran tanpa banyak kesulitan. Issac merasa puas dengan kemajuan yang telah dicapai Arriena, namun dia merasa itu belum cukup. Issac kemudian memberikan tantangan baru yaitu membangkitkan kobaran api yang lebih besar dan mengendalikannya di udara.

Arriena mengambil napas dalam-dalam dan memusatkan pikirannya untuk memanggil api yang lebih besar. Dia merasakan panas yang intens meningkat dari perutnya dan naik ke tangannya saat bola api yang lebih besar muncul di antara tangan terbuka.

Arriena khawatir bola api yang lebih besar mungkin tidak bisa dikendalikan. Namun, dengan fokus dan perlahan-lahan mengikuti gerakan jari-jari Issac, Arriena berhasil mengendalikan bola api yang lebih besar dengan percaya diri.

Issac memberikan tantangan berikutnya yaitu membentuk api menjadi beberapa bentuk seperti lingkaran, kubus, dan segitiga. Arriena mengambil waktu sebentar untuk berpikir, namun kemudian dengan percaya diri ia berhasil membentuk api menjadi beberapa bentuk yang diminta oleh Issac.

Setelah latihan yang melelahkan, Arriena dan Issac duduk di atas rerumputan dan bernapas dengan cepat karena kelelahan. Issac memberikan sebuah gelas air minum ke Arriena dan mengatakan, "Kamu luar biasa Arriena. Kemampuanmu mengendalikan api semakin lama semakin memukau. Kamu pasti akan menjadi ahli pyromancer yang hebat."

Masih terengah-engah dan berbaring, Arriena mengumpat kesal, "Sialan hah- menggunakan elemen api ternyata sangat menguras tenaga."

Isaac memberikan saran dengan nada yang lucu dan meminta Arriena untuk lebih banyak minum dan sedikit roti panggang untuk mendapatkan kembali energinya. Dia kemudian meraih roti panggang dan melemparkannya ke udara, menangkapnya dengan cepat sebelum meleset dari tangannya. Arriena hanya tertawa kecil dan menyusul dengan mengambil roti panggang lainnya dan mulai memakannya.