Di sela sela perjalanan, aku mengamati lagi cincin pemberian Pandora. Cincin itu memiliki 3 buah permata dengan ukuran bahasa kuno yang aku tidak mengerti sama sekali.
"Apa maksudnya memberikan cincin ini?, dan apa hubungan perkataan nya dengan serangan Rosaria kemarin?.. "
Pikiran ku penuh dengan pertanyaan tentang kemunculan Pandora tadi, aku pun terus mencari jawaban di dalam otak ku, tapi tidak menemukan satu pun. Akhirnya aku cuma bisa menyimpulkan bahwa dari perkataan Pandora, dia terlibat dengan kejadian kali ini.
Lamunan ku pun dipecahkan oleh pelayan yang memberitahu bahwa sebentar lagi kita akan sampai di aula, aku lalu memasukkan cincin itu ke saku ku.
Ketika memasuki aula, aku disambut oleh orang-orang dengan pakaian serba hitam yang sedang membawa seikat bunga di tangan mereka.
"Silahkan tuan Nian, putri Atsuko telah menunggu anda. " Pelayan itu memberikan hormat, lalu meninggalkan ku dan bergabung di barisan orang-orang yang lain. Sedangkan aku ditinggalkan sendiri di hadapan seorang wanita dengan kuping rubah dan memiliki 3 buah ekor, wanita itu juga mengenakan gaun hitam dengan tiara kecil di kepalanya.
"Terimakasih sudah datang memenuhi panggilan ku, aku putri Atsuko salam kenal. " kata nya sambil menundukkan kepala dan sedikit mengangkat gaunnya.
Aku juga membalas salam itu.
"Apa yang bisa ku bantu putri?. "
"Aku ingin memberikan mu sesuatu, ibu ku mengatakan dia ingin kau memilikinya. "
Lalu seorang pelayan mendekat dengan membawa sebuah kotak di tangannya, di dalam kotak itu berisi sebuah kalung dengan motif rubah sedang melilit sebuah bola kaca.
Atsuko mengambilnya, lalu mendekat kepada ku untuk memakaikan nya di leherku. Untuk mempermudah aku pun menundukkan sedikit kepala ku, kaling itu pun selesai dipasangkan.
"Terima lah, kalung ini adalah harta milik kami yang sangat berharga. Ibuku percaya bahwa kau akan menyelesaikan semua kekacauan di negeri ini, jadi.... jangan kecewakan ibuku... " air mata menetes mengalir di pipi Atsuko saat dia mengatakan itu.
"Jangan menangis tuan putri, aku tidak akan mengecewakan pengorbanan ibumu... "
Tangis Atsuko menjadi sedikit reda setelah mendengar itu.
"Kau boleh pergi sekarang, Nian... "
Aku pun berjalan keluar dari Aula meninggalkan yang lainnya. Aku memutuskan untuk kembali ke kamar, untuk melihat Himari dan Tohru, karena aku merasa jika aku sudah keluar cukup lama.
"Ohh... kau sudah kembali Nian... " Himari menyambut ku sambil memakan sepotong apel ditangannya. Sedangkan Tohru sedang tertidur pulas.
"Iya... maaf membuat kalian khawatir... "
"Oh iya Himari, aku ingin menanyakan sesuatu mungkin kau tau. "
Aku lalu mengeluarkan cincin pemberian Pandora dari saku ku, dan memperlihatkan nya pada Himari, dia tampak terkejut ketika melihat cincin itu.
"Dari mana kau mendapatkan cincin itu?... "
"Pandora memberikan ini padaku. "
"Pandora pengendali waktu itu?. "
Aku mengangguk.
"Simpanlah baik baik Nian, cincin itu akan sangat berguna nanti. cobalah memakai cincin itu. "
Aku lalu memasangkan cincin itu ke jari manis ku, saat cincin itu terpasang sebuah cahaya terang keluar dari cincin itu, setelah beberapa menit cahaya itu pun redup.
Aku mencoba melepaskan cincin itu, tapi cincin itu tak mau lepas sekeras apapun aku mencobanya.
"Apa artinya ini Himari...?"
"Cincin itu sudah memilihmu... sekarang cincin itu akan selalu berada ditangan mu sampai dia menyelesaikan tugasnya." Ungkap Himari dengan wajah serius.