Chereads / Wrong face wrong life / Chapter 18 - 17

Chapter 18 - 17

17. Tentang Ayah.

Kei kehilangan mood buat makan. Setelah mandi ia merasa lebih mengantuk. Saat ia berpikir untuk tidur, Vien datang dengan pakaian baru di tangannya. "Kei, Sherina sudah cerita semuanya. Dia juga minta maaf karna merobek pakaianmu."

"Hm... Terima kasih untuk pakaian barunya." Kei mengambil pakaian yang di berikan Vien, lalu kembali ke toilet kamarnya untuk memakai pakaian.

Vien melirik pria yang beristirahat di tempat tidur. Sama seperti Kei dan Sherina, Pria ini memiliki elemen kegelapan dalam sihirnya. Kutukan Vien membuat Vien tidak bisa bersentuhan dengan orang yang tidak memiliki elemen kegelapan. Jika itu terjadi orang tersebut akan mati.

"Kamu kekasihnya Kei?" Anggara sedang sakit, sehingga ia tak memperhatikan wajah Vien yang serupa dengan Alvian.

"Aku harap begitu." Jawab Vien malu-malu.

Anggara melihat sosok ramping Beastman kelinci, yang berada tak jauh darinya. Kelinci itu tampaknya bukan seorang gadis. Hal ini membuat Anggara mengerutkan dahi. Siapapun tau kalau Kei sejak dulu menyukai gadis manis.

Tidak ada yang tau kalau sebenarnya yang Kei suka itu keindahan. Kecantikan yang muncul dari wajah seseorang. Tak peduli apakah itu laki-laki atau perempuan. Tapi memang sih di masa lalu Kei masih seseorang yang menyukai keindahan body mungil cewe-cewe unyu. Badan mereka kecil, namun pinggul dan dadanya besar, itu yang membuat Kei tertarik.

Kalau sekarang, mungkin karna dunia telah berubah, menyebabkan pandangannya ikut berubah. Lalu karna hidungnya tajam, Kei lebih menyukai aroma manis. Intinya seleranya telah lama berubah dan Kei yang sekarang bukanlah Kei yang sama dengan yang di masa lalu.

"Ekhem... Anggara ini Vien, Vien ini Anggara. Dia kekasihnya Kak Sherina." Ujar Kei singkat.

Melihat keduanya yang hanya mengangguk sembari tersenyum canggung, Kei menduga keduanya sama sekali tak menyadari identitas diri masing-masing. "Biar ku ulangi lagi ya, Rangga ini Alvian, Alvian ini Rangga. Rangga adalah kekasih Sherin."

"Iya, eh?" Vien menatap Anggara dengan tatapan tak percaya.

"Percaya saja, tak ada yang tak mungkin kawan." Ujar Kei sambil merangkul bahu Vien.

"Vien, kamu bawa sarapan?" Tanyanya.

Vien mengangguk. Ia juga membawa semangkuk besar sup ikan yang di sukai Kei. Sosok tampan Pemuda berambut perak itu segera berubah ke bentuk serigala konyol yang menepuk kedua cakar depannya dengan bahagia. Vien mengusap kepala berbulu Kei.

Kei memang dingin saat dalam bentuk humanoid, namun saat berurusan dengan makanan favorit, bentuk Serigalanya akan menjadi serigala paling konyol yang pernah kau lihat. Itu adalah satu fakta unik dari Kei yang baru saja di ketahui Anggara dan Vien. Setelah Kei menghabiskan makanannya, Vien membawakannya minuman juga.

"Kei."

Serigala perak itu menoleh ketika di panggil. Yang memanggilnya adalah Anggara. Kei melangkah lebih dekat. "Ngga, kamu kayak orang mau mati, terus ngasih warisan ke anak." Ujar Kei sembarangan.

"Anak sialan!" Anggara ingin marah, namun karna penyakitnya, ia hanya bisa terbatuk pelan. Meski kondisi antara dia dan Vien canggung, kondisi dengan Kei tak pernah demikian. Dalam kondisi apapun mereka pasti akan kembali ke keadaan normal. Seolah mereka memang tak berubah dan masih bersama di rumah keluarga Ariana.

"Wkwkwk... Ya udah cepat, mau ngomong apaan, entar warisannya aku bagi-bagi sama Vien deh, hehe..." Serigala menyebalkan itu berujar lagi.

Anggara mengambil bantal di sisinya lalu melemparnya kepada serigala perak. Dengan mudah Kei menghindarinya. "Kak Anggara, tenangkan diri Anda. Anda sedang dalam masa pemulihan"

Vien berujar dengan sopan. "Contoh Vien tuh, sopan sama yang tua." Ujar Anggara.

Kei mengangkat bahu. "Dalam kamusku tak ada yang namanya Sopan wahai Kakak Ipar."

Anggara mengatur nafasnya untuk mengusir rasa kesalnya. Lalu tangannya mengeluarkan sebuah kalung. Kalung itu memiliki benang perak yang mirip dengan bulu Fenrir, lalu ada permata zamrud sebagai anak kalungnya.

"Kalung ini punya Paman Licaress. Dia memintaku memberikannya kepada anak bungsunya. Kalung ini juga kalung penyimpanan seperti cincin yang di kenakan Sherina atau Bibi. Ini kalung yang di buat langsung oleh paman Licaress saat muda. Dia bilang jika anak bungsunya adalah anak laki-laki, biarkan ia mengenakan ini. Supaya kelak jika saja kalian bertemu nanti, Paman Licaress akan segera mengenalimu." Anggara berujar.

Kei menerima kalung itu setelah ia berubah ke bentuk humanoid. Untuk pertama kalinya ia tersenyum begitu tulus saat dalam bentuk humanoid. Anggara mengingat senyum calon Mertuanya Licaress. Mereka memiliki wajah yang sama dan senyum hangat yang sama. Mungkin yang membuat mereka berbeda hanyalah gaya saja. Jika Kei suka pakaian Hitam. Maka Licaress menyukai pakaian terang. Jika Kei suka menyisir rambut peraknya, maka Paman Licaress tidak.

"Katakan kepadaku, apakah aku mirip dengan Ayahku?" Saat Kei bertanya demikian, ia baru terasa mirip dengan remaja seumurannya.

Baik Vien atau Anggara sama-sama tak berdaya saat melihat sisi kekanak-kanakan Kei. "Ya, Kei dan Paman Licaress memiliki beberapa kesamaan. Selain gaya rambut dan gaya berpakaian, kalian benar-benar mirip."

Jika saja penampilan humanoid pemuda berambut perak itu seperti Beastman serigala, ekornya pasti sudah bergoyang sejak lama. Itu dapat di lihat dari matanya yang memancarkan binar bahagia. Sesaat kemudian binar itu berkedip dan menghilang.

"Katakan padaku, sebenarnya apa yang terjadi kepada Ayah? Apa Ayah dalam bahaya? Lalu mengapa Ibu harus pulang ke kampung halamannya untuk membesarkan aku? Kemudian kenapa saat itu kami di dekati oleh beberapa orang yang membawa aura membunuh yang besar? Bisakah kau mengatakan sesuatu." Kei bertanya agak khawatir.

Kosa kata Kei akan selalu sopan selama suasana hatinya sedang baik. Begitu suasana hatinya memburuk, ia akan menjadi bajingan dengan mulut kasar. Anggara hanya bisa menghela nafas. "Jadi ini alasan Paman Hema kembali tanpa hasil."

"Kenapa? Siapa itu Paman Hema?" Kei bertanya kebingungan, ia merasa kalau ini hanya salah paham.

"Orang yang kamu maksud di akhir kalimat adalah Paman Hema. Dia adalah Peri dari gunung es. Paman Licaress dan Paman Hema adalah teman baik. Paman Hema datang untuk menjemput kalian. Paman Hema adalah orang yang senang dengan perang, dia maniak bertarung sama seperti Kei. Hanya saja dia lebih ganas." Anggara harus minum beberapa teguk air untuk melegakan dahaganya.

Barulah ia kembali bercerita. "Bibi Shena bisa saja melahirkanmu di tempat Kakekmu. Hanya saja saat itu tidak ada orang yang akan menjaganya. Maka aku mengantarnya ke desa Serigala Merah. Saat itu Aku, Sherina dan beberapa kerabat lainnya sedang ada dalam tugas. Itu membuat kami tak bisa mengurus Bibi Shena."

Anggara dan Vien sama-sama melihat ekspresi konyol Kei yang saat ini ada dalam bentuk humanoid. "Tidakkah kalian tau, karna Ibu merahasiakan ini dariku, ku pikir sudah terjadi sesuatu yang besar hingga membuat Ayah dan Ibu terpisah. Dan banyak plot drama Indosiar yang lain berseliweran di otakku."

"Kamu terlalu banyak berpikir Kei. Tapi memang Benar, Ayahmu berada dalam bahaya. Tapi bahaya itu tak sampai merenggut nyawanya kok." Anggara berujar santai.

"Maksudmu? Coba jabarkan lebih jelas?" Kei bertanya lagi.

"Jangan ganggu Kak Anggara, biarkan dia istirahat. Sini biar Kakak yang menceritakan semuanya." Sherina datang ke kamar tiga pria berbeda usia. Lalu duduk di salah satu tempat duduk panjang sembari menepuk tempat kosong di sisinya.

Dengan gerakan kilat, Kei segera duduk di sisi Sherina. Vien merasa sedang senggang, ia mulai membuat pakaian lain sambil mendengar kegaduhan kedua saudara-saudari berambut perak. "Seluruh klan monster bersatu dan menempatkan diri dalam yang di sebut kerajaan. Raja yang memimpin adalah seekor Naga. Kita para Fenrir dan keturunannya adalah anggota yang akan memasuki pasukan pertahanan kerajaan begitu kita dewasa. Beberapa anggota juga berisi Beastman serigala seperti Kak Anggara. Ayah adalah salah satu yang pergi dalam misi eksplorasi ke dunia luar. Yaitu alam Iblis dan Manusia. Monster adalah Klan yang berkerabat dekat dengan Iblis, namun lebih cerdas di banding Iblis. Hanya saja berbeda dengan kita, para manusia lahir dengan tak di berkahi sihir. Berkat mereka yang menculik beberapa roh alam dan beberapa Beastman muda untuk di jadikan budak beberapa ratus tahun yang lalu, para Dewa menghukum mereka dengan mencabut seluruh kualifikasi sihir mereka. Para Dewa juga memberikan perlindungan lebih kepada pihak Iblis dan Monster. Manusia sepenuhnya telah di tinggalkan."

"Itu agak miris karna kita sebelumnya adalah manusia." Ujar Kei agak kecewa.

"Berbeda dengan kita, mereka lebih tidak manusiawi. Di tambah lagi mereka lebih pintar dan licik di banding kita, bahkan para Iblis di kalahkan. Kepintaran mereka membuat peradaban mereka lebih maju ribuan kali lipat lebih tinggi dari kita. Ayah di tahan oleh mereka. Bentuk humanoid Fenrir memang mirip dengan manusia, tapi kita tak bisa menipu manusia itu lebih lama. Ayah ketahuan saat secara tak sengaja mabuk dan berubah menjadi Fenrir besar. Ia hampir menghancurkan satu kota. Kau harus tau kalau Ayah tak kuat minum. Saat tau bahwa Ayah bukan Manusia, para manusia itu segera mengunci Ayah dalam penjara bawah tanah." Sherina berujar.

Hal ini lagi-lagi membuat sudut bibir Kei berkedut. "Konyol sekali! Memangnya Ayah tidak bisa menyelamatkan diri sendiri? Ayahkan Fenrir besar?"

"Sebenarnya kekonyolannya sama denganmu. Tak hanya penampilan kalian yang sama, sifat kalian juga sama. Untuk membebaskan diri? Ayah tak mampu melakukan itu. Terkurung sangat lama di penjara bawah tanah membuat sihir Ayah melemah. Ayah kini tak ada bedanya dengan Serigala perak biasa. Itu sebabnya kita hanya bisa mengandalkanmu, menunggumu dewasa dan membebaskan Ayah!" Sherina berujar pelan.

"A-aku akan usahakan itu.." ujar Kei pelan.