20. Kelas Fenrir
Kei cukup senang dengan lingkungan baru. Di masa lalu ia tinggal di daerah yang mayoritasnya memiliki rambut hitam. Sekarang kemanapun matanya melihat, hanya helai rambut perak yang akan terlihat. Yang membosankan adalah kelasnya hanya berisi laki-laki. Bahkan Gurunya. Kei sudah masuk ke perguruan yang mirip dengan sekolah, setidaknya biarkan dia melihat senior-senior bohay.
Di kelasnya hanya ada 12 Fenrir termasuk Kei, rata-rata memiliki usia yang sama. Dari 12 hanya 8 orang yang kutukannya sudah terlepas. Tak semuanya memiliki tubuh tegap yang tinggi seperti Kei. Beberapa bahkan mirip dengan Uke-uke manis. Padahal mereka itu jantan, bukan betina. Karna Kei adalah murid yang baru bergabung. Ketua kelasnya di perintah untuk mengenalkannya kepada lingkungan sekitar.
Saat ini Kei sedang berjalan menuju kelasnya. Lalu Fenrir lain tiba-tiba merangkul bahunya. Fenrir itu memberikan senyum lebar lalu berujar.
"Kei, aku Eros. Ketua kelas di kelas Fenrir. Bagaimana status kutukanmu?" Eros si ketua kelas bertanya. Eros memiliki tubuh pendek jika di bandingkan dengan Kei. Ia memiliki sepasang mata biru kehijauan. Rambut Eros pendek dan ia tidak menyisirnya.
"Belum sepenuhnya lepas." Ujar Kei agak malas.
Eros hanya mengangguk-angguk. Lalu ia menjelaskan beberapa aturan. "Dengarlah baik-baik. Jadwal belajar di sini ada tiga. Di pagi hari semua orang akan membaca dan menulis. Karna Kei murid baru, nanti Sekretaris yang akan mengajarimu menulis dan membaca. Lalu saat menjelang siang, semuanya akan latihan di arena kemaren. Saat menjelang sore, semua murid bebas ingin melakukan apapun. Apakah jalan-jalan, kencan, apapun terserah. Tapi harus kembali sebelum Bulan berada di atas kepala. Satu hal lagi, saat dalam kelas, kita harus tetap berada di bentuk humanoid. Ini menunjukkan rasa hormat kita kepada Guru yang mengajar. Setiap hari topik yang di tulis atau di pelajari akan berganti."
Sekretaris yang tadi di sebutkan mendekati Kei. "Halo Kei, Aku Clarion. Sekretaris yang tadi di sebutkan. Ngomong-ngomong, Kelinci cantik kemarin itu kekasihmu?"
Kei melirik Clarion dengan sudut matanya. "Sekarang memang bukan."
"Kalau begitu Aku boleh dong ajak dia mendekat? Sepertinya menyenangkan jika yang memecah kutukanku itu kelinci." Ujar Clarion. Clarion adalah salah satu dari Fenrir yang kutukannya belum terlepas.
Saat itu udara di sekitar Kei tiba-tiba turun. Tatapan Kei saat itu seolah akan melenyapkan Clarion saat itu juga. Tubuh mungil Clarion di buat gemetar karna tatapannya. "Kau boleh coba, jika kau berhasil hidup setelah melewati Cakar depanku."
Kalimat Kei terdengar dingin. Dan saat ia berkata demikian Clarion merasa hatinya tiba-tiba sesak. Eros pandai membaca situasi. Kei sekarang sedang berada dalam mood yang buruk. "Kei, dia hanya bercanda, jangan di teruskan!"
"Oh.. baguslah jika begitu." Ujar Kei, Kei meninggalkan mereka berdua dan memasuki kelas duluan. Ia tak suka jika Vien-nya di dekati Pria lain selain dirinya.
Saat itu juga Clarion yang sesak nafas, mendapat kembali nafasnya. Ia mengucap terimakasih kepada ketua kelasnya. Kei sepertinya bukan Fenrir biasa! Dia sama sekali tak memiliki keramahan kepada sesama Fenrir sama sekali! Clarion kesal tapi tak mampu berbuat apapun. Tadi dia hanya di tatap dengan sepasang mata penuh dengan niat membunuh. Namun ia sudah sesak seakan ia akan mati!
"Eros, aku tak berani mengajarinya membaca. Jika saja dia bodoh dan sulit mengerti, lalu kesal dan menatapku lagi dengan tatapan itu, maka aku akan mati sebelum kutukanku di lepas! Tolonglah Eros, suruh yang lain saja." Clarion memohon karna ia benar-benar takut! Tatapan Kei telah tercetak lekat dalam ingatannya. Setiap kali dia mengingatnya ia akan secara tak sengaja lupa bernafas. Menurutnya Pria suram seperti Kei akan susah di ajari.
"Baiklah Aku akan coba mengajarinya. Seharusnya dia tak sebodoh itu." Ujar Eros.
Saat Kei di kelas. Fenrir lainnya mendekatinya dan berkenalan dengannya. Kei sangat menarik perhatian. Di tambah lagi di antara beberapa penghuni kelas ada yang mengidolakan Licaress. Mereka senang melihat Kei karna wajah Kei dan Ayahnya serupa. Hanya berbeda di beberapa bagian saja. "Halo Kei, Aku Gean! Mari kita jadi teman!"
Seorang Fenrir humanoid dengan tubuh yang sama tegapnya dengan Kei menjabat tangan Kei. Gean memiliki kulit yang lebih gelap dan otot besar. Rambutnya pendek dan di sisir ke belakang. Pakaiannya di gulung hingga siku dan ia memiliki senyum lebar. Kei suka temperamen orang ini. "Hm... Aku Kei."
"Melihat tingkahmu sepertinya kutukanmu belum terlepas ya?" Tanya Gean.
Kei mengangguk. "Hohoho... Tak apa-apa, aku yakin Guru kelinci kemarin mampu melepas kutukanmu dalam waktu dekat."
"Bagaimana denganmu?" Kei bertanya.
"Aku sudah terlepas dari kutukan. Kekasihku yang melepasnya, dia Beastman Rubah. Dia sangat manis, dia ada di kelas pedang sekarang. Kapan-kapan akan ku perkenalkan." Ujar Gean.
Dari perkenalan singkat, Kei sudah mengenal 11 teman sekelasnya. Eros si ketua kelas, lalu Clarion si sekretaris, Gean si Kekar, Valmato si tukang tidur, Hary si pintar, Erias si cerewet, Calmos si pendiam, Gery si yang termuda, Yulius yang tertua, Vano teman Erias, dan Deran, salah satu yang mengidolakan Licaress. Semuanya menyenangkan di ajak berbicara. Ada Empat termasuk Kei yang kutukannya belum terlepas sepenuhnya, yaitu Kei, Calmos, Hary, dan Valmato.
Kei duduk di sisi Deran atas keinginan Deran. Deran hanya sedikit lebih pendek dari Kei. Mereka berbeda empat centi. Deran mengikat Rambutnya menjadi kuncir kuda. Saat Eros datang Deran mengajukan diri untuk menjadi orang yang mengajari Kei membaca. "Eros, biarkan aku yang mengajari Kei membaca!"
Temperament Deran bersemangat dan humoris, membuatnya di senangi semua orang. Termasuk Kei. Saat itu karna Deran dan Gean yang memaksa Eros dan Guru untuk mengajari Kei membaca dan menulis, mereka melewatkan jam pelajaran. Jika Kei tak bisa membaca atau menulis bahasa monster, pelajaran akan sulit untuk di pahami. Kei tak tau mengapa Ibunya tak mengajarinya.
"Jadi saat upacara kedewasaan siapa yang membantumu?" Deran bertanya dengan hati-hati. Semua orang tau kalau Licaress telah pergi untuk misi dan tak kembali sejak lama. Sedangkan upacara kedewasaan Fenrir membutuhkan bantuan Ayah mereka.
"Aku di bantu oleh tujuh cahaya kecil yang mengaku sebagai utusan Dewi elemen sihir. Mereka membantuku meredakan rasa panas yang menyakitkan itu. Semua terjadi begitu saja sampai aku mendapat bentuk humanoid ku." Ujar Kei sambil mengangkat bahu.
Gean merasa ingin tau ia bertanya. "Selama membesarkanmu, di mana kamu dan Guru Shena tinggal?"
"Kami tinggal di rumah keluarga Ibu. Memangnya Ibu juga mengajar?" Kei bertanya karna ingin tau.
"Ya, Guru Shena mengajar di kelas Sihir." Deran yang menjawabnya.
"Bagaimana dengan kalian, apa yang kalian rasakan setelah kutukan itu lepas?" Kei bertanya.
"Bagaimana ya... Aku merasa seperti sesuatu yang mengekang ku telah lepas." Ujar Deran.
"Kalau aku, seingatku itu perasaan paling menakjubkan yang pernah ku rasakan seumur hidupku. Rasanya sangat senang hingga ingin menari tujuh hari tujuh malam." Ujar Gean.
Kei mengangguk-angguk lagi. "Bagaimana dengan kekasih kalian? Apa yang kalian rasakan saat melihat mereka setelah kutukan kalian terlepas?"
"Seperti melihat malaikat!" Ujar Deran bersemangat.
"Aku merasa sangat senang, saat itu Cyfon juga senang. Ia meneteskan air mata bahagia. Lalu mencumbuku dengan mesra! Lalu malam itu kami melakukannya." Gean berujar dengan senyum mesum.
Kei tau maksud 'melakukannya' itu apa, tapi ia masih ingin bertanya. "Melakukan apa?"
"Apa lagi? Tentu saja Kawin! Tapi kami tak pernah melakukannya saat Cyfon Estrus. Cyfon tidak ingin memiliki anak sebelum kami menyelesaikan sekolah kami." Ujar Gean dengan sedikit kecewa.
Kei menepuk bahunya. "Ketahuilah Bung, menjadi Ayah itu tidak semudah yang kau lihat."