Chereads / Trilogi Langgam Amerta Agni-Widhiwasa Akasa Bhumi / Chapter 38 - Bab 38-Para Siluman dan Penjaga Gunung

Chapter 38 - Bab 38-Para Siluman dan Penjaga Gunung

Penjaga gunung yang sesungguhnya 

adalah halimun dan kabut

yang terlahir dari lamunan dan rasa takut

terhadap misteri

dan apa-apa yang tak diketahui

seperti juga lautan

yang dijaga oleh buih dan gelombang

dengan dinding-dinding karang

sekuat rasa gamang

terhadap kecemasan pada saat nanti pulang

Papan kecil itu meluncur cepat membelah lautan yang secara tiba-tiba saja sudah setenang kaca. Raut muka Ratri Geni masih sedikit tegang. Pengalaman di kapal tadi sungguh tak terlupakan. Dia berada di rahang maut yang setiap saat bisa menelannya. Namun ketenangannya saat berada di puncak prahara kemudian memutuskan untuk menyatu dengan alam melalui Samadi Maruta ternyata mampu menyelamatkannya.

Kekuatan aneh dalam tubuhnya menyatu dalam aliran darah dan detak nadinya. Gadis itu hanya mengayunkan sedikit tangannya ke belakang. Papan kayu itu meluncur dengan kecepatan tinggi seolah didorong oleh angin yang luar biasa kuat dari belakang. Ratri Geni tersenyum gembira. Empat Samadi sudah tuntas dikuasainya. Rasa percaya diri gadis itu meningkat luar biasa. Gabungan hawa sakti Bhutala, Agni, Ranu dan Maruta yang telah diaduk secara sempurna di dalam tubuhnya akan membuat Amurti Arundaya, Gempa Pralaya, dan Danu Cayapata mungkin telah sesempurna Ayahnya. Arya Dahana bahkan tidak menguasai Gempa Pralaya. Diam-diam Ratri Geni membayangkan seperti apa jadinya jika tiga pukulan unsur bumi yang dikuasainya itu digabung menjadi satu. 

Tak butuh waktu lama bagi Ratri Geni mencapai pesisir Pulau Dewata. Dia mendarat di sebuah pantai berpasir putih yang landai dan luar biasa indah. Hutan lebat menunggunya di depan sana. Matanya yang tajam bisa melihat dengan samar bayangan raksasa Gunung Agung yang nampak misterius di kejauhan. Petualangan luar biasa sedang menunggu!

Sambil berjalan santai Ratri Geni membayangkan apa jadinya jika para siluman dan penjaga gunung saling bertemu. Di antara para penjaga gunung juga terdapat tokoh yang luar biasa pemarah seperti Ki Ageng Merapi. Rasanya sepemarah si kakek katai Siluman Ngarai Raung. Kalau sampai kedua kakek renta pemarah itu bertemu mungkin tidak akan ada kata sapaan atau basa basi terlebih dahulu. Bisa saja mereka langsung saling hantam dan melakukan percakapan belakangan. Ratri Geni tersenyum kecil. Agak geli membayangkan jika sampai hal itu terjadi.

Jika menilik dari perbincangan orang-orang di kapal bahwa sayembara akan diadakan besok pagi tepat saat matahari terbit, Ratri Geni merasa tenang karena masih mempunyai cukup waktu. Dia akan menikmati keindahan Pulau Dewata ini di sepanjang perjalanan. Tidak perlu terburu-buru. 

Namun pandang matanya yang awas melihat sesuatu yang aneh muncul di cakrawala arah Gunung Agung. Senja sedang merapat menjatuhi hari. Langit berwarna biru cerah dan tak nampak sedikitpun mendung yang menggantung. Tapi warna langit di atas Gunung Agung sangat berbeda. Puncak Gunung Agung seakan terbakar hebat dan memunculkan cahaya merah membara yang membuat langit di atasnya terlihat begitu menyeramkan. Dahi Ratri Geni mengrenyit hebat. Dia sudah mempelajari Ilmu Sihir Ranu Kumbolo secara tuntas meski belum sesempurna Ibunya. Namun Ratri Geni tahu bahwa warna langit di atas Gunung Agung sekarang adalah warna yang menjadi pertanda akan datangnya peristiwa gaib.

Ratri Geni membatalkan niatnya untuk berleha-leha. Sedang terjadi kejadian misterius di Gunung Agung. Dia belum tahu apa tapi firasatnya mengatakan itu sesuatu yang besar. Mungkin ada kaitannya dengan para siluman. Kedatangan Siluman Ngarai Raung dan Lembah Neraka menambah kekuatan Siluman Kembar Gunung Agung. Empat raja siluman yang luar biasa sakti bergabung agar bisa membendung rencana para Ki Ageng Gunung. Apapun rencana itu. 

Kedatangan para penjaga gunung yang belum diketahui berjumlah berapa dan siapa saja itu tentu membuat ketakutan Siluman Kembar Gunung Agung. Karena itulah mereka mengundang secara gaib siluman gunung lainnya. Sayangnya Siluman Puncak Pangrango tidak memberikan jawaban.

Mata Ratri Geni terbelalak lebar saat warna merah di atas Gunung Agung itu semakin menyala-nyala. Seolah ada api yang luar biasa besar sedang menjilati langit di atas Gunung Agung. Putri Arya Dahana dan Dewi Mulia Ratri itu berdebar-debar. Teringat akan menjelmanya kitab sakti Langit Bumi dahulu di Gunung Ciremai. Jangan-jangan….

Gadis ini memutuskan menggunakan ilmu meringankan tubuhnya. Petang yang menjelang masih menyisakan temaram cahaya bulan yang masih terbaring di peraduannya. Saat ini malam semakin larut, permukaan bumi akan semakin benderang karena ini adalah malam purnama. Hati Ratri Geni tercekat. Malam purnama adalah saat kebangkitan kitab Langit Bumi!

Ratri Geni mempercepat larinya. Jika ada orang yang melihat, hanya ada bayangan samar yang melesat seperti kilat di antara semak dan kelebatan hutan Gunung Agung. Tanpa disadarinya, tubuh Ratri Geni meluncur seolah terbang tanpa menginjak tanah. Kemampuannya meningkat luar biasa setelah Samadi Maruta selesai dilakoninya dengan sempurna. Tak butuh waktu lama baginya untuk sampai di leher Gunung Agung. Tepat di bawah puncak gunung yang terlihat sangat terang benderang. Cahaya kemerahan memancar kuat dari arah kawah gunung tertinggi di Pulau Dewata itu.

Dugaan Ratri Geni memang benar. Setelah sekian lama dikuasai oleh para siluman, Gunung Agung mulai menunjukkan amarahnya. Gunung itu membutuhkan penjaga yang sesungguhnya. Kitab Langit Bumi yang moksa di kawah Gunung Merbabu, malam ini akan menjelma di kawah Gunung Agung. Kejadian inilah yang mendasari Siluman Kembar Gunung Agung untuk mengadakan sayembara agar bisa menghalangi niat para penjaga gunung. Beberapa Ki Ageng Gunung datang bersama-sama ke Gunung Agung karena harus memutuskan siapa penjaga Gunung Agung. Seperti saat dulu Kitab Langit Bumi memilih Ratri Geni sebagai Penjaga Gunung Merbabu. 

Jadi kedatangan para Ki Ageng Gunung itu memang disengaja agar Kitab Langit Bumi tidak terjatuh ke tangan para siluman. Meski sebenarnya kitab itu yang menentukan pilihan, namun jika ada kekuatan siluman yang digabung dan cukup kuat serta berhasil mengendalikannya, maka kitab langka, gaib dan sakti itu akan menghancurkan dirinya sendiri. Hal itu akan sangat berbahaya bagi Ki Ageng Gunung karena mereka tidak akan bisa melakukan ritual atau upacara pemilihan penjaga gunung.

Oleh sebab itulah Siluman Kembar mengumumkan sayembara secara besar-besaran memperebutkan Cupu Manik milik Ratu Gaib Laut Selatan. Supaya banyak orang berdatangan sehingga rencana para Ki Ageng Gunung terganggu dan berantakan. Mereka dulu berhasil mencuri Cupu Manik itu bersamaan saat kejadian Siluman Karimun Jawa menculik Galuh Lalita. Cupu Manik itu merupakan benda sakti milik laut selatan yang bisa membuat para pemilik ilmu warisan dari laut selatan menjadi semakin digdaya apabila cupu itu berada di tangannya.

Ratri Geni terkesiap hatinya. Kemana para Ki Ageng Gunung? Dilihatnya dari kejauhan Siluman Kembar Gunung Agung berdiri berdampingan dengan Siluman Ngarai Raung dan Siluman Lembah Neraka, menghadap ke arah kawah yang sekarang mulai mengeluarkan bunyi menggelegak. Asap tebal membubung tinggi membawa warna merah yang terpancar kuat ke langit. Chandra Abimana nampak berdiri cukup jauh dari bibir kawah.

Gadis itu bersiap-siap. Kejadian itu akan berlangsung lama. Bahkan mungkin lewat tengah malam. Namun melihat keempat siluman itu sedang terpekur bersama-sama seolah sedang menjalankan suatu ritual, Ratri Geni memutuskan akan menganggu upacara mereka hingga para Ki Ageng Gunung sampai di tempat ini.

Sungguh menakutkan jika sampai Kitab Langit Bumi terjatuh ke tangan para siluman yang berbahaya!

---********