Chereads / Dia Memang Bajingan / Chapter 34 - Tak percaya

Chapter 34 - Tak percaya

Hari ini adalah pertandingan voli yang akan di ikuti oleh Jessica, dia memasukan semua peralatan dalam, termasuk pakaian olahraganya serta sepatu.

Jessica mengambil ponsel untuk menghubungi Andrew tapi dia menerima pesan dari Glen, Jessica membacanya.

'Jess, aku jemput kamu ya.' Jessica tersenyum membaca pesan Glen.

'Boleh, kamu tahu alamatku,' Jessica mengirim pesan itu kepada Glen, tidak lama kemudian dapat balasan dari Glen.

'Aku tidak tahu, kirim lokasi saja' Jessica mengirim lokasinya kepada Glen kemudian keluar kamar dan turun ke ruang makan.

Jessica membuka kulkas lalu mengambil buah jeruk kemudian duduk di ruang makan sambil mata memandang keluar jendela melihat gedung-gedung bertingkat. melihat gedung gedung bertingkat, sambil menunggu Glen Jessica mengupas jeruk dan memakannya.

Ponsel Jessica kembali berbunyi, melihat pesan dari Glen yang memberitahukan kalau dia sudah di bawah. Jessica menghabiskan jeruk lalu meraih tas yang dia letakkan di lantai dan berlari keluar apartemen. Jessica mengeluarkan ponsel dan mengirim pesan kepada Glen.

'Kamu dimana?' Glen sudah membacanya dan terlihat sedang mengetik, tidak lama kemudian pesan masuk.

'Aku di depan, mobil warna hitam'

Jessica melihat mobilnya, dia berjalan lalu terlihat Glen turun dari mobil kemudian membukakan pintu gadis itu. Jessica masuk dan Glen menutup kembali pintu kemudian dia berjalan kesisi lain dan duduk di belakang kemudi.

Jessica dan Glen langsung berangkat ke gedung olahraga. Mereka menempuh perjalanan yang jauh karena tempat pertandingan terletak di Jakarta Selatan. Glen masuk tol kemudian dia melajukan mobilnya, sesekali dia melirik kepada Jessica dan tersenyum, Jessica dan Glen juga bebincang-bincang di mobil.

Jalanan tidak macet makanya mereka cepat sampai, Jessica masuk ke area gedung olahraga lalu Glen memarkirkan mobilnya setelah itu mereka berdua turun dan masuk ke dalam.

Di dalam sudah mulai ramai, Jessica menelpon Tini dan untuk menanyakan keberadaan temannya itu, tapi ternyata Tini sudah berada di ruang ganti.

"Glen aku keruang ganti dulu ya." Pria itu menganggukan kepala dan mengibaskan tangannya agar pergi dan Jessica tidak terlambat

"Iya aku duduk disini saja biar dekat." Jessica mengacungkan kedua jempolnya dan pergi ke ruang ganti.

Di dalam mereka semua sudah berkumpul, Jessica langsung mengganti pakaiannya dan bergabung dengan tim. Dia bercakap-cakap dengan Aulia dan Okta, lalu coach masuk dan meminta para pemain segera keluar.

Sebelum memulai pertandingan coach memberi briefing kepada para pemain, setelah itu mereka masuk kedalam lapangan. Wasit melemparkan koin dan service pertama di lakukan oleh tim lawan, tim Jessica mengambil posisi masing masing.

Lawan melakukan service, di terima oleh Okta kemudian di berikan kepada Tini lalu Tini mengumpan bola kepada Fanya. Dengan melompat Fanya melakukan smash tapi bola masih bisa di terima oleh pihak lawan.

Kini pihak lawan melakukan smash, Jessica dan Fanya melakukan block lalu bolah jatuh keluar lapangan tapi menyentuh salah satu tangan lawan.

Bola berpindah skor 0:1. Aulia melakukan service lalu di terima bagus oleh lawan, mereka melakukan smash. Tini dan Fanya melakukan block tapi bola jatuh di area mereka sendiri.

service berpindah lagi, skor menjadi sama. Mereka melakukan service, kembali Okta menerima bola lalu memberikan lagi pada Tini, kemudian Tini mengumpan bola pada Jessica.

Gadis itu melakukan tipuan melompat seolah-olah akan melakukan smash tapi mendorong bola ke tempat kosong lalu benda bulat itu jatuh tepat di tengah lapangan mereka. Skor berubah dan berpindah service.

Gedung itu penuh dengan penonton, teriakan-teriakan memberikan semangat kepada masih-masing tim menggema di dalam gedung itu.

Babak pertama dan kedua tima Jessica menang dengan skor yang berbeda jauh. Mereka mengalahkan lawan dengan muda, kini para pemain berkumpul di ruang ganti.

Tidak berselang lama, para pemain keluar dari ruang ganti. Jessica langsung berlari menghampri Glen.

"Ayo kita pergi sekarang," ajak Jessica sambil memperhatikan Tini dan Fanya meninggalkan gedung.

"Baiklah." Glen berdiri dan berjalan di samping Jessica.

Jessica dan Glen berjalan ke parkiran, mereka berdua bertemu dengan Fanya, Tini, Okta, Indah dan Aulia. Jessica memperkenalkan Glen pada mereka lalu Tini berbisik Jessica.

"Pacar kamu, Jess? tampan amat." Jessica mengerutkan dahi dan menatap Tini lalu tertawa karena merasa lucu dengan pertanyaan sahabatnya itu.

"Itu bukan pacarku, tapi teman." Tini melengkungkan bibirnya lalu ikut tertawa. "Masih sore bagaimana kalau kita nongkrong dulu?"

"Iya ide yang bagus, bagaimana kalau kita ke Mall, kita jalan kesana sekalian cari tempat makan." Glen setuju dengan ide Jessica agar dia bisa lebih lama lagi dengan gadi itu.

Fanya, Tini dan Okta ikut serta bersama mereka tapi Indah dan Aulia memili pulang. Jessica semobil dengan Glen. Sementara Fanya dan Okta bersama dengan Tini di mobilnya.

Mereka menuju ke mall yang kebetulan hanya dekat. Begitu tiba Glen memarkirkan mobilnya lalu mereka turun, Jessica dan Glen masih menunggu Tini Fanya dan Okta.

Jessica melihat mobil Tini masuk, dia melambaikan tangan agar sahabatnya itu memarkirnya dekat kendaraan Glen.

Akhirnya mereka masuk bersama-sama ke dalam mall lalu kami mencari tempat untuk nongkrong. Jessica dan teman-temannya naik ke lantai tiga dan mampir ke cafe Coffee.

Mereka masuk lalu duduk tapi Tini, Fanya dan Okta mereka pergi ke toilet, sedangkan Jessica dan Glen menunggu di dalam cafe. Tanpa sengaja mata Jessica melihat Carlos bersama dengan seorang wanita berjalan sambil berpegangan tangan.

'Siapa perempuan yang bersama Carlos.' Dengan cepat Jessica mengambil topi Glen dan memakainya. Glen terpaku menatap Jessica dengan heran.

"Ada apa? mengapa kamu mengambil topiku?" tanya Glen dengan mengambil topinya kembali tapi di tahan oleh Jessica.

Jessica melihat Carlos sudah lewat, dan beruntung tidak melihat dia dan Glen. Jessica langsung mencondongkan tubuhnya dengan menyanggah kedus sikut di atas meja untuk lebih dekat lagi dengan Glen.

"Carlos baru saja lewat," ujar Jessica dengan suara setengah berbisik.

"Oh ya, ke arah mana?" Jessica menunjukan ara Carlos dan wanita itu pergi. Jantung Jessica memompa dengan cepat, dia tidak percaya kalau Carlos mengkhianatinya.

"Glen, dia jalan berpegangan tangan dengan seorang wanita." Glen langsung berdiri dan mencari Carlos, tidak lama kemudian dia kembali.

"Dia masuk ke restoran di ujung sana." Glen berucap sambil menunjuk dimana Carlos dan wanita itu berada. "Apa yang kamu katakan benar, dia bersama wanita."

Jessica hanya tersenyum, selama ini apa yang dia curigai ternyata bernar. Semenjak melihat Olivia menelepon malam itu, dan Carlos sering pulang larut malam membuat dia curiga.

Tidak lama kemudian Tini, Fanya dan Okta datang. Jessica dan Glen tidak jadi memesan coffee. Pria itu mengajak mereka ke restoran di tempat Carlos dan wanita itu masuk, lalu Glen berbisik kepada Jessica.

"Dia duduk paling pojok, nanti kita duduk jauh darinya tapi dia bisa melihat kamu." Jessica hanya menganggukkan kepala walau jantungnya seakan ingin berhenti dan hatinya terasa sakit.

Mereka'pun masuk, Jessica sempat melihat Carlos berada di samping wanita itu. Rombongan Jessica duduk jarak delapan meja dari Carlos.

Glen menarik kursi dan menyuruh Jessica duduk dekat dinding, gadis itu tidak bisa melihat Carlos karena posisinya membelakangi sang kekasih. Tapi Carlos bisa melihat Jessica, lalu Glen duduk di samping Jessica,

Okta berada di kepala meja dekat dekat Glen, Fanya dan Tini duduk di depan berhadapan dengan Jessica. Glen kembali berbisik kepada Jessica.

"Jess, aku akan berpura-pura ke tempat cuci tangan dan akan menghampirinya. Aku ingin melihat reaksinya saat tahu kamu juga berada di sini." Tapi Jessica menahan tangan Glen dan membalas berbisik.

"No need, Glen. Biarkan saja mereka, aku baik-baik saja." Walau'pun hati ingin berontak tapi Jessica berusaha mengendalikan diri, dia tidak ingin mempermalukan dirinya juga Carlos di depan umum.

"Jess, kamu tenang saja. Tunggu disini ya." Glen tidak menghiraukan anjuran Jessica dia tetap berdiri dan pergi ke tempat cuci tangan dan berpura-pura tidak melihat Carlos dan wanita itu.

Tapi tidak disangkah malah Carlos yang melihat Glen, dia melambaikan tangan pada pria itu agar datang ke mejanya. Melihat itu, Glen tersenyum lalu menghampiri Carlos dan bersalaman.

"Hi, apa kabar?" tanya Glen sambil menghampiri Carlos dan bertanya. "Ini siapa? Pacar barumu ya?" Carlos tidak menjawab tapi hanya tersenyum kepada Glen.

"Oh ya, kenalkan ini Olivia." Glen kembali tersenyum dan bersalaman dengan olivia. "Kamu sendiri saja? bergabunglah disini," ajak Carlos dengan menunjuk kursi yang ada di depannya.

"Um, Aku tidak sendiri. Aku datang bersama Jessica dan teman-temannya, itu mereka." Glen menunjukan meja mereka pada Carlos, raut wajah pria itu langsung berubah.

"Baiklah, aku akan kembali ke meja, selamat bersenang senang." Carlos tidak bisa berkata-kata hanya menganggukkan kepala lalu Glen kembali ke meja dan duduk disamping Jessica. Tangannya diletakkan di sandaran kursi seolah-olah berada di punggung Jessica.

Jessica menatap Glen sambil tersenyum, tapi senyumannya mengandung arti kekecewaan, sakit hati merasa dikhianati

"Coba kamu telepon dia, dan lihat apakah diadia mau jawab teleponmu." Jessica mengikuti saran Glen, dia mengeluarkan ponsel dari saku celana dan mencoba menghubungi Carlos.

Sementara Tini, Fanya dan Okta memesan makan, mereka bertiga tidak tahu apa yang sedang dialami Jessica saat ini karena gadis itu pintar menyembunyikan suasan hatinya.

Jessica menelepon Carlos, ada nada panggil. Sedikit lama akhirnya Carlos menjawabnya, dia melirik keluar restoran dan melihat Carlos menjawab teleponnya. Terdengar suara kekasihnya di ujung telepon.

"Ya, sayang. Kamu sudah selesai bertanding?" tanya Carlos sambil berdiri di depan restoran.

"Iya, Babe. Aku sekarang lagi di mall bersama Glen dan teman voliku, kamu lagi di mana?" Jessica berpura-pura pada Carlos seolah-olah tidak tahu kalau dia mengetahui keberadaan pria itu.

"Sayang, aku lagi ada pertemuan di dekat kantor. Sebentar lagi aku selesai, nanti aku jemput kamu ya." Ternyata Carlos masih takut kehilangan Jessica sehingga lebih memilih gadis itu dari pada Olvia.

"Baiklah, kabarin aku saja kalau kamu sudah selesai," ujar Jessica dengan tersenyum sambil mata tetap memperhatikan Carlos di depan restoran.

"Iya, Sayang. Bye." Jessica menutup telepon lalu tersenyum kepada Glen.

Sementara Carlos, selesai menerima telepon dari Jessica dia langsung kembali ke dalam restoran dan duduk. 'Jessica tidak tahu kalau aku satu restoran dengannya, berarti Glen tidak mengatakannya pada Jessica. Aku harus cepat pergi sebelum dia tahu aku disini' gumam Carlos dalam hati lalu memasukkan ponsel ke saku celananya.

"Maaf, Olivia. Aku harus kembali ke kantor ada urusan penting." Olivia menganggukan kepala kemudian berdiri, walau'pun ada rasa kecewa karena tidak bisa berlama-lama dengan Carlos tapi Olivia memakluminya.

Carlos membayar ke kasir lalu keluar dari pintu samping, mereka menuju ke tempat parkir. Carlos mengantar Olivia pulang, tiba di tempat kos, Olivia turun sedangkan Carlos langsung menuju ke mall. Sambil menyetir dia menelpon Jessica.

Sementara di mall terlihat Jessica masih duduk dan berbicang-bincang dengan teman-temannya. Tapi dia tidak fokus karena mengingat kebohongan Carlos kepadanya. Sebenarnya hatinya sakit, tapi dia tidak mau menunjukan pada Glen.

'Gila melihat orang yang kita sayang bergandengan tangan dengan perempuan lain sakit kali, hati ini seperti di iris' lalu telepon Jessica berbunyi. Dia melihat panggilan dari Carlos, Jessica langsung menjawabnya.

"Iya, Babe. Kamu dimana?" tanya Jessica dengan lembut seolah-olah dia baik-baik saja.

"Sayang, aku lagi menuju ke mall sekarang. Kamu tunggu ya," sahut Carlos sambil fokus menyetir.

"Baiklah, aku akan menunggumu." Jessica menutup telepon dan menatap Glen dengan mengerutkan dahi karena tatapan pria itu sangat aneh.

"Sabar laki-laki begitu suka bermain api," bisik Glen dengan bercanda tapi Jessica hanya tersenyum.

"Berarti kamu juga begitu ya, Glen." Pria itu langsung menggelengkan kepala, dia tidak mau Jessica menyamakan dirinya dengan Carlos.

"No, aku tidak seperti itu. Aku tidak suka melukai hati perempuan." Begitulah laki-laki kalau ada maunya pasti akan berkata manis.

"Kamu bilang laki-laki berarti itu termasuk kamu," canda Jessica lalu Glen tertawa.

"Tapi bukan berarti aku juga, Jess. Coba saja kalau kamu mau." Jessica kembali menatap Glen dengan menyipitkan matanya sehingga membentuk kerutan di antara kedua alisnya.

"Coba apa?" tanya Jessica dengan wajah heran.

"Tinggalkan Carlos dan jadi pacarku. Aku akan membuatmu bahagia dan tidak akan menyakitimu." Jessica membelalakan mata matanya sambil menatap Glen dengan tidak percaya kemudian dia tertawa.

Tini, Fanya dan Okta melihat Jessica dengan heran lalu Jessica berbisik pada Glen. "Kamu lihat Fanya, dia cantik aku akan menjodohkanmu dengannya."

"Boleh, tapi kalau kamu putus dengan Carlos kamu harus denganku." Jessica kembali tertawa dan menepuk lengan Glen.

Jessica berdiri dan menghampiri Fanya, dia menarik sahabatnya itu duduk di meja lain. Jessica berbicara tentang Glen kepada fanya, dan sepertinya gadis itu juga tertarik.

Pikir Jessica Fanya juga bisa bahasa Inggris jadi, da memanggil Glen untuk duduk bergabung bersama dia dan Fanya.

Glen berdiri lalu duduk di samping Fanya dan tersenyum kepada gadis itu. Sedangkan Jessica dia berdiri dan berpamitan kepada Fanya juga Glen.

"Ok, kalian berdua silahkan berbincang, aku harus pergi." Jessica berbisik kepada Glen, dia tidak ingin Fanya tahu hubungannya dengan Carlos.

"Carlos mau menjemputku dia sudah dekat." Glen menatap Jessica lalu menganggukan kepala.

Jessica kembali duduk bergabung dengan Tini dan Okta, tiba-tiba ponselnya berbunyi dia melihat Carlos yang memghubunginya.

"Sudah dimana, Babe?" tanya Jessica.

"Sudah dekat, Sayang. Kamu tunggu depan pintu masuk saja ya," sahut Carlos di ujung telepon.

"Kamu tidak turun beb?"

"Tidak, Sayang. Aku lelah." Alasan Carlos agar tidak bertemu dengan Glen, dia tidak ingin pria itu menertawainya.

"Ok, aku turun sekarang." Jessica menutup telepon lalu pamit pada Tini juga Okta. Dia juga menghampiri Glen dan berbisik.

"Carlos sudah menjemputku, dia di bawah sekarang, aku duluan ya." Glen menganggukan kepala. "Fanya aku duluan ya," pamit Jessica pada Fanya

"Ok, Jess. Hati-hati, ya."

"Glen anterin Fanya pulang, terus jangan macam-macam ya." Glen menarik tangan Jessica dan berbisik.

"Aku bukan Carlos." Jessica mencubit perut Glen lalu pria itu tertawa.

Jessica meninggalkan mereka dan pergi ke pintu keluar dimana Carlos akan menjemputnya, melihat mobil Carlos masuk dan berhenti tepat di depannya.

Carlos membukakan pintu lalu Jessica masuk, dan memasang sabuk pengaman. Carlos tersenyum kepada Jessica dan mengecup bibir gadis itu. Mereka berdua meninggalkan mall, di dalam mobil Jessica hanya diam saja. Dia masih terbayang Carlos dengan wanita tadi.

Melihat Jessica hanya diam, Carlos memegang tangan gadis itu dan menciumnya, lalu membuka pembicaraan.

"Bagaimana pertandingannya tadi, Sayang. Apakah kalian menang?" tanya Carlos dengan melirik kepada Jessica.

"Iya, kami menang," jawab Jessica dengan tenang walau dalam hatinya ingin berteriak.

"Senang mendengarnya." Carlos melepaskan genggamannya dan memegang stir, dia menatap sekilas kepada Jessica dan kembali tersenyum.

Jessica membalas senyuman Carlos tapi dalam hati berkata, 'kamu mau bermain denganku, aku akan menggunakan Glen."

Akhirnya mereka tiba di apartemen. Keduanya masuk, Jessica langsung menuju ke dapur untuk mengambil air minum. Menahan rasa sakit membuat tenggorokan Jessica kering, selesai minum Jessica naik ke atas lalu mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

Jessica melepaskan pakaiannya dan menyalakan shower sehingga membasahi tubuh, dia juga melihat Carlos masuk ke kamar mandi dan buang air kecil.

Carlos melepaskan pakaiannya lalu menghampirinya. Mengambil sabun dan menyabuni belakan Jessica, Carlos memutar badan gadis itu menghadapnya.

Mereka berdua saling bertatapan, lalu dia memeluk Jessica dan menyalakan shower kemudian membersihkan sabun yang ada di badan sang kekasih.

Jessica mengambil sabun dan menyabuni dadanya yang berbulu, kemudian menyuruh Carlos berbalik membelakanginya. Jessica menggosok punggung Carlos dengan sabun lalu menyalakan kembalo shower, dia membersihkan sabun yang ada di belakang pria itu.

Carlos berbalik menghadap Jessica lalu melingkarkan tangannya di pinggang gadis itu sambil tak lepas menatap mata sang kekasih. Carlos mencium bibir Jessica dengan lembut.

Jessica melingkarkan tangannya di punggung Carlos lalu membalas ciuman pria itu, mereka berdua saling berciuman dan memainkan lidah. Tangan Carlos muali meremas dada Jessica.

Perlahan-lahan tangan Carlos mulai turun kebawa, dan mengusap perut rata Jessica. Dia menyandarkan gadis itu di dinding tanpa melepaskan ciumannya. Kini tangan Carlos sudah berada di antara paha Jessica dan bermain di sana.

Jessica mulai merasakan kenikmatan itu, dia membelai rambut Carlos dan mulai mendesah. Hati ingin menolak tapi tubuh Jessica menginginkan lebih.

Carlos mencium leher Jessica sambil jari jemarinya bermain di bawah sana, kemudian dia turun mencium dada sang kekasih. Carlos memainkan lidahnya dan menggigit dengan lembut pucuk berbentuk kismis itu.

Puas bermain di dada Jessica kini Carlos semakin turun kebawah, membenamkan kepalanya di antara kedua paha Jessica dan bermain di sana.

Tubuh Jessica tersentak bagaikan kesetrum begitu merasakan lembutnya Carlos memainkan lidahnya.

Jessica mengalami beberapa kali pelepasan sebelum masuk ke permainan sesungguhnya, Carlos berdiri kemudian mengangkat kaki Jessica dan meletakkan di pinggangnya.

Tanpa basa-basi lagi Carlos langsung menggempur milik Jessica yang sudah basah itu. Dia mempercepat gerakannya lalu mendesah di kuping gadis itu, terdengar bunyi perpaduan cairan milik mereka berdua saat Carlos memacunya dengan cepat.

"Ah ... Babe, aku mau keluar," bisi Jessica dengan mendesah di kuping Carlos

"Iya, keluarkan saja." Carlos lebih memacu gerakannya dengan cepat, hembusan nafasnya penuh dengan gairah menerpa leher Jessica.

Jessica mengeratkan kakinya melingkar di pinggang Carlos, lalu tiba-tiba tubuhnya tersentak dia mengalami pelepasan. Jessica merasakan kenikmatan yang luar biasa.

Carlos belum berhenti, dia memacu lebih cepat kemudian dia memeluk Jessica dengan erat, dia mengalami pelepasan dan menghentakkan pinggangnya berulang kali.

Jessica dan Carlos saling bertatap mata, napas mereka berdua masih tidak beraturan lalu Carlos memeluk pinggang Jessica dengan erat tanpa melepaskan penyatuan. Dahi mereka saling menempel

"Aku sangat mencintamu." Jessica hanya tersenyum, dia tidak percaya dengan ucapan Carlos padanya.

'Kalau kamu mencintaiku tidak mungkin kamu mengkhinatiku,' gumam Jessica dalam hati lalu melepaskan pelukan Carlos.

Jessica menyalakan shower, dan membersihkan tubuhnya. Begitu juga dengan Carlos, selesai Jessica keluar dari kamar mandi di ikuti oleh Carlos.

Jessica masuk ke kamarnya lalu mengambil baju tidur. Sementara Carlos, dia hanya menggunakan underwear boxernya, dan masih bertelanjang dada.

Jessica keluar kamar lalu duduk di ruang tengah dan menyalakan Tv kemudian Carlos datang menghampirinya dan berbaring di sofa. Kepalanya di letakan di paha Jessica, dia mengambil tangan gadis itu lalu di letakkan di dadanya.

Sementara tangan Jessica satunya memegang ponsel, lalu melihat pesan dari Glen. dia membacanya dan tersenyum sendiri. Dalam hati Jessica. " Dasar gila."