Invasi terus digencarkan beruntun, ledakan-ledakan sudah memporak-porandakan daratan. Wilayah persemakmuran yang berdiri kokoh sudah tidak lagi berarti, sebab hanya tersisa puing-puing reruntuhan.
Api berkobar, melahap seluruh yang disekitarnya tanpa ampun. Nahas, darah bercucuran menetes membanjiri tanah itu. Daratan seolah tidak cukup menahan beban yang mengerikan, dan mencoba untuk menangis menjerit sejadinya. Jelas ini bukan bencana alami, ini adalah armageddon, appocalypse dari puncak suatu zaman.
Para makhluk-makhluk itu tumbang lagi binasa, tidak ada satu pun yang lepas dari kehancuran. Bangsa mereka saling menyerang satu dengan yang lain, saling menjarah, saling membunuh. Tidak pasti mana yang benar dan mana yang salah. Sudah berapa lama waktu yang mereka habiskan melakukan penggempuran.
"Sudah tiba waktunya..."
Ada wujud bayangan yang begitu tinggi, jumlahnya lebih dari satu, mereka berbaris memperhatikan yang telah dilakukan oleh makhluk-makhluk itu. Mata mereka memiliki sorot intimidasi yang tajam, satu diantaranya terdengar berbicara, sayup-sayup begitu pelan intonasinya.
"Apa yang sudah tidak terbendung, maka akan merobohkan satu dengan lainnya. Maka terjadilah..."
Sepenggal kalimat yang terucap seolah menjadi genderang penabuh dari berakhirnya kemelut mencekam yang terjadi di daratan. Yang menghancurkan segala yang ada.
Mereka yang telah menjadi bangkai tergeletak di seluruh penjuru dunia. Hewan-hewan diudara pun menghampiri mereka dan mulai memangsanya, sebagian berputar-putar, sedang sebagian lagi terbang ke berbagai arah seolah ingin menghindari sesuatu.
Tentara-tentara yang tak terhitung jumlahnya dilangit, serta yang bangkit dari dalam tanah menyalakan api peperangan yang semakin membara panas.
Energi yang kedua belah pihak miliki masing-masing beresensi tinggi hingga tolak-menolak yang tejadi antar keduanya memiliki daya yang semakin kuat dan menghapus segalanya.
Tetapi itu bukanlah akhir, melainkan tanda sebagai awal dari permulaan pengembaraan benang takdir.