Shirou melangkah masuk ke ruang bawah tanah yang menjadi tempat penyimpanan harta Loki Familia. Cahaya redup dari lampu sihir yang tergantung di langit-langit menciptakan suasana tenang, dengan bayangan yang menari di antara rak-rak kayu yang penuh dengan peti dan kantong berisi barang berharga. Aroma kayu tua bercampur dengan sedikit bau logam memenuhi udara. Dindingnya terbuat dari batu kokoh yang menjaga ruangan tetap dingin, bahkan di hari terpanas sekalipun. Shirou bisa melihat bahwa tempat ini dirancang dengan hati-hati untuk memastikan keamanan, lengkap dengan segel-segel sihir di beberapa bagian tertentu.
Dari sudut ruangan, suara lembut Aki terdengar, "Terima kasih, Raul. Aku tahu shift malam bukanlah yang paling menyenangkan, tapi aku sangat menghargai kau menemaniku."
Raul, yang berdiri di sebelah konter, tampak menggaruk belakang kepalanya dengan wajah sedikit memerah. "Ah, tidak masalah, Aki. Lagipula, ini tugas kita. Aku senang bisa membantu."
Shirou tersenyum kecil melihat interaksi mereka sebelum berjalan lebih dekat. Saat dia mencapai konter, dia menyapa mereka dengan nada ceria, "Hei, kalian berdua kelihatan sibuk."
Raul yang sedang menatap daftar inventaris di tangannya langsung terkejut dan hampir menjatuhkan pena yang dipegangnya. "Sh-Shirou! Aku tidak menyangka kau di sini!"
Shirou tertawa ringan, melipat tangannya di depan dada. "Kenapa begitu kaget, Raul? Aku tidak memakai topeng tengkorak seperti saat di Knossos, kan?"
Aki terkikik mendengar candaan Shirou dan dengan cepat menambahkan, "Raul, kau benar-benar harus lebih santai. Jangan-jangan kau masih terbayang-bayang adegan saat Shirou muncul seperti pahlawan misterius waktu itu?"
Raul menghela napas dan menggeleng, tetapi rona merah di pipinya semakin jelas. "Sudahlah, jangan mulai lagi, Aki."
Shirou hanya tersenyum, merasa suasana di antara mereka begitu santai dan bersahabat. Baginya, ini adalah momen kecil yang membuat semua perjuangan terasa berharga.
Aki bersandar di atas meja konter, melipat kedua tangannya sambil memiringkan kepala sedikit. Dengan tatapan penasaran, ia bertanya pada Shirou, "Jadi, apa yang membawamu ke sini, Shirou? Jarang sekali melihatmu mampir ke ruang penyimpanan."
Shirou tersenyum tipis sambil menggaruk bagian belakang kepalanya. "Aku ke sini untuk mengambil jatah imbalanku. Sudah lama aku tidak melakukannya," jawabnya dengan nada santai.
Raul, yang berdiri di samping Aki, mengangkat alis dengan heran. "Kok baru sekarang? Biasanya anggota Familia langsung ambil begitu selesai ekspedisi." Ia membuka sebuah buku besar yang berisi catatan keuangan Loki Familia dan mulai membolak-balik halaman. "Sebentar, aku cari dulu namamu di sini."
Shirou mengangkat bahu dan tersenyum kecil. "Kapten Finn memaksaku untuk mengambilnya. Katanya aku tidak bisa terus mengabaikan ini."
Aki tertawa mendengar jawaban Shirou. Ia menggelengkan kepala, matanya berbinar dengan nada menggoda. "Ada juga, ya, orang yang harus dipaksa untuk ambil uangnya sendiri. Kalau aku sih, pasti langsung foya-foya tanpa pikir panjang!"
Raul menggumam pelan saat matanya bergerak menyusuri daftar nama di buku catatan. "Emiya Shirou... Emiya Shirou... Ah, ketemu!" Ia berhenti di satu halaman dan mulai menjumlahkan angka dengan teliti.
Shirou, yang mulai penasaran, sedikit mendekat. "Jadi, berapa yang aku dapat?" tanyanya.
"Tunggu sebentar," jawab Raul, matanya tetap fokus pada buku catatan di depannya.
Namun, Aki dengan santai memotong pembicaraan. "Totalnya 80 juta valis, termasuk bonus dari ekspedisi Knossos," katanya sambil tersenyum lebar.
Raul mendongak dengan tatapan protes. "Hei, Aki! Itu pekerjaanku, jangan langsung kasih tahu begitu saja."
Aki mengangkat bahu sambil terkikik. "Yah, siapa suruh kamu lambat. Lagipula, bukannya itu angka yang bikin shock, kan? Aku cuma ingin bantu Shirou supaya nggak kelamaan nunggu."
Raul menghela napas panjang, sementara Shirou hanya tersenyum melihat mereka bercanda. "Rasanya aku seperti jadi tamu di pertunjukan kalian berdua," ujar Shirou sambil menyilangkan tangan di dadanya.
Raul mengangkat alisnya sambil menatap Shirou. "Jadi, kau mau mengambil semuanya sekarang?" tanyanya dengan nada setengah bercanda namun penuh keingintahuan.
Shirou terdiam sejenak, memikirkan perintah Finn sebelumnya. Finn hanya menyuruhku untuk mengambil imbalan, tapi tidak mengatakan harus semuanya... Berarti aku bisa memilih, kan? pikirnya dalam hati. Sambil tersenyum, dia menjawab, "Tidak semuanya. Cukup sepuluh juta saja untuk sekarang."
Raul mengangguk dan mulai mencatat permintaan Shirou, namun sebelum dia sempat menyelesaikan tulisannya, Aki menyela dengan nada santai, "Jadi, kau mau mengambil dalam bentuk apa? Drop item atau tunai langsung dalam valis?"
Pertanyaan itu membuat Shirou sedikit tertarik. Matanya berbinar, dan ia menoleh ke Aki. "Boleh aku lihat dulu drop item yang tersedia?" tanyanya penuh rasa ingin tahu.
Aki tersenyum lebar, lalu membuka pintu konter yang memisahkan mereka dari ruang belakang. "Ayo, ikuti aku," katanya sambil melangkah masuk. Raul, yang masih memegang buku catatannya, tergopoh-gopoh menyusul mereka. "Hei, tunggu! Aku belum selesai mencatat!" serunya.
Ruangan di balik konter itu lebih besar dari yang Shirou bayangkan. Rak-rak kayu tertata rapi, masing-masing penuh dengan drop item yang bersinar samar di bawah cahaya kristal sihir yang tergantung di langit-langit. Ada tanda nama pada setiap rak, seperti Minotaur Horn, Almiraj Fur, Hellhound Fang, dan banyak lagi yang terlihat eksotis.
"Wow," Shirou berdecak kagum. "Semua ini dari ekspedisi Loki Familia?"
Aki mengangguk, tetapi Raul yang menjawab. "Kebanyakan ini berasal dari monster di lantai rendah. Barang-barang dari lantai tinggi biasanya langsung dijual atau diambil anggota lain untuk dibuat senjata atau armor."
Shirou menganggukkan kepala, memperhatikan setiap item di rak. Mungkin ini bisa jadi kesempatan untuk melatih skill forging-ku... pikirnya, tetapi dia segera mengingat prioritasnya. Dengan sopan, dia berkata, "Terima kasih sudah memperlihatkan semuanya. Tapi untuk sekarang, aku ambil tunai saja."
Mereka kembali ke konter dengan Aki di depan, sementara Raul masuk ke ruangan lain untuk mengambil valis yang diminta Shirou. "Tunggu sebentar, aku ambilkan uangmu," kata Raul, suaranya terdengar dari balik pintu ruangan penyimpanan. Shirou hanya tersenyum, menunggu dengan sabar sambil melirik Aki yang kini bersandar santai di konter.
Setelah beberapa saat, Raul kembali dari ruangan penyimpanan membawa sekantong uang koin valis yang terlihat berat. Dengan hati-hati, dia menyerahkan kantong itu kepada Shirou sambil berkata, "Ini, sepuluh juta valismu, sesuai permintaan."
Sementara itu, Aki yang kini berdiri di samping Raul memeriksa catatan dan menuliskan transaksi itu dengan cekatan. "Selesai. Transaksi sah," katanya santai, telinga kucingnya sedikit berkedut, seolah ikut berpartisipasi dalam percakapan.
Shirou mengangguk dengan sopan. "Terima kasih. Kalau begitu, aku pamit dulu," katanya sembari membungkukkan badan sedikit, bersiap untuk pergi.
Namun, Raul terlihat ragu-ragu sebelum akhirnya berkata, "Ehm, Shirou... boleh aku tanya sesuatu? Sebenarnya, untuk apa kau memakai uang sebanyak itu?"
Telinga hitam Aki kembali berkedut, tanda rasa ingin tahunya bangkit. Ia menambahkan dengan nada penasaran, "Iya, benar. Kan kau bisa memunculkan senjata atau armor pakai magecraft-mu. Jadi, untuk apa uang itu?"
Shirou mengangkat bahu sedikit sambil tersenyum tipis. "Mungkin untuk membeli potion. Selain itu... aku belum tahu juga," jawabnya dengan jujur.
Raul mendesah panjang, matanya sedikit redup seolah mengingat pengeluaran pribadinya. "Hah... enak sekali ya. Kebanyakan uangku habis untuk perawatan senjata dan armor," keluhnya.
Aki tertawa kecil mendengar itu dan berkata, "Kalau kau sedikit menabung, Shirou, kau sebenarnya bisa membeli senjata seperti Desperate milik Aiz dari Goibniu Familia. Tapi ya, itu harganya luar biasa mahal."
Shirou tidak menjawab langsung, hanya memberikan senyuman kecil. Ia mengangkat tangannya sambil berkata pelan, "Trace on." Dalam sekejap, replika Desperate, imitasi pedang milik Aiz, muncul di tangannya, lengkap dengan detail yang sempurna.
Mata Raul membulat, sementara Aki menganga tak percaya. "Wow! Kau benar-benar bisa melakukannya! Kalau begitu, kenapa kau tidak menjual senjata seperti ini? Dengan kemampuanmu, kau bisa kaya mendadak," kata Aki, matanya bersinar penuh kagum.
Shirou tersenyum tipis, memudarkan pedang itu perlahan hingga berubah menjadi partikel cahaya prana. "Itu namanya penipuan," katanya sambil menggeleng. "Projection seperti ini hanya bertahan tiga hari. Selain itu, aku tidak mau berurusan dengan Goibniu Familia. Kalau mereka tahu aku membuat imitasi senjata mereka, aku pasti akan diburu habis-habisan."
Aki dan Raul saling berpandangan sebelum tertawa bersama. "Baiklah, kau punya alasan bagus," kata Raul sambil mengusap tengkuknya. "Tapi tetap saja, kemampuanmu benar-benar luar biasa, Shirou."
Setelah selesai menerima uangnya, Shirou membungkukkan badan dengan sopan kepada Raul dan Aki. "Terima kasih atas bantuannya. Aku akan kembali ke kamarku dulu," katanya sambil membawa kantong koin valisnya.
Raul dan Aki melambaikan tangan mereka. "Hati-hati di jalan, Shirou," ujar Raul, sementara Aki menambahkan, "Dan jangan sampai kantong itu jatuh, ya. Valis sebanyak itu pasti berat!"
Shirou hanya tersenyum kecil mendengar candaan Aki sebelum keluar dari ruang penyimpanan dan berjalan menuju tangga yang mengarah ke lantai dua. Saat menaiki tangga, ia melihat Loki berdiri di ujung koridor, tersenyum lebar seperti biasanya.
"Heeeh, Shirou!" panggil Loki dengan nada menggoda sambil berjalan mendekat. "Kau sudah gajian, ya? Kalau begitu, traktir dewimu ini minum alkohol! Sebagai ucapan terima kasih karena aku dewi terbaik di dunia ini."
Shirou tersenyum kecil, menanggapi candaan Loki. "Tentu saja, Loki. Asalkan kau tidak berlebihan meminum alkoholnya," katanya dengan nada tenang.
Mendengar jawaban itu, Loki mendengus sambil menjulurkan lidahnya. "Bleeeeh! Kau ini seperti seorang mama saja," cibirnya sambil menyengir. "Persis seperti Riveria yang selalu bawel!"
Shirou hanya mengangguk sambil membalas dengan nada lembut, "Aku dan Riveria hanya khawatir denganmu Loki. Itu saja."
"Yayaya, aku tahu. Kalian terlalu peduli padaku," jawab Loki dengan nada cuek, melambaikan tangannya seolah ingin mengusir kekhawatiran itu. Namun, wajahnya tetap menyunggingkan senyum tipis. Setelah itu, ia mengubah topik pembicaraan dengan cepat. "Oh ya, Shirou, ngomong-ngomong... kamu belum update statusmu, kan? Anggota yang lain sudah melakukannya duluan."
Shirou berpikir sejenak lalu mengangguk. "Baiklah. Aku akan melakukannya, tetapi biarkan aku menyimpan uangku dulu di kamar."
"Siip!" seru Loki sambil melambaikan tangannya. "Aku tunggu di kamarku, ya! Jangan lama-lama, Shirou~!" ujar Loki sambil berjalan pergi dengan langkah riang.
Shirou hanya tersenyum kecil sebelum melanjutkan langkahnya ke lantai dua, menuju kamarnya untuk menyimpan kantong valis yang ia bawa.
Shirou memasuki kamar kecilnya yang sederhana, menutup pintu di belakangnya dengan pelan. Ia berjalan ke arah lemari kayu kecil di pojokan ruangan, membuka salah satu lacinya, dan dengan hati-hati menyimpan kantong valis di dalamnya. Setelah memastikan laci terkunci rapat, ia menghela napas ringan. "Aman," gumamnya pada dirinya sendiri sebelum berbalik dan melangkah keluar dari kamar.
Dengan langkah mantap, Shirou naik ke tangga menuju lantai atas, tempat kamar Loki berada. Saat tiba di depan pintu kayu berukiran sederhana itu, ia mengetuknya perlahan. Suara ceria Loki segera terdengar dari dalam. "Masuk saja, Shirou! Pintu nggak dikunci!"
Shirou membuka pintu perlahan dan melangkah masuk. Di dalam, Loki sudah duduk di atas kasurnya dengan pose santai, tangan menopang dagunya. Senyum nakal tersungging di wajahnya. "Nah, langsung saja buka bajumu, Shirou," katanya tanpa basa-basi, nada suaranya penuh kelakar seperti biasa.
Tanpa ragu, Shirou melepas tunic-nya, memperlihatkan tubuhnya yang telah terlatih berkat latihan panjangnya. Setelah melipat pakaiannya dan meletakkannya di samping, ia duduk dengan tenang di lantai di depan Loki. "Baik, Loki. Silakan," katanya sambil memposisikan dirinya agar Loki bisa dengan mudah melakukan pekerjaannya.
Loki mengambil jarum kecil dari meja di samping tempat tidurnya. Dengan cekatan, ia menusukkan jarum itu ke ujung telunjuknya, menghasilkan setetes darah segar yang segera ia oleskan ke punggung Shirou. "Oke, mari kita lihat sejauh mana kemajuanmu," gumam Loki dengan senyum penuh arti, memulai proses pembaruan status Shirou. Aura ilahi dewi pun mulai terasa di ruangan itu.
Loki menempelkan selembar perkamen khusus ke punggung Shirou dengan santai, menyalin hasil pembaruan statusnya. Ia menariknya perlahan, memastikan tinta magis yang terpindai dari tubuh Shirou telah tercetak sempurna. "Oke, selesai. Sekarang kita lihat apa yang kita punya di sini," katanya sambil menyodorkan perkamen tersebut ke tangan Shirou.
Shirou menerima perkamen itu dan mulai membaca hasil pembaruan statusnya dengan saksama.
Loki menempelkan selembar perkamen khusus ke punggung Shirou dengan santai, menyalin hasil pembaruan statusnya. Ia menariknya perlahan, memastikan tinta magis yang terpindai dari tubuh Shirou telah tercetak sempurna. "Oke, selesai. Sekarang kita lihat apa yang kita punya di sini," katanya sambil menyodorkan perkamen tersebut ke tangan Shirou.
Shirou menerima perkamen itu dan mulai membaca hasil pembaruan statusnya dengan saksama.
***
Status Shirou
Level 4
Strength: I(0) → A(820)
Endurance: I(0) → A(812)
Dexterity: I(0) → B(760)
Agility: I(0) → B(778)
Magic: B(0) → A(840)
Archer: H → G
Magic Resistance: G
Forging: I
Magic:
Magecraft
Skills:
Underdog: Mengurangi excelia yang diperoleh saat menghadapi lawan yang lebih lemah, dan meningkatkan excelia yang diperoleh saat melawan lawan yang lebih kuat.
Mind's Eye: Merasakan bahaya melalui insting dan dapat menentukan arah bahaya tersebut.
***
"Lihat itu," Loki menyengir sambil menunjuk pada bagian baru yang tercatat di perkamen itu. "Kamu dapat skill baru! Namanya Mind's Eye. Sepertinya cocok banget buat kamu, ya, Shirou."
Shirou memandang tulisan itu dengan ekspresi campur aduk. Di dalam hatinya, ada sesuatu yang terasa familier. Mind's Eye, pikirnya. Skill itu sama dengan yang dimiliki Archer, sosok lain dirinya dari dunia lain. "Archer..." gumamnya dalam hati. Kita memang berbeda dunia, tapi jalan kita terasa sangat mirip. Aku harap kau masih baik-baik saja di sana, di Chaldea. Mungkin masih melindungi Fujimaru Ritsuka dengan kekuatan yang sama seperti dulu.
"Kelihatannya keren, kan?" Loki menyengir sambil menyilangkan tangan di depan dada. "Dewa sepertiku memang tahu cara memilih anggota yang berbakat!"
Shirou tersenyum tipis, lalu melipat perkamen tersebut dan meletakkannya di saku. "Betul sekali, Loki. Skill ini mungkin akan sangat membantu, terutama jika aku berada di situasi genting."
Sambil mengenakan kembali tuniknya, Shirou mendengar Loki berbicara dengan nada santai namun penasaran. "Ngomong-ngomong, bocah, aku lihat development ability forging-mu belum pernah kamu gunakan, ya? Jangan-jangan cuma pajangan?" Loki bersandar di kasurnya, matanya memancarkan rasa ingin tahu bercampur dengan godaan ringan.
Shirou tersenyum kaku, sedikit malu. "Jujur saja, aku belum terpikir untuk memanfaatkan kemampuan itu." Ia mengusap bagian belakang lehernya, merasa agak bersalah karena melewatkan sesuatu yang bisa berguna.
Loki mengangguk kecil, lalu memberikan saran dengan nada serius. "Kalau nanti kamu naik level lagi, aku sarankan pilih spirit healing. Itu bakal berguna banget buat kamu. Ingat ekspedisi Knossos kemarin? Kamu pingsan karena kehabisan energi sihir. Dengan spirit healing, kamu bisa regenerasi energi sihirmu lebih cepat, tanpa perlu tergantung potion."
Shirou mendengarkan dengan seksama, tetapi satu kata dalam kalimat Loki menarik perhatiannya. "Level up, ya?" Ia memiringkan kepala, bingung. "Bukankah aku bisa naik level sekarang ke level 5? Kenapa tidak sekarang saja?"
Loki menghela napas panjang, seolah pertanyaan itu sudah ia duga. Ia menatap Shirou dengan ekspresi campuran antara kebanggaan dan kesabaran. "Dengar, bocah. Kamu memang punya potensi besar, bahkan bisa dibilang luar biasa. Tapi kamu harus tahu satu hal—statusmu masih bisa meningkat lebih jauh. Rank SSS untuk setiap atribut itu bukan mimpi buatmu, dan kalau kamu naik level sekarang, kamu bakal kehilangan kesempatan untuk mencapainya. Naikkan dulu statusmu setinggi mungkin di level ini, karena meningkatkan status di level 5 itu jauh lebih sulit. Kamu ngerti, kan?"
Shirou mengangguk pelan, mulai memahami logika Loki. "Baiklah, Loki. Aku akan fokus untuk memperkuat statusku dulu sebelum naik level."
Loki melanjutkan penjelasannya, kali ini dengan nada yang lebih serius. "Skill Underdog milikmu itu punya aturan main yang jelas, Shirou. Kalau kamu mau menaikkan statusmu, kamu harus melawan musuh yang lebih kuat darimu, yang berarti mereka di level lebih tinggi. Di level 4 ini, kamu masih punya Aiz dan yang lainnya—mereka semua sudah level 6. Tapi kalau kamu naik level lebih tinggi dari mereka, gimana mereka bisa bantu kamu? Itu bakal makin susah buatmu, tahu."
Shirou mendengarkan penjelasan itu dengan tenang, lalu menggeleng pelan. "Aku tidak terlalu peduli soal meningkatkan kekuatan, Loki. Bagi aku, kekuatan hanyalah alat. Alat untuk menolong orang lain."
Mendengar jawaban itu, Loki terdiam sejenak. Ia menatap Shirou dengan pandangan yang dalam, seolah mencoba memahami lebih jauh alasan di balik setiap tindakan pemuda itu. "Aku tahu, Shirou. Aku tahu kamu nggak pernah melawan musuh kuat demi dirimu sendiri. Kamu selalu melakukannya untuk melindungi atau menyelamatkan orang lain. Itu sudah jelas sejak pertama kali aku melihatmu."
Shirou mengangguk, matanya menatap Loki dengan keyakinan yang sama. "Itu benar. Semua yang aku lakukan adalah demi mimpiku... menjadi pembela keadilan."
Loki tersenyum kecil, lalu tanpa diduga, ia mengulurkan tangan dan memegang pipi Shirou dengan lembut. "Kamu tahu, aku nggak bisa memarahimu karena selalu memaksakan dirimu untuk menolong orang lain. Itu memang siapa kamu. Tapi, aku cuma mau bilang satu hal... jangan lupa peduli pada dirimu sendiri juga, oke?"
Shirou merasa tersentuh oleh kata-kata itu. Namun, di dalam hatinya, ia tidak sepenuhnya setuju. Baginya, hidupnya hanya memiliki makna jika digunakan untuk membantu orang lain. Tetapi ia memilih untuk tidak membantah, malah menundukkan kepala sedikit dan berkata, "Terima kasih, Loki. Aku tahu, walaupun kamu sering terlihat cuek, sebenarnya kamu sangat peduli pada kami semua."
Kata-kata itu membuat Loki terdiam sejenak. Wajahnya perlahan memerah, dan ia segera menarik tangannya dari pipi Shirou. "H-hah? Kenapa tiba-tiba memuji begitu, hah?" Loki mencoba menyembunyikan rasa malunya dengan protes, tetapi suaranya sedikit gemetar.
Namun Shirou belum selesai. Ia tersenyum lembut dan melanjutkan, "Aku benar-benar bersyukur bisa bergabung dengan Loki Familia. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika aku tidak berada di sini."
Wajah Loki semakin merah padam. Ia melambaikan tangannya dengan cepat, seolah ingin mengusir Shirou keluar dari ruangan. "S-sudah cukup! Keluar sana! Update statusmu juga sudah selesai, jadi nggak ada alasan lagi buatmu di sini!"
Shirou tersenyum sambil berdiri dan membungkuk sedikit sebelum pergi. "Terima kasih lagi, Loki," katanya dengan nada tulus sebelum keluar dari ruangan, meninggalkan Loki yang masih memerah dan berusaha keras mengembalikan ekspresinya menjadi normal.