Chereads / Fate x Danmachi: The Sword Prince / Chapter 78 - Chapter 78

Chapter 78 - Chapter 78

Corrupted Spirit mengamuk, merobohkan dinding Adamantium di lorong dengan serudukan tanduk banteng raksasanya. Puing-puing berserakan, dan dinding yang kokoh selama ratusan tahun kini runtuh dalam sekejap, memberi jalan bagi tubuh raksasa monster itu untuk melewati lorong sempit.

Shirou melompat mundur, bersama anggota Loki Familia lainnya, menghindari serangan frontal dari monster itu. Mereka berpencar, masing-masing mengambil posisi untuk mengitari Corrupted Spirit, mencari celah untuk menyerang.

"GRAAAAAAAARGH!" Monster itu memekik, suara wanita di tubuh bagian atasnya menggema, disertai erangan mengerikan dari bagian tubuh bantengnya. Getaran suara itu hampir membuat tanah di bawah kaki mereka bergetar.

Shirou mengalirkan prana ke tangannya, memproyeksikan Kanshou dan Bakuya yang tampak berkilauan di genggamannya. Dengan tatapan tegas, ia mengambil posisi di depan, menatap monster itu dengan penuh konsentrasi.]

Tiona, yang berdiri tak jauh darinya, menyeringai dengan penuh semangat. Ia memutar Urga dengan mudah, membuat suara mendesing di udara. "Akhirnya, aku bisa benar-benar melepaskan tenaga! Ini akan menyenangkan!" katanya dengan penuh antusias.

Di sampingnya, Tione sudah bersiap dengan sepasang kukri yang kokoh di kedua tangannya. "Jangan terlalu menikmati, Tiona. Fokus pada tugas kita," katanya sambil melangkah maju dengan mata yang mengawasi gerakan monster itu.

Gareth, yang berdiri di tengah formasi dengan kapak raksasanya yang terangkat, menatap monster itu dengan tenang. Dengan nada berat, ia mengajukan pertanyaan retorik, "Baiklah, apa yang biasanya kita lakukan saat melawan monster sebesar ini, hah?"

Raul, yang berdiri di belakang bersama para supporter, menjawab dengan nada gugup tetapi lantang, "Hancurkan kakinya... dan jatuhkan ke tanah!" Matanya penuh tekad meskipun suaranya sedikit gemetar.

Gareth menyeringai, mengangguk puas mendengar jawaban itu. "Tepat sekali. Ayo kita buat makhluk ini merasakan tanah di punggungnya!" katanya, mengangkat kapaknya tinggi-tinggi, bersiap menyerang.

Anggota Loki Familia serentak bergerak, menyusun serangan mereka. Shirou berlari ke sisi kiri monster itu, Kanshou dan Bakuya berkilat saat ia siap untuk memotong tendon kakinya. Sementara itu, Tiona dan Tione mendekati sisi lain, melompat dengan gerakan lincah seperti pemburu yang siap menjerat mangsanya.

Di belakang, Raul dan para supporter mempersiapkan dukungan, memegang senjata cadangan dan potion untuk memastikan tidak ada celah dalam strategi mereka. Pertempuran melawan Corrupted Spirit dimulai.

Shirou maju dengan Kanshou dan Bakuya siap di tangan, menyabet ke arah tendon kaki belakang kiri Corrupted Spirit. Meskipun pedangnya berhasil memotong, luka itu tidak cukup dalam untuk memberikan kerusakan yang signifikan. Shirou mengerutkan alisnya, menyadari bahwa makhluk ini memiliki fisik yang jauh lebih tangguh dari yang dia bayangkan. Bahkan dengan Reinforcement, kekuatannya sebagai Level 4 belum cukup untuk menembus kulit tebal makhluk tersebut.

Di sisi lain, Gareth melangkah maju, mengayunkan kapak besarnya dengan kekuatan penuh. Bilah kapaknya membelah udara dan mendarat dengan keras di betis kaki depan kiri monster itu, meninggalkan luka silang yang cukup dalam. Namun, bahkan dengan itu, Gareth menggerutu dengan nada berat, "Sial, kulitnya keras seperti baja." Ia mengayunkan kapaknya lagi, bersiap untuk serangan berikutnya.

Di sisi kanan, Tiona dan Tione bergerak dengan kelincahan mereka, menyerang kaki kanan depan dan belakang. Sayangnya, kedua Amazoness itu hanya mampu meninggalkan luka gores. "Aduh, ini nggak seperti monster biasa!" keluh Tiona sambil memutar Urga-nya, mencoba mencari celah lain. Tione mengangguk dengan geram. "Kita harus lebih keras lagi!" serunya.

Makhluk itu mengeluarkan pekikan marah, tubuh bagian atas wanitanya memekik dengan nada menusuk. Matanya melotot ke arah Gareth dan Shirou dengan penuh kebencian, tampak jelas bahwa mereka dianggap ancaman terbesar setelah berhasil memberikan luka paling serius. Dengan gerakan mendadak, tubuh banteng raksasa itu menghentakkan kakinya dengan brutal, menargetkan Gareth di depan dan Shirou di belakang.

"Hati-hati, Gareth!" teriak Tione memperingatkan.

Gareth dengan refleks luar biasa, mengangkat kapaknya untuk menahan serangan itu. "Klaaangg!" Suara dentingan keras menggema di lorong ketika kapaknya menahan hentakan kaki raksasa itu. Namun, dia melihat dengan ngeri bahwa bilah kapaknya mulai retak. "Dasar makhluk keras kepala!" gerutunya dengan nafas terengah-engah

Di belakang, Shirou tak seberuntung Gareth. Mata Shirou melebar ketika kaki raksasa monster itu melesat ke arahnya. "Cepat sekali!" pikirnya, tak sempat menghindar sepenuhnya. Tendangan itu menghantam tubuhnya, melemparkannya ke belakang dengan keras. Shirou terguling beberapa kali sebelum akhirnya berhenti dengan napas berat. Pedangnya terlepas dari genggaman, dan ia merasakan nyeri tajam di rusuknya.

"Shirou!" Tiona berteriak, matanya melebar khawatir. Ia bergerak untuk mendekatinya, tetapi Tione menarik lengannya. "Fokus pada monster itu dulu! Shirou pasti akan bangkit," katanya tegas, meskipun nada suaranya juga terdengar cemas.

Shirou perlahan bangkit, menggertakkan giginya untuk menahan rasa sakit. "Aku baik-baik saja," katanya dengan suara lemah, meskipun tubuhnya jelas menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Dia memproyeksikan kembali Kanshou dan Bakuya ke tangannya, menatap monster itu dengan tatapan penuh tekad. "Aku tidak akan menyerah sekarang."

Melihat bahwa serangan langsung pada kaki Corrupted Spirit tidak menghasilkan dampak signifikan, Gareth dengan cepat mengambil alih situasi. Dengan suaranya yang berat namun tegas, dia berteriak, "Tione! Rapalkan mantramu sekarang!" sambil menghindari serangan sapuan ekor makhluk itu.

Tione mendengus, jelas merasa kesal dengan perintah tersebut. "Aku ini bukan mage seperti Lefiya atau Riveria! Merapal mantra sambil bertarung bukan keahlianku!" protesnya sambil menghindar dari tendangan kaki depan monster tersebut. "Aku butuh waktu dan konsentrasi, tahu!" lanjutnya sambil bersiap mundur sedikit.

Tiona yang berada di dekatnya, tersenyum cerah meskipun situasi mereka genting. "Kalau begitu, serahkan semuanya padaku! Aku akan memastikan kau punya waktu untuk merapal mantramu, Tione!" katanya dengan penuh semangat. Dia memutar Urga 2-nya dan menempatkan dirinya di depan Tione, siap menjadi perisai untuk kembarannya.

Sementara itu Cruz yang melihat kapak Gareth mulai rusak, dengan cepat mengambil salah satu kapak cadangan dari tasnya. "Gareth, tangkap ini!" serunya sambil melemparkan senjata itu dengan akurasi tinggi. Gareth menangkap kapak itu dengan mudah, lalu bergeser cepat untuk menghindari serangan kepala banteng Corrupted Spirit yang melesat ke arahnya.

"Bagus, Cruz!" teriak Gareth, memutar kapak barunya dan mengarahkan tatapan tajam ke arah monster itu. Dengan suara penuh wibawa, dia memanggil Shirou. "Hei, Shirou! Serangan jarak dekat tidak bekerja dengan baik. Kau serang dari jarak jauh saja! Biarkan aku dan Tiona yang mengalihkan perhatiannya."

Shirou menatap Kanshou dan Bakuya yang berada di genggamannya. Menyadari bahwa serangan jarak dekat hanya membuat dirinya lebih rentan, dia memutuskan untuk memproyeksikan senjata baru. "Baik," jawabnya singkat sebelum memudarkan pedang-pedangnya menjadi prana. Dalam sekejap, busur hitam besar muncul di tangannya, garis energi sihir bersinar di tali busur tersebut. Shirou mengangkat busurnya, menatap ke arah Corrupted Spirit dengan tatapan fokus.

Di sisi lain, Tiona dan Gareth mulai bergerak lebih agresif, menyerang monster itu dari dua sisi untuk mengalihkan perhatian. "Ayo, makhluk jelek! Hadapi aku kalau berani!" teriak Tiona sambil melompat dan memutar Urga-nya dengan gaya khasnya. Gareth, dengan kapak barunya, mengayunkan bilah besar itu ke kaki monster, berusaha melumpuhkannya dari bawah.

Sementara itu, Tione mulai merapal mantra. Dengan napas berat, dia memejamkan mata dan mengumpulkan sihir di sekelilingnya. "Aku tidak percaya aku melakukan ini..." gumamnya dengan nada kesal, tetapi dia tetap melanjutkan, percaya pada saudara perempuannya yang melindunginya.

Shirou menarik tali busurnya, mempersiapkan Inferno Arrow yang mulai bersinar terang. Dia menunggu waktu yang tepat untuk melancarkan serangan jarak jauh yang diharapkan dapat memberikan pukulan signifikan pada Corrupted Spirit itu.

Tione memejamkan mata, suaranya tegas meski tubuhnya sedikit gemetar saat merapal mantra. "My desire that was sunk in the sea, my longing that was nurtured in the sea - the time has come..." Suara mantra yang ia rapalkan semakin jelas, sihir mulai mengalir di udara di sekitarnya, menciptakan aura yang penuh intensitas.

Sementara itu, Gareth dan Tiona bergerak agresif ke depan, melompat dengan kecepatan luar biasa menuju bagian wanita dari monster banteng raksasa itu. "Ini akan menyakitkan, makhluk jelek!" teriak Tiona dengan semangat sambil memutar Urga-nya, siap menghantam tubuh lawan.

Wanita setengah banteng itu, dengan ekspresi dingin, mulai merapal mantra panjang, tanda bahaya bagi semua orang di sekitarnya. Namun, Shirou, yang telah menunggu kesempatan ini, menarik tali busur hitamnya dan mempersiapkan Broken Inferno Arrow. Energi panas yang memancar dari anak panah sihir itu menyala terang di lorong gelap Knossos.

"Ini saatnya!" Shirou berbisik pelan sebelum menembakkan panahnya. Broken Inferno Arrow melesat cepat, tepat mengenai badan wanita monster itu. Dalam sekejap, api besar menyelimuti tubuh bagian atas monster, memaksa mantranya berhenti di tengah jalan. Monster itu berteriak marah, tubuhnya menggeliat melawan api yang terus membakar

Gareth dan Tiona, memanfaatkan kesempatan itu, berhasil mencapai badan wanita monster tersebut. "Ayo kita akhiri ini sekarang!" seru Gareth sambil mengayunkan kapaknya dengan kekuatan penuh. Tiona, di sisi lain, mengarahkan Urga ke titik lemah yang ia incar, siap memberikan pukulan mematikan.

Tetapi tiba-tiba, wanita monster itu tersenyum menyeringai meski terbakar. "Rage, Fury of the skies Caelum Veil Distel!" serunya, merapal mantra pendek. Tubuh monster itu segera diselimuti kilatan listrik, memunculkan percikan energi yang intens. Gelombang listrik menyetrum Gareth dan Tiona dengan kuat, memaksa mereka mundur dengan teriakan kesakitan.

Kilatan listrik yang mengelilingi tubuh monster kemudian dialirkan ke kedua tapak kaki bantengnya. Dengan hentakan kuat, lantai di bawahnya hancur berkeping-keping, menciptakan gelombang listrik yang menjalar ke belakang, menyambar Raul, Narvi, dan Cruz yang berjaga. Mereka terlempar mundur, meringis kesakitan akibat sengatan tersebut.

Di tengah kekacauan itu, Tione tetap fokus merapal mantranya meski tubuhnya terasa sedikit tersentak oleh sentruman kecil. "Shape yourself, bare your fangs, and become a snake. Escape the sea, cross the land, and cover the world. Capture time, stop time, and trample over time..." gumamnya dengan nada semakin tegas.

Sihir yang ia kumpulkan akhirnya mencapai puncaknya. Dengan sorot mata tajam, Tione meneriakkan mantra terakhirnya, "List Iorum!" Dari tangannya, rantai bercahaya muncul, melesat cepat menuju kaki kiri belakang banteng raksasa itu, langsung melilit dan mengunci pergerakannya.

"Tepat sasaran!" seru Gareth, meski tubuhnya masih terasa lemah akibat sengatan sebelumnya. Dia menatap Tione dengan penuh rasa kagum, tahu bahwa rantai itu akan menjadi kunci untuk melumpuhkan monster raksasa tersebut.

Tubuh wanita pada corrupted spirit itu mulai menunjukkan tanda-tanda regenerasi, kulit yang sebelumnya terbakar api perlahan kembali mulus meski masih ada bekas gosong di beberapa tempat. Matanya yang menyeramkan menatap rantai bercahaya yang melilit kaki bantengnya dengan sikap meremehkan, seolah rantai itu hanyalah halangan kecil.

Monster banteng raksasa itu mulai meronta, menarik kakinya yang terikat ke arah berlawanan. Tione, meskipun seorang petualang level 6, merasakan beban luar biasa saat mencoba menahan kekuatan monster itu. Otot-ototnya tegang, dan dia mulai terseret beberapa langkah ke depan meski berusaha keras menahan dengan sekuat tenaga.

"Aghh... dasar monster keras kepala!" gerutu Tione, napasnya mulai berat.

Melihat Tione mulai kewalahan, Shirou melangkah maju dan menggenggam tangan kanannya. "Trace on," ucapnya dengan tenang. Dari energi prana yang tersisa, dia memproyeksikan rantai bercahaya serupa milik Tione, tetapi kali ini melilit kaki kanan belakang monster banteng. Rantai itu berpendar terang dan mengunci pergerakan monster dengan lebih kuat.

Tione melirik Shirou dan, meskipun lega mendapat bantuan, ia ngedumel, "Tentu saja! Aku harus merapal mantra panjang, dan kau cukup bilang dua kata untuk membuat ini terjadi!"

Shirou tersenyum tipis, meski tangannya terasa gemetar akibat tekanan prana yang ia keluarkan. "Keuntungan menjadi seorang magus," balasnya singkat.

Meski sudah ada dua rantai yang mengikat kaki belakang monster itu, banteng raksasa tersebut masih meronta dengan liar, menarik keduanya dengan kekuatan yang tampaknya tak ada habisnya. Shirou dan Tione mulai tertarik lebih jauh ke depan, hampir kehilangan keseimbangan.

Dari arah lain, Gareth melompat ke posisi mereka. Dengan kapak besarnya terpasang di punggung, dia menggenggam rantai bersama Shirou dan menariknya ke belakang. "Ayo, kita tahan makhluk ini bersama-sama!" serunya, suaranya menggema di lorong Knossos. Kehadirannya memberi kekuatan tambahan, dan monster itu akhirnya berhenti bergerak sejenak.

Gareth menoleh ke Shirou di sampingnya, wajahnya serius. "Shirou, kau punya sesuatu yang bisa kita pakai untuk menghabisi monster ini? Mungkin senjata legendaris lain yang bisa kau proyeksi?" tanyanya sambil tetap menarik rantai.

Shirou mengangguk, meski keringat mengalir di pelipisnya. "Ada," jawabnya, napasnya sedikit tersengal. "Tapi... aku hanya punya satu kesempatan. Prana-ku sudah hampir habis." Suaranya terdengar ragu, sadar bahwa serangan itu harus tepat sasaran.

Gareth dengan tegas berkata, "Lepaskan rantai ini pada kami. Fokuslah mencari waktu yang tepat untuk menyerang." Senyumnya lebar, menunjukkan keyakinan bahwa mereka bisa menahan monster itu tanpa Shirou.

Shirou mengangguk, melepas genggamannya pada rantai tersebut. Ia mundur beberapa langkah, pandangannya tajam mempelajari gerakan monster itu. Dalam hatinya, ia tahu bahwa kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mengakhiri pertempuran.

"Kami akan menahannya sekuat tenaga!" teriak Gareth, memperkuat cengkeramannya. "Pastikan seranganmu menghancurkan monster ini, Shirou!"

Shirou bergerak mengitari medan pertempuran dengan hati-hati, matanya tajam memperhatikan setiap gerakan monster raksasa di depannya. Ia tahu bahwa satu kesalahan kecil bisa berakibat fatal. Ia menunggu saat yang tepat untuk menyerang, mengatur napasnya sambil mencari celah.

Di tengah pengamatannya, tiba-tiba Tiona melompat di sampingnya. "Hei, Shirou!" serunya penuh semangat, meski terlihat kelelahan. "Bisakah kau memproyeksikan rantai lagi? Gareth dan Tione butuh lebih banyak bantuan untuk menahan monster ini!" Mata Tiona berbinar, penuh tekad.

Shirou mengangguk tanpa ragu. "Trace on," gumamnya pelan, dan cahaya biru prana mulai membentuk rantai bercahaya di tangannya. Ia melempar rantai itu dengan presisi, melilit erat kaki kanan depan monster tersebut.

Tiona segera mengambil alih rantai itu dengan cekatan. "Aku akan menarik ini!" katanya sambil menancapkan kakinya ke tanah, menarik rantai sekuat tenaga. Otot-ototnya tegang, tetapi semangatnya tak goyah.

Corrupted Spirit mulai menunjukkan tanda-tanda kehilangan keseimbangan. Tubuh raksasanya sedikit miring, kaki-kaki besarnya tampak bergetar akibat tarikan yang terus-menerus dari berbagai arah.

Tak jauh dari mereka, Cruz, Raul, dan Narvi berlari mendekat, wajah mereka penuh tekad. "Shirou!" teriak Raul, "Kami juga butuh rantai! Kunci kaki yang tersisa!"

Shirou mengulangi prosesnya, kali ini memproyeksikan rantai lain yang langsung ia arahkan ke kaki kiri depan monster tersebut. Rantai itu melilit erat, mengunci gerakan kaki yang tersisa.

"Kami urus ini!" kata Cruz sambil menggenggam rantai itu bersama Raul dan Narvi. Mereka menarik dengan semua kekuatan yang mereka miliki, berusaha menahan gerakan monster tersebut.

Wanita pada tubuh monster itu mulai menunjukkan ekspresi panik. Matanya liar, tubuhnya meronta, tetapi gerakannya semakin terbatas. "Kalian makhluk kecil! Apa kalian pikir bisa mengalahkan aku?" jeritnya dengan suara penuh amarah, tubuhnya menggeliat berusaha membebaskan diri.

Semua anggota Loki Familia yang memegang rantai berjuang dengan gigih. "Tarik lebih kuat!" seru Gareth yang masih memegang rantai di kaki belakang monster itu. Wajahnya memerah karena usaha keras, tetapi ia tetap berdiri kokoh seperti batu karang.

Tiona menimpali, suaranya lantang, "Kita sudah hampir berhasil! Jangan menyerah sekarang!" Tangannya mencengkeram erat rantai, otot-ototnya terlihat jelas menahan tekanan yang besar.

Monster itu semakin oleng, tubuhnya mulai kehilangan keseimbangan sepenuhnya. Rantai-rantai bercahaya yang menahannya dari semua sisi menjadi bukti kekuatan kerja sama mereka.

Shirou berdiri tegak, mengamati Corrupted Spirit yang terkunci rapat oleh rantai dari segala arah. Ia melihat teman-temannya memberikan semua kekuatan mereka untuk menahan monster itu agar tak bisa bergerak. Shirou mengepalkan tangannya. Mereka telah memberiku kesempatan ini, aku harus mengakhirinya, pikirnya dengan penuh keyakinan.

Dia memejamkan matanya sejenak, menarik napas panjang, dan mulai fokus. "Trace on," gumamnya, kali ini dengan nada penuh tekad. Cahaya merah prana membentuk wujud tombak legendaris di tangannya: Gae Bolg, tombak kutukan yang dijuluki 'Reverse causality spear.'

Gae Bolg adalah senjata milik Cu Chulainn, seorang pahlawan besar dalam Perang Cawan Suci yang pernah Shirou hadapi. Tombak ini memiliki kemampuan unik untuk menyerang secara langsung takdir musuhnya, menghancurkan jantung mereka tanpa meleset. Shirou mengingat jelas bagaimana Cu Chulainn menggunakan tombak ini dengan keahlian sempurna, suatu tingkat kendali yang belum pernah Shirou capai. Namun, kali ini, ia tidak perlu ahli; lawannya sudah terikat dan tak bisa bergerak.

Shirou membuka matanya, cahaya tajam di matanya mencerminkan keberanian yang tak tergoyahkan. Ia menggenggam Gae Bolg dengan kedua tangannya, merasakan energi kutukan yang mengalir dari tombak itu. Angin di sekitarnya berputar pelan, memberikan suasana mencekam.

Tubuh wanita di atas monster banteng itu terlihat gelisah, wajahnya menunjukkan kepanikan yang jelas. "Apa itu?!" jeritnya, matanya membelalak saat melihat tombak terkutuk yang kini diarahkan padanya. Bahkan monster itu, dengan kekuatan regenerasinya, tampak ragu apakah bisa bertahan dari serangan ini.

Shirou mengambil ancang-ancang, menarik tombak ke belakang sambil menatap lekat ke arah dada Corrupted Spirit di mana Magic Stone besar yang menjadi inti kehidupannya berdenyut dengan intens. Shirou berbicara pelan, tetapi setiap kata terasa seperti deklarasi kemenangan. "Ini akan mengakhirimu."

Dengan kekuatan penuh, Shirou melontarkan tombak itu. "GAE BOLG!" teriaknya, suaranya menggema di seluruh lorong. Tombak itu melesat seperti kilat merah yang mengoyak udara, langsung menuju sasaran tanpa meleset.

Gae Bolg menembus dada wanita monster itu dengan kekuatan luar biasa, menghancurkan Magic Stone di dalamnya. Cahaya merah menyala terang, diikuti suara jeritan kesakitan yang melengking saat tubuh raksasa itu mulai bergetar hebat. Cahaya dari Magic Stone yang hancur menjalar ke seluruh tubuhnya, menyebabkan setiap bagian tubuhnya retak dan mulai melebur menjadi abu.

Monster itu memekik terakhir kalinya, "TIDAAKKK!!!" sebelum akhirnya tubuhnya runtuh, berubah menjadi debu yang terhembus angin.

Shirou berdiri dengan napas terengah-engah, menatap abu yang tersisa. Ia merasakan beban yang perlahan terangkat dari pundaknya. Ia memandang sekeliling, melihat wajah teman-temannya yang penuh kelegaan. Mereka semua tahu, pertempuran ini akhirnya selesai.