Ketika filsuf yunani Socrates mengatakan tentang level manusia di bedakan dalam tiga aspek level atas, level tengah dan level bawah. dan masing-masing level memiliki klasifikasinya yang pertama level atas berbicara tentang ide dan gagasan, lalu level tengah lebih dominan membahas peristiwa atau tragedi, sedangkan orang level bawah membahas tentang orang-orang secara negatif, membandingkan orang yang satu dengan yang lain. Tentunya dalam aspek pemuda tentunya hal ini akan melekat dalam diri mereka sebab para pemuda bisa merasakan pada semua level yang telah di jabarkan diatas dalam satu rangkaian peristiwa tentunya dalam arogansi dalam diri pemuda. Berbeda lagi yang dikatakan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dalam bukunya, philosophy of the teachings of Islam (1995), yang juga membagi manusia dalam tiga keadaan, yaitu keadaan alami, moral dan spiritual. Dan jika diuraikan secara spesifik maka level awal adalah nafs ammarah, yakni nafsu yang mendorong untuk melakukan perbuatan buruk, yang mana hal tersebut memancing kecenderungan terhadap keburukan dan intemperance tindakan melampaui batas adalah suatu level keadaan manusia yang mana hal-hal itulah yang menguasai pikiran seseorang sebelum orang tersebut masuk kelevel selanjutnya yaitu moral state ( keadaan moral ) dan level ini juga diuraikan dalam level natural state, sebab dalam kondisi ini manusia tidak di bimbing oleh pertimbangan akal dan pemahaman tetapi dia mengikuti kecenderungan atau hasrat alamiah, namun ketika manusia telah di bimbing oleh pertimbangan akal dan pemahaman yang membuatnya dapat mengendalikan hasrat alamiahnya, sehingga hasrat alamiah berada pada kontrolnya maka itu disebut sebagai moral state, sumber dari keadaan moral ini adalah nafs lawwamah yakni nafsu yang mendorong untuk reproving self menyesali atau menegur dirinya sendiri tak kala melakukan suatu keburukan. dalam level moral state manusia menyadari sepenuhnya bahwa dia harus mempraktekkan moral yang baik, dan dia bertekad untuk tidak lagi melakukan keburukan atau kejahatan yang melampaui batas. namun terkadang manusia masih lebih mengikuti hasrat alamiah yang ,cenderung melakukan keburukan, sehingga akibatnya timbul penyesalan dalam dirinya. sebelum memasuki level selanjutnya sebagai seorang pemuda itu tergambar jelas bahwa mereka sedang berada pada tahap di level itu sehingga dia akan mengunakan arogansi mereka untuk menemukan jati diri mereka didalam tumbuh kembang pergaulan yang begitu luas baik dalam ilmu maupun peristiwa sehingga mereka dapat memasuki tahap berikutnya yaitu nafs Muthmainnah (the soul at rest) atau jiwa yang tenang. pada level ini diuraikan dimana jiwa manusia telah terbebas dari segala kelemahan dan diisi oleh kekuatan spiritual yang akan menciptakan hubungan yang mesra dengan tuhannya. Akhirnya arogansi pemuda tentunya akan membawanya masuk kedalam level spiritual sebagai puncak dalam melakukan sebuah pandangan hidup yang jelas