Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Where should i go Home?

šŸ‡®šŸ‡©Lyan_Juliani_M
--
chs / week
--
NOT RATINGS
5.3k
Views
Synopsis
Setelah kau di hancurkan oleh harapan mu sendiri, lalu masihkah kau mempercayai masa depan yang samar?. setelah semua hal yang aku alami di dunia ini, hanya pusat emosi ku yang dapat menolongku. Teman? Keluarga? siapa yang dapat menolongku?
VIEW MORE

Chapter 1 - Wanita yang lahir pada 2001

Dua puluh dua tahun yang lalu, tepat pada tahun 2001 terlahir seorang bayi perempuan. Datang dengan membawa sebuah mimpi buruk, terlahir di dalam lingkungan yang beracun. keadaan ekonomi yang buruk dan di asingkan di dalam peradaban saat itu.

Julian, wanita yang kini berada di tahun dua puluh dua di dalam perjalannya yang penuh dengan racun yang pahit.

" rasanya kepalaku sangat sakit setiap saat" ucap Julian dengan tatapannya yang lelah.

wanita yang kini berada di jalan yang tak tahu ke mana arahnya.

semakin hari dirinya selalu merasakan sakit di kepalanya yang entah karena efek dari traumanya atau bahkan karena dirinya terlalu keras memaksakan dirinya saat bekerja.

wanita itu kini semakin jarang terlihat tersenyum, padahal di saat dirinya berada di masa kecil, ia yang sangat ingin cepat tumbuh menjadi dewasa agar bisa melakukan hal yang ia inginkan dengan mudah.

" menjadi dewasa itu sepi ya?" ucap seseorang dari belakang Julian.

Dengan perlahan Julian menoleh ke arah sumber suara yang ia kenal tersebut dan menatapnya dengan datar.

" aku lebih merasa sedikit nyaman dengan hal ini, walaupun tidak terbiasa tapi aku akan melalui semuanya dengan baik. bagaimana denganmu Megan?" tanya Julian pada orang yang ada di sampingnya.

" aku tidak melihatmu menikmatinya, bahkan di dalam mataku kau sangat jauh menderita dan hanya saja kau tak lagi bisa mengatakan hal itu"

Julian kini tak lagi mengelak akan apa yang di katakan oleh Megan, ia hanya terdiam dan menatap wajah gadis itu dengan tatapan sendu.

Suasana hening seketika, baik Julian maupun Megan tidak ada yang mengatakan sesuatu apa pun. Megan melirik ke sebuah buku yang ada di tangan Julian, ia tahu buku itu yang biasa di gunakan Julian untuk menunjukkan emosinya.

" masih menulis diary?" tanya Megan.

" emm.."

" Dari pada menulis sebaiknya kau berbicara secara langsung mengenai apa yang kau alami, tidakkah kau berpikir jika suatu hari nanti kau akan menghilang dan tak ada yang tahu hal itu?"

Mendengar apa yang di katakan oleh Megan, Gadis dua puluh dua tahun itu pun langsung menoleh ke arah Megan dengan tatapan sinisnya.

" terdengar mudah tapi sulit untuk di lakukan "ucap Julian.