Ledakan dari api Salamander dalam seketika langsung menghanguskan dan meluluh lantahkan arena di sekitarnya.
Untungnya, Yuiga, Leticia dan rekan-rekan lainnya berhasil selamat.
"Uhuk....uhuk..... Licia..... Uhuk.... Uhuk..... Kau baik-baik saja".
"Uhuk... Uhuk.... Aku.... Tidak..... Apa-apa..... Darling".
"Uhuk.... Uhuk..... Syukurlah... HEI..... Uhuk.... KALIAN SEMUA TIDAK APA-APA!!!!?".
Setelah memastikan kondisi Leticia baik-baik saja, Yuiga segera bertanya kondisi yang lain.
"Uhuk.... Uhuk.... Kami..... Baik-baik..... Saja..... Uhuk..... Uhuk..... Tidak usah..... Khawatir...".
Raul menjadi perwakilan untuk menjawab pertanyaan Yuiga.
Tak berselang lama, pandangan Yuiga teralihkan ke arah Salamander yang mau mengeluarkan bola apinya.
"Cih, tidak ada pilihan lagi".
Tak menunggu waktu lama, Yuiga segera melesat berlari kearah Salamander. Dan hal itu membuat Leticia dan yang lain terkejut.
"Tunggu, Darling!!".
"DASAR BEGO!!! APA YANG DIA PIKIRKAN".
Saat jarak mereka mulai dekat, tanpa ragu Yuiga langsung menarik pedang katana nya dan melakukan sebuah serangan.
"Ze-ten Ryuu : Tenka Yatagarasu".
Ratusan ribu tebasan yang lebih cepat dari suara segera menghujam tubuh Salamander.
"ROAAAAARRR....."
Teriakan keras Salamander menggema sebagai tanda dia merasakan serangan dari Yuiga. Sayangnya, meski serangan Yuiga berhasil tapi itu masih belum cukup untuk benar-benar melukainya.
"Cih, itu tidak bekerja".
Yuiga melampiaskan emosinya karena serangannya tidak bisa benar-benar melukainya.
Melihat Yuiga yang nekat menyerangnya, Salamander bersiap membalas dengan menghembuskan Burning Breath kearah Yuiga.
Yuiga yang sadar mencoba menjauh dengan melompat mundur. Sayangnya Burning Breath yang dilepaskan Salamander lebih cepat dari apa yang dia perkiraan.
Untungnya, Raul langsung berdiri di depan Yuiga dan langsung mengeluarkan tekniknya.
"Wind Magic Twin Sickle : Spining Wild Wind".
Sebuah pusaran angin yang sangat besar muncul setelah, Raul mengayunkan kedua Sabit miliknya dan sekaligus menghempaskan Burning Breath Salamander ke udara.
"Raul-san!!!".
"Bodoh!!! Mana mungkin kau bisa mengalahkannya seorang diri".
Tak berselang lama, Falma dan Regina segera berlari melintasi Yuiga dan Raul menuju ke arah Salamander.
Dan saat jarak mereka mulai dekat. Keduanya langsung menyambar dengan serangan masing-masing.
"Inkaref Style : Shock Wave Ampiter".
"Giant Sword Style : Earth Quick".
Sebuah tusukan bak gelombang dan ayunan yang dapat menggetarkan bumi. Kedua serangan itu langsung menyambar Salamander.
"ROOOAAAARRR.....".
Kombinasi serangan itu setidaknya berhasil memaksa Salamander untuk mundur beberapa langkah. Tapi masih belum cukup untuk menembus kulitnya yang sangat tebal.
Tak cukup sampai di situ, 2 serangan baru segera dilancarkan oleh Cain dan Monica.
"Fire Blade : Thousand Fire Blade".
"Magic Arrow : Thunder Bolt".
Jutaan pisau berlapis api dan anak panah petir menghujani Salamander dengan ganasnya. Meski tidak cukup kuat, tapi dua serangan yang dilepaskan Cain dan Monica mampu membuat makhluk itu mundur beberapa langkah.
Melihat adanya peluang, Barirossa segera berlari kearah monster itu. Saat jarak mereka berdekatan.
"Paladin Sword Style : Light Single Trust".
Bari langsung bersiap menyerang yang kali ini dia arahkan tepat ke batu merah raksasa yang ada di tengah badan Salamander.
Hasilnya, batu itu berhasil hancur berkeping-keping. Dan seketika itu juga, Salamander berhenti bergerak. Tatapan matanya mulai kosong. Dan perlahan-lahan badannya mulai jatuh tersungkur ke tanah. Kejadian itu membuat semuanya terdiam untuk sesaat.
"Hore...!!! Sudah kuduga kelemahannya pasti batu itu".
Melihat hasil yang seperti itu membuat Baru sangat senang. Karena tebakannya soal kelemahan Salamander itu memang benar. Tidak paham apa yang dikatakan Bari, Regina mencoba untuk bertanya.
"Bari. Apa maksudmu barusan tadi?"
"Menurut dari apa yang aku baca, kelemahan Salamander Api itu terletak pada batu merah yang ada di tengah badannya. Dengan menghancurkan, maka Salamander bisa kita dikalahkan".
"Oh begitu ya. Syukurlah".
Mendengar penjelasan dari Bari membuat semuanya bernafas lega. Hal itu dibuktikan dengan Salamander yang sekarang terkapar di tanah.
(Aneh? Jika makhluk itu benar-benar tumbang. Tapi, entah kenapa? Aku punya firasat yang buruk).
Saat semuanya merasa lega, hanya Yuiga satu-satunya yang merasakan firasat buruk. Dan sepertinya apa yang dikhawatirkan Yuiga memang benar-benar terjadi.
(----------)
"ROOOOOAAAAAARRRRR...!!!!!".
Tak berselang lama, Salamander itu kembali bangkit sambil berteriak sekeras-kerasnya.
Sangking kerasnya, teriakan itu hampir membuat mereka semua hampir terpental. Melihat Salamander yang kembali bangkit, membuat Bari kebingungan.
"Tunggu.... Kenapa? Kenapa dia masih hidup? Bukannya aku sudah menghancurkan inti hidupnya? Persis dengan yang tertulis dibuku".
Bari sangat kebingungan dan terus mengeluarkan keringat dingin sebagai tanda bahwa dia semakin ketakutan.
"Menurutku, serangan mu tadi hanya membuatnya semakin murka saja".
"Yah, pelajaran yang dapat kita petik hari ini adalah..... "Ngak semua yang kita baca itu bisa ditelan mentah-mentah". Paham Bari".
Falma segera menjawab kebingungan Bari sambil menaikkan ujung kanan mulutnya, sebagai tanda bahwa dia juga mulai panik. Dan meski dengan nada ketakutan Cain memberinya sebuah nasehat.
Setelah berteriak sekencang-kencangnya, tiba-tiba seluruh tubuh Salamander dilapisi oleh cahaya yang sangat terang.
Mereka semakin dibuat bingung dan keheranan dengan apa yang terjadi. Begitupun, dengan Yuiga. Tapi, tak berselang lama Yuiga yang memperhatikan Salamander yang mengeluarkan cahaya mulai merasakan akan datangnya bahaya.
"SEMUANYA SEGERA MUNDUR!!! LICIA, AUDREY BUAT PELINDUNG UNTUK KALIAN SENDIRI!!! MONICA, BERLINDUNG DI BELAKANG LICIA DAN AUDREY LALU DUKUNG MEREKA DENGAN SIHIRMU!!! FALMA, REGINA, CAIN, BARI, DAN RAUL-SAN. GUNAKAN MAGIC AURA DAN BANTU AKU UNTUK SEBISA MUNGKIN UNTUK MENANGKIS SETIAP SERANGAN YANG DATANG!!!".
"BAIKLAH!!!".
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Yuiga kemudian berteriak sekencang-kencangnya untuk memperingatkan yang lain dan memberi instruksi untuk bertahan dari serangan yang akan datang.
Sesuai dengan dugaan, tak berselang lama tiba-tiba Salamander menembakkan semacam lacer sihir yang melesat seperti peluru dari tubuhnya yang langsung mengarah ke mereka.
Yuiga, Regina, Cain, Bari, Falma dan Raul yang berdiri didepan tidak punya pilihan selain mencoba untuk menangkis setiap lesatan lacer sihir yang datang kepada mereka.
Sementara di belakang, Leticia dan Audrey yang tidak bisa menangkis serangan itu mencoba untuk menciptakan pelindung untuk mereka dengan bantuan dari Monica yang ikut memberikan energi sihir mereka berdua kepada Audrey dan Leticia.
Dan mengaktifkan dengan Aura sihir, mereka bisa menahan hujaman peluru laser sihir itu.
Sebagai dari akibatnya ada lebih dari 50 peluru laser mereka tangkis. Tapi, itu juga meledak dalam reaksi berantai.
Lalu gelombang serangan kedua dan ketiga dari Salamander yang tidak ada habis-habisnya tidak akan berhenti begitu saja.
Yuiga dan yang lain. Bahkan Leticia dan Audrey harus memaksa sihir mereka ketingkat yang berbahaya akibat mereka tidak bisa terus-terusan diam sambil terus menangkis semua serangan itu.
Tapi, kekuatan dan jumlah laser sihir yang di tembakkan secara bertahap terus meningkat.
Dengan begitu, maka jumlah laser sihir yang bisa di tangkis Yuiga, Falma, Regina, Cain, Barirossa dan Raul terus berkurang.
Bersamaan dengan itu, mereka merasa energi sihir di dalam mereka mulai berkurang dan efek penggunaan sihir yang secara berlebihan mulai berdampak pada fisik.
(----------)
Otot-otot di lengan mereka mulai kelelahan dan mulai kehilangan kendali atas tubuhnya. Bahkan hal itu juga dirasakan oleh Leticia, Audrey dan Monica yang berada di belakang mereka.
Sekarang, Yuiga dan yang lain secara perlahan-lahan mulai kehilangan semua Indra mereka.
Dimulai dengan kehilangan Indra Perasa, bau asap ledakan sudah tidak bisa mereka rasakan.
Bahkan kulit, kedua kaki yang berdiri dan kedua tangan mereka yang memegang pedang sudah mati rasa.
Indra Penglihatan, sinar cahaya yang dipancarkan laser itu sudah tidak bisa mereka lihat dan pandangan mulai gelap.
Indra Pendengaran, suara dari laser sihir yang meledak di sebelah mereka sudah tidak terdengar lagi.
Seiring berjalanya waktu satu persatu dari mereka mulai tumbang. Dimulai dari Barirossa disusul Audrey, Monica, Raul, Cain Regina, Leticia dan yang terakhir Falma.
Meski begitu terdesak dan rekan-rekan sudah tumbang, Yuiga masih berusaha seorang diri dan sekeras tenaga untuk melawan balik Salamander yang sangat mustahil untuk di kalahkan seorang diri.
Merasa lawannya tidak mau tumbang, Salamander meningkatkan kekuatan serangan laser sihir lebih besar dan lebih kuat dari sebelumnya.
"TIDAK AKAN KUBIARKAN!!! MAEL!!!"
(BAIKLAH).
Sadar bahaya yang ada di depan matanya, Yuiga. mengaktifkan salah satu sihir Roh nya.
"Seirei Ze-ten Ryuu : Senmetsu Rei Shōdō".
Sebuah teknik sihir Roh yang melepaskan semua energi sihir yang telah didorong ke tanah tepat di kaki lawan ke udara untuk menangkis sihir dari lawan.
Sihir Roh milik Yuiga yang satu ini sebenarnya adalah Sihir yang berfokus pada kehancuran total.
Tetapi, Yuiga menggunakan teknik ini untuk menangkis semua tembakan lacer sihir Salamander.
Cukup sangat efektif, itu bisa dilihat dengan banyak lacer sihir itu yang terpental ke berbagai tepat.
Namun, sayangnya.
Beberapa lacer sihir itu sihir Salamander berhasil mengenai dan menghantam seluruh tubuh Yuiga.
Sebuah ledakan yang sangat dahsyat sekali lagi terjadi di tempat itu.
Yuiga terpental dan berguling-guling di tanah beberapa kali dan badanya penuh dengan luka yang parah.
"DARLING!!!!"
"""""YUIGAAA!!!!"""
Melihat tubuh Yuiga yang terpental, mereka segera panik dan meneriakkan namanya. Tapi, apa daya. Mereka sendiri juga terluka cukup parah.
Dan Leticia hanya bisa menatap dan meneteskan air mata sebagai bentuk kekhawatiran nya kepada suaminya yang terpental.
Sememtara Yuiga merasa rasa hangat menghilang dari tubuhnya, rasa kematian yang dekat meliputi seluruh tubuhnya.
Kehilangan banyak darah mengganggu fungsi kerja otaknya, dan bahkan kemampuan untuk memikirkan ingatan yang sedang berjalan telah diambil.
(Sialan... Kurasa aku akan..... Mati..... Mati?).
Tiba-tiba, Yuiga teringat dengan senyuman yang di berikan Kakek dan Neneknya
Leticia yang menangis bahagia saat tahu Yuiga sudah sadar dari pingsannya.
Lalu para petualang di Bandeux seperti Cain, Banaza, Ariel, Barry, Lagerta, Regina, Barirossa, Audrey dan yang lainnya, tersenyum dan menyapa dirinya.
Dan Mael, Roh Bulan yang selalu ada di sampingnya.
Kenangan itu muncul di dalam pikiran nya dan membuat hatinya sangat hangat. Saat itu dia sadar bahwa dunia ini dia bukan seorang penyendiri lagi.
Kehangatan yang diberikan oleh mereka semua orang adalah nyata adanya.
Dan kehangatan itu adalah apa yang Yuiga inginkan selama ini.
(... Maaf saja, ya..... Aku tidak mau mati.... Aku tidak mau menyerah...).
Penolakan akan kematian, begitu kuat dan menggebu-gebu didalam dirinya, menghancurkan es dihatinya dalam sekejap.
Setelah menghapus semua alasan, hal yang terlintas dipikirkan adalah keinginan gila untuk hidup.
Tanpa berpikir apapun, tanpa rencana apapun hanya keinginan kuat untuk hidup, Yuiga kembali bangkit dan melangkah maju perlahan-lahan.
"DARLING!!!".
Melihat suaminya kembali berdiri, Leticia tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya.
"""YUIGA""".
Begitu juga dengan yang lainya. Tapi, Yuiga mengabaikan itu semua dan berjalan mendekat ke Salamander.
Langkahnya berhenti saat dia sudah berada di dalam satu garis lurus yang sama dengan Salamander. Tatapannya hanya mengarah ke depan, begitupun dengan pedang katana yang dia genggam.
Konsentrasi nya di paksa hingga batasnya. Sambil terus menambah dan memaksa kekuatan fisiknya yang terluka berkali-kali.
Lalu dalam sekejap mata Yuiga melesat kearah Salamander. Kecepatan yang di perkuat dengan sihir Roh membuatnya berlari lebih cepat dari cahaya.
Sementara Salamander yang melihat itu mulai bersiap untuk menghembuskan bola api berukuran besar kearahnya.
(Terlalu lambat.... Kenapa aku terlalu lambat?).
Seketika, Yuiga menyadari dirinya yang sudah terbebani dengan perasaan gelisah, takut, ketidakpastian, ketidakpercayaan dan putus asa.
Saat itu dia sadar bahwa kebodohan ini, beban ini seolah-olah seluruh tubuhnya di ikat oleh semua kecemasan ini. Yang membuatnya tidak bisa melangkah maju.
Ibarat rantai tak terlihat yang selama ini merantai cahaya hidup di hatinya.
Untuk bisa melepas memegang rantai yang mengikat jiwanya itu.
Dengan hanya bermodal tekad yang kuat dan sihir Roh yang dipaksakan sampai melebihi batas.
Mendorong badannya dengan sekencang-kencangnya. Sambil meluapkan emosi yang ada didalam dirinya.
(....Akan Membuat Pilihan Dan Mengukir Takdirku Sendiri!?.... Jadi,... JANGAN GANGGU AKU!!!!!!).
Akhirnya rantai yang mengikatnya hatinya selama ini terlepas dan sesuatu di dalam diri Yuiga mulai bangkit.