Riven merasakan setiap serat ototnya bergetar saat ia mengayunkan pedangnya ke arah dinding batu besar yang ada di depannya. Tetapi, ia kecewa karena serangkaian pukulan yang ia berikan tidak membuat goyah dinding itu sedikitpun. Riven menarik napas dalam-dalam, memusatkan perhatiannya, dan mengulangi serangan dengan kekuatan lebih besar lagi. Kali ini, dinding batu itu terbelah dua dan pecahan batu tersebar di lantai ruangan.
"Bagus, Riven! Kau semakin kuat," kata Zin, pengawal ayah Riven yang sekarang menjadi pembimbingnya.
Riven menatap Zin dengan pandangan tajam. Ia tahu bahwa Zin tidak selalu jujur tentang semuanya. Namun, Zin adalah satu-satunya orang yang selalu ada di sisinya sejak ayahnya dieksekusi. Setelah kejadian itu, Zin telah menjadi orang yang merawat Riven dan membantunya untuk bertahan hidup.
"Kau pasti menyembunyikan sesuatu dariku," ujar Riven.
Zin mengangkat alisnya. "Apa maksudmu?"
"Kau memberiku latihan ini, tapi aku merasa ada lebih dari itu. Aku ingin tahu apa yang kau sembunyikan dariku."
Zin tersenyum. "Kau memang cerdas seperti ayahmu. Aku punya hadiah untukmu."
Zin memberikan seutas kalung yang terbuat dari batu hitam kepada Riven. "Ini adalah kalung yang diberikan ayahmu padaku. Kini, aku ingin memberikannya padamu. Ini bisa membantumu mengasah kekuatanmu."
Riven mengambil kalung itu dengan rasa terkejut. Batu hitam itu terlihat biasa saja, tetapi ia merasakan getaran yang aneh ketika ia memegangnya.
"Bagaimana caranya kalung ini bisa membantuku?" tanya Riven.
Zin menjawab, "Kalung ini dapat membantumu mengendalikan kekuatanmu. Ayahmu memintaku untuk memberikannya padamu saat kau sudah siap. Dan aku yakin, kau siap sekarang."
Riven mengangguk dan memasukkan kalung itu ke dalam tasnya. Ia tahu bahwa hadiah itu merupakan tanggung jawab yang besar, tetapi ia siap untuk menerimanya.
Malam itu, Riven duduk di bawah pohon besar di dekat pondok kayu kecil yang ia tempati bersama Zin. Ia memandangi batu hitam di tangannya dan mencoba mengendalikan kekuatannya. Setelah beberapa saat, ia merasakan getaran dari batu itu, dan tiba-tiba, ada cahaya yang terpancar dari dalam batu hitam itu.
Riven terkejut dan cepat-cepat meletakkan batu hitam itu di tanah. Cahaya itu semakin kuat dan membentuk aura yang mengelilingi Riven. Ia merasakan energi yang kuat dan segera di dalam dirinya, dan ia merasa berbeda. Ia bisa merasakan aliran energi yang mengalir melalui tubuhnya, memberinya kekuatan dan kecepatan yang luar biasa.
Riven merasakan sesuatu yang baru dan menyenangkan di dalam dirinya, dan ia merasa semakin yakin bahwa batu hitam itu adalah kunci untuk mendapatkan kekuatannya. Ia memutuskan untuk melanjutkan latihannya dan terus mencoba mengendalikan kekuatannya.
Saat Riven tengah fokus pada latihannya, tiba-tiba ia merasakan sebuah getaran dari kejauhan. Getaran itu semakin kuat dan membuat tubuhnya terasa geli. Riven bangkit dari duduknya dan melihat ke arah kejauhan.
Ia melihat beberapa naga terbang di langit, dan terdengar suara ribut yang berasal dari mereka. Riven menyadari bahwa ini adalah kesempatan bagus untuk menguji kekuatannya. Ia memutuskan untuk mengejar naga-naga itu dan melawan mereka.
Riven berlari ke arah kejauhan, melompat dan bergerak dengan kecepatan yang luar biasa. Ia merasa kuat dan percaya diri, dan tidak takut menghadapi naga-naga itu. Setelah beberapa saat mengejar, Riven berhasil mengejar naga itu dan siap untuk bertarung.
Ia mengeluarkan pedangnya dan melawan naga itu dengan penuh semangat. Riven bergerak dengan kecepatan dan kekuatan yang luar biasa, dan berhasil mengalahkan naga itu. Ia merasa sangat puas dengan dirinya dan percaya bahwa ia bisa mengalahkan siapa saja yang mencoba menghalangi jalan kebenarannya.
Setelah kembali ke pondok kayu, Riven merenungkan pengalaman barunya. Ia menyadari bahwa ia masih memiliki banyak hal untuk dipelajari dan dipahami tentang kekuatannya. Namun, ia tidak takut untuk melangkah maju dan mengejar kebenaran yang selama ini ia cari.
Dalam beberapa hari berikutnya, Riven terus berlatih dan mengasah kekuatannya. Ia mempelajari lebih banyak tentang batu hitam itu dan bagaimana mengendalikan energi yang ada di dalamnya. Setelah beberapa waktu, Riven merasa siap untuk memulai perjalanannya untuk mencari kebenaran dan membalaskan dendam ayahnya.
Riven menyadari bahwa kekuatannya bertambah setelah mengendalikan energi dari batu hitam yang diberikan oleh Zin. Ia merasa semakin percaya diri dan kuat setelah berhasil mengalahkan naga tersebut. Namun, di balik semua keberhasilannya, ia merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya.
Riven merasa kesepian dan merindukan sosok ayahnya. Ia merasa bahwa ada banyak hal yang harus dia pelajari dan masih banyak kebenaran yang harus diungkapkan. Riven mengambil kalung itu dari tasnya dan memandangnya dengan penuh harap.
"Bagaimana caranya aku bisa menemukan kebenaran tentang ayahku?" gumamnya.
Malam itu, Riven terlelap dengan kalung itu tergantung di lehernya. Ia bermimpi tentang ayahnya dan mendengar suara pelan yang memanggil namanya. Ketika ia terbangun, Riven merasa ada sesuatu yang berbeda dari biasanya.
Ia merasa ada sebuah misi yang harus ia penuhi dan kebenaran yang harus ia ungkapkan. Riven memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang ayahnya dan berjuang untuk memulihkan nama baiknya.
Riven berdiri di tepi tebing yang curam, memandang ke bawah dan menggenggam erat pedangnya. Ia merasakan kekuatan yang mengalir di dalam dirinya dan percaya bahwa ia bisa mengalahkan siapa saja yang mencoba menghalanginya.
"Kuasa ini bukanlah untuk kesombongan," ujarnya dalam hati. "Aku harus menggunakan kekuatan ini untuk membuktikan kebenaran dan memulihkan nama baik ayahku."
Riven mengayunkan pedangnya ke udara dan mempersiapkan diri untuk perjalanan berikutnya. Ia yakin bahwa akan ada banyak rintangan dan musuh yang harus ia hadapi di masa depan, tetapi ia siap untuk menghadapinya dengan keberanian dan tekad yang kuat.
Riven melangkah dengan mantap, menelusuri jalan yang berliku dan berbahaya. Ia melihat sekitarnya dengan cermat, waspada terhadap setiap ancaman yang mungkin muncul di sekitarnya.
Setelah berjalan beberapa lama, Riven tiba di sebuah desa kecil. Desa tersebut tampak sepi dan terlantar. Ia memutuskan untuk mengeksplorasinya, mencari tahu apa yang terjadi di sana.
Ternyata, desa tersebut telah diserang oleh sekelompok penjahat yang mengambil semua harta dan merampas semua barang berharga. Warga desa yang tersisa berada dalam keadaan putus asa dan takut.
Riven merasa iba melihat keadaan desa yang sedemikian rupa. Ia memutuskan untuk membantu warga desa, dan memimpin mereka untuk melawan penjahat tersebut.
Dalam pertempuran yang sengit, Riven berhasil mengalahkan penjahat dan mengembalikan harta yang dirampas ke warga desa. Ia diberi penghormatan dan ucapan terima kasih yang tulus dari warga desa yang ia selamatkan.
Setelah itu, Riven melanjutkan perjalanan dengan semangat yang tinggi. Ia tahu bahwa masih banyak misi yang harus diemban dan musuh yang harus dihadapi, tetapi ia yakin bahwa dengan keberanian dan tekad yang kuat, ia akan mampu mengatasi semua rintangan dan menjadi pahlawan yang diakui oleh semua orang.