Riven terus berjalan ke arah timur, menghadapi berbagai rintangan dan bahaya di sepanjang jalan. Namun, pada suatu hari, ia menemukan sebuah gua di dalam hutan yang tersembunyi. Di dalam gua tersebut, ia menemukan seorang petapa yang sedang meditasi.
Petapa tersebut menawarkan untuk mengajarkan Riven sebuah kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Riven, yang selalu bersemangat untuk meningkatkan kemampuannya, dengan senang hati menerima tawaran tersebut.
Selama berminggu-minggu, Riven belajar dari petapa tersebut dan mengasah kekuatannya. Ia belajar untuk mengontrol energi dalam tubuhnya, memusatkan perhatiannya, dan mengeluarkan kekuatan dalam satu pukulan yang mematikan.
Setelah beberapa waktu, Riven merasa ia telah menguasai kekuatan tersebut dan siap untuk kembali ke dunia luar dan menggunakan kekuatannya untuk melawan musuh-musuhnya.
Ketika ia keluar dari gua, ia merasakan perubahan dalam dirinya. Ia merasa lebih kuat, lebih cepat, dan lebih tangguh dari sebelumnya. Dengan kekuatan barunya ini, Riven bersiap untuk melanjutkan perjalanannya dan menghadapi rintangan yang lebih besar lagi.
Namun, ia juga sadar bahwa kekuatan tersebut dapat menjadi bumerang jika digunakan dengan salah. Oleh karena itu, ia berjanji untuk hanya menggunakan kekuatannya untuk kebaikan dan melindungi orang-orang yang dicintainya. Ia akan menjadi pahlawan yang sesungguhnya dan akan selalu mengorbankan dirinya demi kebaikan yang lebih besar.
Riven kini telah memiliki kekuatan yang besar, tetapi ia merasa bahwa masih ada yang kurang dalam dirinya. Ia menyadari bahwa kekuatan fisik tidaklah cukup untuk menjadikannya pahlawan yang sesungguhnya. Ia harus memiliki kekuatan dalam hatinya dan pikirannya.
Dengan tekad yang kuat, Riven mulai mencari kebijaksanaan dan kebijaksanaan yang akan membantunya menjadi lebih bijaksana dan tenang. Ia belajar meditasi dan introspeksi, menggali kedalaman pikirannya untuk memahami dirinya sendiri dan tujuannya sebagai seorang pahlawan.
Melalui perjalanan yang panjang dan penuh dengan cobaan, Riven akhirnya menemukan kebijaksanaan yang dicarinya. Ia belajar bahwa kekuatan sejati bukanlah sekadar kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan dalam hati dan pikiran. Dengan kekuatan ini, ia berhasil mengatasi semua rintangan dan menjadi pahlawan yang sejati.
Riven kini menjadi contoh bagi banyak orang, sebuah inspirasi bagi mereka yang ingin menjadi lebih kuat dan lebih baik. Ia telah membangun reputasi sebagai seorang pahlawan yang berani dan bijaksana, dan ia akan terus melindungi orang-orang yang dicintainya dengan kekuatannya yang sejati.
Setelah kembali dari pengasingannya, Riven melanjutkan perjalanannya sendirian. Ia tahu bahwa tidak ada lagi yang bisa membantunya dalam mencari jejak penghianat ayahnya. Dengan pedangnya yang telah ditingkatkan kekuatannya, ia berjalan sendirian melintasi hutan-hutan dan pegunungan, mengumpulkan petunjuk-petunjuk kecil yang dapat membawanya pada pengkhianat tersebut.
Riven menghabiskan berhari-hari untuk mencari jejak penghianat ayahnya. Ia berkeliling ke berbagai kota dan desa, berbicara dengan penduduk setempat, dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin. Namun, semuanya tampak sia-sia dan ia tidak bisa menemukan petunjuk yang jelas.
Riven mulai merasa putus asa dan kehilangan arah. Ia tidak tahu harus melakukan apa lagi untuk menemukan penghianat ayahnya. Namun, ketika ia sedang duduk di sebuah kafe di sebuah desa kecil, ia bertemu dengan seorang pria tua yang menawarkan bantuan.
Pria tua tersebut mengaku sebagai seorang ahli pengumpul informasi dan menawarkan jasanya untuk membantu Riven menemukan penghianat ayahnya. Riven awalnya ragu, namun pria tua tersebut membuktikan kemampuannya dengan memberikan informasi yang sangat berguna.
Dengan bantuan pria tua tersebut, Riven akhirnya berhasil menemukan jejak penghianat ayahnya. Ia berterima kasih kepada pria tua tersebut dan berjanji akan menghargai bantuan yang diberikan. Riven kemudian bersiap-siap untuk menghadapi penghianat ayahnya dan mengambil kembali hak warisnya.