Chereads / Nusantara Under Attack / Chapter 3 - Kedatangan Tamu

Chapter 3 - Kedatangan Tamu

"Hei, Fika dengarkan aku!" Kairos memegang kedua pundaknya dan menatap matanya, lanjutnya, "Jika Ibu bertanya dari mana asalmu, kau harus bilang dari Jakarta, apa kau mengerti."

Selain mencemaskan identitas dari gadis itu, Kai juga khawatir dengan tetangga yang akan merasa takut dengan gadis itu, jadi dia harus tetap berada di dalam rumah. Masalahnya adalah Ibunya, apakah akan mengijinkan membawa gadis itu kedalam rumah.

Tidak mengindahkan perkataan Kairos. Fika terkesima dengan cahaya gedung-gedung tinggi (Menara Penyihir) yang mengeluarkan cahaya magis, terlihat dari jauh di tengah kota.

Menatap ke atas, dia merasakan firasat yang sangat buruk.

"Baiklah teman, kau urus keroco yang ada di depan, dan aku akan pergi ke atas menara itu untuk menghentikan makar penyihir Marlin," Fika sangat bersemangat karena petualangannya akan segera dimulai, lanjutnya, "Jangan mati ya!" Fika menggunakan kemampuannya lalu melesat menuju ke menara. Dia sedikit khawatir dengan rekannya yang menghadapi lima orang, membawa senjata sihir yang belum pernah dia lihat! Bunyinya sangat menggangu. Semoga Kairos baik-baik saja.

"Apa maksud mu, di depan kita hanya ada anak-anak yang bermain lato-lato. [1]"

WOOSSHHH!!! Melesat dengan cepat.

"Tunggu! Akhh SIAL! kacau sudah," Kairos berusaha mencegahnya tetapi dia sudah terlambat, dia begitu cepat! sampai tidak terlihat.

Anak-anak yang berada di depan; tidak tahu apa yang baru saja terjadi — salah satu anak menguap — permainan lato-lato tetap berlanjut sampai jam sembilan malam begini.

Sesampainya di depan gedung, Fika berteriak memancing penyihir Marlin keluar untuk menghadapinya, "Aku tahu bahwa kamu bersembunyi di dalam sana, hadapi aku jika kau berani!!!"

Orang-orang yang melihatnya, dengan miris mereka berkata, "Gila ya?"

"Pasti habis di putusin pacar. Sini neng sama abang aja."

"Kasihan sekali, padahal masih muda, cantik lagi."

Seorang satpam datang ke arahnya, memintanya untuk pergi secara halus. Fika berpikir, bahwa manusia (Satpam) itu telah tersihir oleh penyihir Marlin. Jika dia telah tersihir, kemungkinan manusia lain juga tersihir, dia melihat sekeliling, orang-orang menatapnya dan dia yakin, umat manusia telah jatuh ke tangan Marlin!

"Kalian!" dia berteriak ke semua orang, lanjutnya, "Nasib kalian sungguh sangat malang, diperbudak oleh sesuatu yang tidak kalian sadari, dan hidup dalam kebohongan. Tipu daya! tipu daya penyihir licik yang bersembunyi di atas menara. Tenang saja, aku, sang ratu keadilan, akan membebaskan kalian semua."

"HAHAHAHA!" Semua orang tertawa.

"Apa-apaan cewek ini."

"Ini syuting film kah?"

Fika menatap ke atas, memberikan peringatan sekali lagi pada penyihir Marlin. "Jika kau tidak keluar, maka aku akan menghancurkan menara ini! jadi sekali lagi, keluar kau penyihir busuk!" Tidak ada respon sama sekali. Orang-orang mulai merekam, sembari terkekeh. Beberapa orang yang menganggap ini adalah Entertaiment, merasa kagum dengan penjiwaan karakter gadis itu.

"Kau tidak memberiku pilihan," Fika melangkah ke depan dan dia mengeluarkan kemampuan, "Water Slash."

Water Slash, sebetulnya hanyalah pancuran air kecil yang tidak berbahaya, itu setingkat pistol air yang dimainkan anak-anak.

[Dalam imaji] Tebasan mulus yang sangat cepat membelah beton yang kokoh itu seperti mentega, membuat gedung itu miring, dan kemudian dengan cepat roboh ke tanah.

SWISHH... PRANG!

Blarr! BLARR!! BLARRR!!!

[Tragedi itu akan dikenal sebagai anomali, dan gadis itu akan menjadi buronan kepolisian. Video yang telah tersebar akan membuatnya kesulitan untuk bersembunyi. Kairos yang mengetahui informasi mengenai Fika dengan terpaksa akan mengatakan apa yang dia tahu, demi keadilan. Para manusia akan memburunya, identitas Fika akan terbongkar dan Negara adidaya akan menjatuhkan Nuklir pada laut jawa, karena kekuatan besar yang mengancam, bisa jadi rahasia tentang legenda laut selatan akan dimanfaatkan.]

Saat memikirkan konsekuensi yang mengerikan itu, Kairos menghentikan gadis itu. Dia menaiki sepeda motor dan merasa lega bahwa semuanya belum terjadi.

"Telat sedikit saja," dia menarik tangan Fika dan menyeretnya untuk naik ke atas motor, "cepat ikut aku!"

"Hei mas, jangan kasar dong sama cewenya," ucap seorang wanita.

Kairos tersenyum, berkata dengan sopan, "Maaf Bu, ini teman saya rada-rada gitu, mohon dimaklumi ya."

"Oalah, kirain syuting film," salah seorang laki-laki dewasa berkata.

Mereka berdua menaiki motor, dengan fika yang marah, "Hei, apa maksudnya ini! aku harus membebaskan mereka! hei!" Meronta-ronta di atas sepeda motor sangat berbahaya bukan hanya bagi pengendara, tetapi bagi orang lain. Kairos meyakinkan padanya bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan, karena semuanya baik-baik saja.

"Mereka sudah bebas sejak lahir, tidak ada penyihir, tidak ada, simpan kekuatan anehmu dan jangan pernah gunakan itu! kau dengar!"

"Cih! jelas-jelas mereka tersihir."

"Aku akan memberi tahu mu, dunia ini damai, oke! tidak ada penyihir! semua normal!" Ucap kairos dengan kesal.

Fika membalasnya, "Itu adalah kata-kata orang yang tersihir."

"Oke nyonya penyihir, sekarang mari kita pulang, jika kau menurut aku akan memberikan apapun yang kau inginkan," lanjut kairos, "pegang erat-erat, aku akan mempercepat!" Mereka melaju dengan cepat di bawah malam berbintang. Jin dari lautan yang dibonceng dengan motornya, tidak semenakutkan perkataan orang, lebih tepatnya dia konyol! dia polos, delusional, kekanak-kanakan dan leluconnya sama sekali tidak lucu!

Berbahaya untuk membiarkannya berkeliaran dengan bebas. Dia bisa mencelakai orang-orang!

"Kau harus menjadi rekan untuk petualanganku! Bergembiralah karena kau telah terpilih! hahaha!"

"Aku bilang apapun, tapi tolong selain itu."

"Aku maunya itu! pokoknya itu!"

"Tidak."

Di sepanjang jalan mereka berdebat, hingga sampai di depan rumah Kairos. Perdebatan di antara mereka terdengar sampai ke telinga Ibu Kairos; yang sedang menyiapkan makan malam di dalam rumah. Merasa penasaran dengan suara anaknya yang berbicara dengan seseorang — seorang gadis — Ibunya keluar dari rumah.

"Kai, kamu ngomong sama siapa?" Dari depan rumah Ibunya melihat seseorang yang berbicara dengan anaknya, berjalan mendekat. Dia melihat seorang gadis cantik dengan rambut sehat lurus berwarna hitam, kulitnya putih mulus dan wajahnya seperti Idol, "Ya tuhan! kamu cantik sekali," Ibunya memegang tangan Fika, "Kai, kenapa kamu tidak menyuruhnya masuk, astaga!"

"Jadi ini adalah markas sementara untuk petualangan kita. Boleh juga," Fika melihat dengan penuh kekaguman rumah mewah yang akan menjadi markasnya.

Ibu mendekatinya, menyuruhnya untuk masuk ke dalam rumah, "Kamu dari mana nak?"

"Dari lautan!" Ucap Fika dengan lugas. Ah, kacau sudah! Kai tidak tahu harus memberikan alasan apa. Mana ada orang yang ditanya datang darimana dan jawabannya dari lautan!

"Dari lautan? Ah, kamu naik kapal, kamu dari kota mana?" Dari dalam hati Kai berterimakasih pada penalaran ibunya yang lebih logis dari dirinya sendiri.

"Dari Jakarta! Dia berasal dari jakarta." Kali ini Kai mengambil inisiasi untuk mencegah gadis itu berbicara.

"Oh ya? Siapa nama kamu Nak?"

Memasuki rumah, hawa dingin terasa karena pendingin ruangan yang berfungsi dengan baik, mengingat iklim tropis di Indonesia, pendingin ruangan itu benar-benar sangat dibutuhkan. Beberapa tanaman sintetis yang berada di atas pot cantik memberikan kesan natural. Fika terus saja memandangi segala sesuatu di dalam rumah.

"Defika. Panggil saja Fika," Fika sangat terkesan dengan interior rumah yang belum pernah dia lihat, dia melihat segala hal yang terasa asing.

Ibu menggandeng tangan Fika menuju ke ruang makan, melihat ke belakang dan berkata, "Kai, boleh juga kau ini!" Ibunya berkata dengan senyum yang menggodanya.

"Tunggu dulu, sepertinya Ibu salah paham! itu bukan seperti itu!" Ucapan Kai tidak didengar.

Di atas meja makan, berbagai masakan laut disajikan, sungguh menggugah selera; apalagi dengan nasi sebagai pelengkap. UGHHH! Pasti sangat memuaskan dahaga.

"Apa ini?" Ucap Fika.

"Cumi saus tiram. Kau belum pernah makan itu?" Ibunya mengambil sendok dan menyuapi Fika.

"Tunggu Ibu, kenapa kau memakai sendok? Ah, aku belum cuci tangan, tunggu dulu..." Ibu mendekatkan sendok ke depan mulutnya, Ibu bilang, "Aaaa... buka mulut..." Fika membuka mulutnya dengan ragu, "Aaa... happp" Dia mengunyah dengan perlahan.

"Ewnakk! inw enwak!" dia memakan dengan lahap makanan yang dilumuri kuah panas, menggunakan tangan, "Ewnak! Aww panas!"

"Hei, santai, gunakan sendok, aish!" Ucap Kairos.

"Haapp!" Fika tidak peduli lagi, tradisi atau bukan, makanan enak tidak bisa menunggu lebih lama. Dia baru mengetahui bahwa cumi bodoh yang biasa dia lihat setiap hari, ternyata seenak ini! Dia jadi berpikir, mungkin saja semua hewan yang ada di laut, terasa enak? jika diolah oleh Ibu ini.

Di kemudian hari, mungkin dia harus belajar dari Ibu, kemampuan itu akan sangat berguna selama petualangannya.

"Kakak, kau temukan dari mana manusia primitif seperti itu." Ucap seorang anak kecil berusia sebelas tahun, dia adalah adik Kairos.

"Lily, aku mohon, jika rumah ini hancur karena sesuatu yang tidak diketahui, atau aku tiba-tiba menghilang, pergilah menjauh dari negara ini dan jangan pernah kembali!" Kepalanya terasa mau meledak, kairos baru saja terlibat dengan masalah yang besar.

"Kaka ini udah gila ya." Balas Lily.

Setelah selesai makan, Fika merasa sangat kenyang. Ibu berkata, "Nah, kalo udah kenyang sekarang waktunya tidur."

"Ibu, aku harap kau tidur dengan nyenyak, di samping cewek anomali ini." Ucap Kairos.

"Apa maksudmu." Tanya Ibu.

"Tentu saja kau akan tidur dengannya." Balas kairos.

"Tentu saja ENDASMU! Ibu akan mengambilkan pakaian tidur untuk Fika. Kalian kan pacaran, setidaknya... hiks... lakukan hal-hal itu dengan sepengetahuan Ibu."

"Hah?"

Ibu berjalan ke kamarnya, bergumam, "Hehe... anak ku sudah dewasa. Hihi..."

"Kakak. Kudoakan yang terbaik." Ucap Lily, lalu pergi ke kamarnya.

"Hah?"

"Apa kalian gila ya! ini tindakan asusila diluar nikah WOI!"

"Tenang saja, bapak kita Pejabat." Ucap Lily.

Malam hari, jam sembilan, kedua manusia. Bukan! Seorang manusia dan entah apalah, jin, dedemit, siluman, dll. Tidur sekamar. Berkat desakan dari Ibunya yang bahagia, karena mengira anaknya berpacaran dengannya. Mungkin itu adalah akhir kehidupan Kai. Mungkin tubuhnya ditemukan tidak bernyawa di pesisir atau buruknya, tidak pernah ditemukan. Mungkin setelah meninggal, jiwanya akan dijadikan budak oleh bangsa jin di lautan.

Memikirkan itu semalaman, membuat Kai tidak bisa tidur...

Sementara itu, kabar buruknya tidak pernah terjadi sampai pagi.

.

.

.

Subuh.

.

.

.

Bayangan pria misterius terlihat dari luar jendela, membuat Fika bangun merasa aneh, "Apa itu?" Fika mengucek mata, lalu Kai mengangkat selimutnya. Fika kembali tidur.

[1] Latto-latto adalah sebuah mainan berupa dua buah bola plastik berbobot padat keras dan permukaan halus yang diikat seutas tali dengan cincin jari di tengah. Permainan ini adalah jenis permainan ketangkasan dengan mengandalkan keterampilan fisik.