"siapa yang tak kenal dengan Sholahuddin Al Ayyubi penakluk kota suci Yerusalem atau yang di kenal sebagai seorang panglima perang dan pejuang Islam Kurdi di Tikrit (sekarang Irak). Ia pernah menjabat sebagai sultan Mesir dan juga pendiri dinasti Ayyubiyah."
"Salahuddin terkenal di dunia karena mengalahkan pasukan besar Tentara Salib dalam Pertempuran Hattin dan merebut kota Yerusalem pada 1187.Ia dihormati oleh umat Islam dan banyak orang Barat dari generasi selanjutnya sebab keterampilan politik dan militer, serta kemurahan hati dan sifat kesatrianya."
"Pada tahun 532 H, lahirlah seorang Sultan an-Nashir Shalah Yusuf bin
Ayyub bin Syari di benteng Tikrit.
Nama lengkapnya al-Malik al-Nasir al-Sutan
Shalah al-Din Yusuf bin najm al-Din Ayyub. Orang Eropa menyebutnya
Saladin. Ia berasal dari suku Kurdi (didataran tinggi Iran bagian Barat) dari
keluarga penganut madzhab Sunni yang taat.
Saat Shalahuddin lahir, Kota Baitul Maqdis berada dalam kekuasaan tentara Salib."
"Sudah hampir empat puluh tahun, Kota Baitul Maqdis dijajah kaum Salib yang menang dalam perang Salib pertama.Kemudian ketika Shalahuddin
lahir sang ayah menjadi salah satu penguasa Saljuk di Tikrit. Waktu itu, pemimpin besar yang berkuasa di Saljuk bernama Imaduddin az-Zanki, Gubernur Saljuk
untuk kota Mosul, Irak."
"Imaduddin az-Zanki sangat memuliakan keluarga
Najmudin. Karena itu, Shalahuddin pun tumbuh di lingkungan yang penuh keberkahan dan kerabat yang terhormat.Ketika Shalahuddin berusia dua tahun, ayahnya diangkat menjadi Gubernur Balbek.Pada tahun 534 H / 1139 M,Imaduddin Zanki berhasilmenaklukkan dan merebut wilayah Balbek,"
"Lebanon. Kemudian, ia mengangkat Najmuddin Ayyub menjadi Gubernur untuk wilayah yang baru di taklukkan itu.Selain itu, Najmuddin juga menjadi pembantu dekat Raja Syria, NuruddinMahmud.Di wilayah Balbek inilah Shalahuddin tumbuh dan berkembang menjadi anak yang bertakwa, pintar, dan berani. Shalahuddin memperoleh pendidikan pertama dari ayah dan keluarganya."
pada awalnya kelahiran Salahuddin memaksa ayahnya untuk meninggalkan Tikrit sehingga sang ayah merasa kelahiran anaknya ini menyusahkan dan merugikannya. Namun kala itu ada orang yang menasihatinya, "Engkau tidak pernah tahu, bisa jadi anakmu ini akan menjadi seorang raja yang reputasinya sangat cemerlang".
Salahuddin kemudian dibesarkan di Damaskus, Suriah, dan dikenal memiliki pengetahuan yang luas tentang filsafat, agama, sains, dan matematika. Masa kecilnya selama sepuluh tahun dihabiskan belajar di Damaskus"