Terdapat sebuah padepokan di atas kaki gunung yang bernama Padepokan Watu Lawang. Dinamakan Padepokan Watu Lawang karena padepokan tersebut dekat dengan desa Watu Lawang.
Di sana diajarkan seni ilmu beladiri dan juga diajarkan ilmu sihir. Kebanyakan dari mereka setelah lulus ingin sekali menjadi seorang ksatria di kerajaan.
Menjadi seorang ksatria merupakan sebuah impian bagi banyak orang, karna bukan hanya pekerjaan yang layak yang mereka dapatkan tapi juga popularitas dan jaminan masa depan bisa didapatkan. Meskipun itu bukanlah hal yang mudah karna mengingat ujian yang diberikan adalah ujian yang sangat sulit.
Kepopuleran Padepokan Watu Lawang tidak lepas dari kehebatan dari pimpinan padepokan tersebut. Beliau dikenal sebagai orang yang sangat kuat tapi juga baik dan bijaksana. Banyak orang yang datang bukan hanya untuk belajar tapi juga berobat. Beliau bisa mengobati berbagai macam penyakit dan mengobati berbagai luka.
Satu waktu beliau pernah diminta oleh Raja untuk menjadi penasihatnya, tapi beliau menolak karna beliau ingin bisa lebih membantu orang-orang kalangan bawah. Warga desa pun kagum dan sangat menghormati beliau bukan karna beliau ada orang yang hebat, tapi beliau juga sering kali membantu para warga desa dengan memberikan banyak uang untuk membangun desa tersebut.
Di tengah lapangan terlihat ada dua orang sedang bertanding, yang satu memiliki badan yang tegap dan kekar, menggunakan sebuah pedang satu tangan sebagai senjatanya. Sedangkan satunya memiliki postur yang lebih tinggi dan memegang sebuah gada dan perisai. Orang-orang melihat dengan pertandingan mereka dari tiap sisi lapangan. Mereka juga bersorak menyemangati kedua orang itu. Pertandingan ini adalah latihan tanding antara Noer dan Indra yang merupakan anak kandung dari pimpinan padepokan ini.
Indra memiliki kekuatan sihir api dan pedang merupakan senjata andalannya. Sedangkan Noer memiliki tinggi badan yang luar biasa dan bahkan dia adalah yang tertinggi daripada yang lainnya. Gaya bertarungnya menggunakan sebuah perisai dan sebuah senjata lainnya seperti gada, pedang dan kapak. Noer dikenal bukan hanya karena kekuatan fisiknya tapi juga dia dikenal sebagai murid tanpa sihir.
Walau demikian, Indra menganggap Noer adalah saudara sekaligus rivalnya. Noer sangat menghormati Indra dan begitu pula sebaliknya.
Keduanya sangat luar biasa, pertandingan sudah berjalan lumayan lama tapi tidak ada tanda-tanda salah satu dari mereka mau mengalah. Serangan demi serangan dilancarkan oleh Indra dan selalu ditepis oleh Noer menggunakan perisainya. Dan ketika Noer menyerang Indra menggunakan gada, Indra selalu bisa menghindar.
Dan sampai akhirnya Indra mengambil kuda-kuda serta mengeluarkan sihir apinya, dia menyelimuti sihirnya ke pedangnya sehingga pedangnya diselimuti api yang membara.
"Akhirnya kau serius juga Indra"
"Haha sejak awal aku sudah serius Noer. Tapi kupikir ini saatnya kita mengakhiri pertandingan ini"
Indra sangat tau betul jika pertandingan ini berlangsung sangat lama, dia akan kalah karna stamina yang dimiliki Noer sangat luar biasa. Noer bahkan selalu berlatih sendirian lagi setelah latihan bersama. Dan itu membuat Indra tak mau kalah darinya.
Sambil tersenyum Noer membalas
"Kurasa kau benar"
"Bersiaplah Noer!!"
Indra menerjang kedepan sambil bersiap untuk menusuk Noer dengan pedang yang udah ia selimuti dengan sihir apinya
Dia berteriak
"TRIGGER SLASSSSH!"
Serangan itu berhasil ditangkis dan Noer mampu bertahan sebentar untuk menahan serangannya
"Uggghhh..."
Walau mampu menangkisnya namun serangan itu membuat perisai itu hancur dan Noer kehilangan keseimbangannya kemudian merasa sebuah kesempatan Indra melanjutkan serangannya dengan sebuah pukulan tangan kosong yang tepat mengenai badan dari serangan tersebut membuat Noer terpental sejauh 10 meter ke belakang dan membuat pertandingan ini berakhir dengan kemenangan Indra
Orang-orang yang melihatnya kemudian bersorak untuk pertandingan kedua orang tersebut
"Woooooow hebaaaaaatt!!
"Kalian luar biasa!!"
Indra yang senang dan tertawa pun akhirnya menanggapi teriakan mereka
"Terimakasih semua"
Kemudia dia berjalan menemui Noer yang masih berusaha untuk berdiri dan kemudian menjulurkan tangannya.
"Kau tidak apa-apa?"
"Ya, aku baik-baik saja. Kau semakin kuat saja tak kusangka kamu memiliki jurus yang baru"
"Hehe aku tidak mau kalah darimu, lagipula aku menang karna keberuntungan "
"Maksudmu?"
"Maksudku jika seandainya kita adu fisik ataupun juga kamu bisa menggunakan sihir, aku pasti sudah tidak kesempatan buat menang"
"Heeeey jangan bilang seperti itu, itu bisa menodai pertandingan kita. Lagipula tidak ada jaminan aku bisa sekuat dirimu meski aku memiliki sihir"
"Ya maaf maaf saya tidak bermaksud seperti itu tapi saya hanya mengatakan yang sebenarnya"
"Bagiku kalah ya kalah tidak perlu ada alasan ini itu, lagipula kamu memang berhak untuk mendapatkan kemenangan karna saya tau kamu sudah berlatih dengan keras juga"
"Haha kau tau juga ternyata"
"Tentu saja, karna aku ini memliki mata-mata haha"
Noer tertawa mengejek dan Indra pun ikut tertawa.
"Ngomong-ngomong, apa kamu tidak terluka?"
"Tidak apa-apa, hanya luka ringan nanti juga sembuh dengan cepat"
"Hey tidakkah kau merasa heran mengapa kamu yang tidak memiliki sihir mampu memulihkan luka-lukamu dengan cepat? Jangan-jangan kamu sebenarnya memiliki sihir penyembuhan sama seperti Abah?"
"Tidak mungkin, karna saya sudah mencobanya dan tidak terjadi apa-apa"
"Apa kamu sudah bertanya pada Abah?"
"Saya sudah bertanya pada Abah, dan beliau hanya mengatakan kamu memang tidak memiliki sihir tapi kamu memiliki Karomah"
Dengan wajah keheranan Indra bertanya
"Karomah?"
"Iya karomah. Jika sihir adalah sebuah Barokah atau disebut juga dengan anugrah yang diberikan Tuhan untuk kita. Sedangkan Karomah memiliki artian keistimewaan"
"Jadi maksudmu kau adalah orang yang istimewa?"
"Ya entahlah karna saya sendiri pun bingung apanya yang istimewa dari seseorang yang tidak memiliki sihir?"
"Ayolah kawan jangan seperti itu. Sejak kapan kau menjadi orang yang pesimis hah? Lagipula di padepokan ini tidak ada orang yang berani menganggumu"
"Ehmmm iya juga"
Mereka berdua akhirnya tertawa lepas
Ketika mereka asik berbincang ada seseorang pria yang datang menghampiri mereka
"Tuan muda, Mahaguru memanggil kalian berdua"
Indra membalas
"Baiklah kami akan segera ke sana"
Noer dan Indra saling bertatapan dan menganggukan kepala
*____________________________*
Di dalam aula yang sederhana tidak banyak hiasan dan properti yang ada. Ruangan yang terbuat dari susunan bambu dan kayu kemudian dengan beberapa hiasan yang menempel di dinding ruangan. Tidak ada yang istimewa bahkan aula tersebut tidak memiliki meja dan kursi.
Seorang pria tua berambut putih duduk di tengah-tengah aula, duduk sambi menikmati teh hijau yang hangat. Beliau adalah pimpinan dari padepokan Watu Lawang. Semua orang memanggil beliau dengan sebutan Mahaguru kecuali keluarganya yang memanggil beliau dengan sebutan Abah.
Nama lengkap beliau adalah Abu Syarif Bayintani. Beliau memiliki julukuan "The Great Sage" dikarenakan beliau sangat ahli dalam mengobati banyak luka dan penyakit.
Kemudian datanglah Noer dan Indra meminta ijin untuk masuk ke dalam aula.
Kedua orang itu memasuki aula dan bergegas mendekati beliau. Sebelum duduk di atas bantal yang sudah dipersiapkan, mereka berdua mencium tangan kanan Abah sebagai bentuk rasa hormat kepada orang tua. Hal ini wajib dilakukan bukan hanya berlaku untuk mereka sebagai anak beliau tapi semua murid di padepokan juga wajib melakukannya kepada Mahaguru dan guru-guru mereka.
Aturan sopan santun sangat dijaga ketat oleh semua pihak, karna sopan santun salah satu ciri kerendahan hati seseorang.
"Abah kami datang memenuhi panggilan"
Dengan tersenyum beliau berkata
"Abah senang kalian sudah datang. Kalian sudah semakin kuat, terutama kamu Indra Abah melihat pertandingan kalian berdua tadi, dan Abah rasa kamu sudah jauh berkembang"
Indra pun menjawab
"Terimakasih atas pujiannya Abah, saya rasa saya menang karena keberuntungan saja. Karna saya pikir jika Noer bisa menghindari serangan tersebut, itu akan menjadi bumerang buat saya"
Noer pun bingung dengan ucapan Indra
"Apa maksudmu?"
"Maksudku jurus yang kulancarkan itu memiliki kelemahan, serangan itu membuat saya akan melesat ke depan tanpa bisa dikontrol sampai mengenai sebuah objek dan itu sangat fatal di sebuah pertandingan akan tetapi jika serangan itu mengenai sebuah objek maka bisa menimbulkan sebuah kerusakan yang besar
"Oohhh pantas saja perisai yang kupakai sampai rusak parah"
"Yahh sekarang kau sudah tau jadi sepertinya aku harus punya strategi baru untuk bisa mengalahkanmu"
"Tentu saja saya juga harus berlatih dan memiliki strategi baru untuk bisa mengalahkanmu berikutnya"
Mendengar ucapan mereka berdua Abah pun sedikit tertawa
"Hahaha bagus bagus. Kalian berdua sudah berkembang tapi kuat saja tidak cukup untuk bisa menang. Ada kalanya strategi bisa membalikan keadaan dan mendapatkan sebuah kemenangan "
Dengan bersamaan mereka berdua menjawab
"Baik Abah"
"Apa kalian tau untuk apa Abah memanggil kalian berdua kemari?"
"Tidak Abah, kami tidak tau perihal tersebut" jawab Indra
"Abah memanggil kalian berdua ke sini karna Abah ingin memberi tahu bahwa hari ini adalah tepat hari dimana Abah menemukan dirimu Noer"
"Benarkah?"
"Iya, kamu sudah dewasa sekarang. Dan mungkin sudah saatnya kamu untuk menentukan masa depanmu sendiri. Apakah kamu ingin mengabdi di padepokan ini atau kamu ingin bekerja di luar sana dan menikah dengan seseorang?"
Diberi pertanyaan seperti itu, Noer merasa agak sulit menjawabnya karna sebenernya dia belum siap untuk menikah
"Sejujurnya Abah, saya belum punya keinginan untuk menikah. Tapi ada suatu hal yang aku inginkan sejak dulu"
"Apa itu?"
Dengan yakin Noer menjawab
"Saya ingin berkelana menjelajahi dunia manusia dan iblis untuk mencari tahu jati diri saya sendiri. Seperti yang Abah tau saya memiliki fisik yang berbeda dengan orang-orang di sini dan saya pun tidak memiliki sihir seperti orang lain kemudian saya juga tidak tahu siapa orang tua kandung saya sendiri. Jadi tolong ijinkan saya untuk bisa berkelana di dunia luar sana"
Indra terkejut dengan jawaban yang Noer katakan. Selama ini Indra tidak pernah menyangka bahwa Noer memiliki keinginan untuk meninggalkan padepokan.
"Tapi Noer kamu sudah saya anggap saudara sendiri dan bagian dari keluarga kami. Mengapa kamu ingin pergi meninggakan kami?" Tanya Indra
"Entahlah Indra, mungkin ini adalah insting manusia yang ingin selalu mengetahui segala sesuatu?"
"Kamu harus tinggal di sini Noer. Karna untuk apa kamu mencari tahu tentang orang tua yang udah membuang anaknya? Lalu bagaimana jika setelah kamu tahu semua kebenaran itu dan kamu akhirnya akan membenci dirimu sendiri dan orang disekitar kamu?"
"Saya pikir saya harus berusaha terlebih dahulu Indra, karna akhir-akhir ini rasa penasaran saya semakin kuat"
Abah pun memotong obrolan mereka berdua
"Noer benar. Hal yang membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya salah satunya adalah keinginan tahuan manusia yang besar. Dan Noer adalah contohnya. Ketika pertama kali menemukan Noer Abah merasa heran karna saat itu Abah melihat ada sinar di langit malam menabarak di atas gunung. Abah pikir itu adalah sebuah batu langit. Kemudian Abah dengan para guru datang pergi untuk mengecek apa yang di atas sana. Tapi yang Abah temukan adalah seorang bayi kecil yang bersinar sedang menangis sendirian. Lalu Abah membawamu ke padepokan dan membesarkan kamu di padepokan ini. Dan itulah sebabnya Abah menamai dirimu Jabal Noer karna kamu ditemukan dengan cahaya di atas gunung"
"Tapi..."
Indra tidak tahu mau bicara apa lagi, cerita singkat yang Abah beritahu itu membuat Indra akhirnya pasrah
"Baiklah kalau itu keinginan kamu Noer tapi..."
"Tapi apa?"
"Saya akan ikut denganmu"
Noer pun terkejut apa yang sudah dikatakan oleh Indra
"Apa kau bilang? Kenapa mau ikut denganku? Kau kan memiliki tanggung jawab di sini sebagai penerus! Bagaimana jikalau kau kenapa-kenapa nanti?"
Ucap Noer dengan nada yang agak tinggi.
"Tidak apa-apa, aku punya alasan tersendiri"
"Alasan apa?"
"Pertama aku belum siap untuk menjadi pimpinan padepokan. Kedua aku juga ingin berpetualang ke dunia luar sambil menambah pengalaman dan menempa diri supaya menjadi lebih kuat dan yang ketiga siapa yang akan melindungimu kalau bukan aku? Bukankah kau tidak punya sihir?"
Mendengar alasan terakhir Noer seolah diledek oleh Indra kemudian dia memukul pundak Indra
"Haha dasar kau ini. Saya tidak punya sihir bukan berarti saya ini lemah tahu! Terserah kau saja mau ikut atau tidak tapi kau harus minta ijin pada Abah"
Abah yang mendengarnya tersenyum dengan ocehan mereka berdua
"Abah tidak melarang kalian berdua untuk pergi, karna Abah sudah tahu cepat atau lambat kalian pasti akan pergi ke dunia luar. Abah juga ingin kalian menempa diri kalian dan mendapatkan pengalaman yang berharga dari sana"
Abah melanjutkan ucapannya
"Bukan berarti Abah tidak perduli dengan nasib kalian berdua nanti, kalian sangat berharga bagi Abah oleh karena itu Abah akan memberikan sedikit bekal untuk kalian untuk membantu perjalanan kalian nanti"
Indra dan Noer pun senang mendengar hal tersebut karena mereka pikir Abah tidak akan mengijinkan mereka berdua untuk bisa menjelajah ke dunia luar.
"Terimakasih banyak Abah atas restunya, kami sangat merasa senang karna Abah sudah mengabulkan keinginan egois dari kami berdua"
"Tidak apa-apa, selama itu demi kebaikan Abah akan mengijinkannya lagipula Abah punya firasat suatu saat nanti akan ada kekuatan besar yang akan menganggu kedamaian ini. Kekuatan Abah sendiri belum cukup untuk menghadapi ancaman tersebut, maka dari itu Abah ingin kalian membantu Abah untuk menghilangkan ancaman tersebut"
Dengan semangat Indra menjawab
"Tenang saja, kami tidak akan mengecewakan Abah dan semua orang di sini. Kami akan menjadi lebih kuat dan menolong siapapun yang butuh pertolongan, benarkan Noer?"
"Itu benar Abah"
"Baiklah jika tekad kalian sudah bulat, besok kalian akan berangkat dan Abah akan mengantar kepergian kalian berdua"
"Terimakasih kasih banyak Abah, kami akan bersiap untuk menyiapkan keperluan kami" sahut Indra
"Ya, Abah juga akan menyiapkan sesuatu untuk kalian berdua"
" Kalau begitu kami pamit undur diri dulu Abah"
"Silahkan"
Mereka mencium tangan Abah kemudian pergi meninggalkan aula.
Di luar sambil berjalan antara senang dan heran dia bertanya kepada Indra.
"Sebenarnya saya tidak menyangka Abah akan mengijinkan kita berdua untuk berpetualang, tapi apa tidak apa-apa denganmu?"
"Apa yang kau bicarakan? Aku ini sudah besar jangan meremehkan ku. Aku sudah siap dengan segala resiko yang ada lagipula Abah sepertinya menyembunyikan sesuatu dari kita"
"Maksudmu?"
"Coba kau pikir, untuk apa Abah sampai merelakan kepergian kita dan apa yang dimaksud dengan kedamaian yang terancam? Bukankah itu aneh?"
"Kau benar sepertinya Abah menyembunyikan sesuatu, tapi apapun itu kita percaya saja kepada Abah. Karna selama ini Abah adalah orang yang sangat bijak dan sangat kharismatik"
"Dan juga selama kita bersama semua akan baik-baik saja, benar bukan?"
"Hahaha kau benar"
"Kita akan tetap bersama-sama, benar bukan saudaraku?"
Indra mengatakan seperti itu sambil menggenggam tangannya kemudian mengulurkan tangannya ke arah Noer
Noer menjulurkan tangannya dan melakukan sebuah tos dengan Indra
"Kau benar saudaraku"