Reza melihat itu adalah mayat hidup kerangka sepertinya, namun ia lebih bersih daripada dirinya. Mayat hidup humanoid ini sangat mirip dengan kerangka manusia dalam ingatannya. Kerangka yang berdiri diam di atas gunung tulang linglung bergoyang terkena terpaan angin.
Karena jauhnya tempat dia mengamati, Reza mencoba mendekat untuk mengamatinya dengan cermat agar dapat lebih jelas bentuk kehidupan kerangka itu. Namun tidak ada angin tidak ada hujan kerangka itu bergerak.
Kerangka menoleh ke arahnya , Reza kaget "Aku ketahuan, bagaimana hubungan sosial antara mayat hidup? Apakah dia teman? Musuh ? Apa yang harus kulakukan?" pikiran melintas sekejap di benaknya sambil mengamati kerangka itu. Apakah Reza harus menyapanya atau semacamnya, Reza tidak tahu.
Namun yang tidak Reza duga adalah kerangka itu langsung berlari ke arahnya. Kerangka itu berlari seolah hidupnya bergantung pada hal itu "Sial, dia berlari ke sini!". Secara refleks Reza berlari menjauh.
Tidak peduli apakah kerangka itu mengejarnya karena alasan baik atau buruk, bagaimanapun dia baru saja menyeberang. Siapa yang tidak lari jika tiba-tiba kerangka berdiri dan berlari ke arahnya.
"Sial itu hanya kerangka, kenapa larinya secepat citah! "Reza dikejar namun dia berlari lebih lambat daripada kerangka itu. Jarak antara mereka semakin dekat. Reza panik dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Setelah dua menit saling mengejar kerangka itu berhasil mengejarnya.
Kerangka itu langsung menerkam dan memukulnya. Tanpa ada peringatan apapun kerangka itu terus menyerangnya secara membabi buta seolah Reza adalah musuh bebuyutannya yang telah menghancurkan keluarganya dan membunuh ibunya. Kerangka terus menyerangnya meskipun serangannya sangat tidak terkoordinasi dengan baik. Namun sebagai penerima , meskipun tidak merasakan sakit sebagai mayat hidup, Reza merasakan krisis kehidupan.
Jika terus seperti ini, dia mungkin akan hancur. Reza tidak mau mati, bagaimanapun dia baru saja menyeberang. Dia telah mati sebagai wibu jomblo berumur 36 tahun, sekarang menjadi kerangka mengapa dia harus mati lagi beberapa saat setelah dirinya dibangkitkan. Reza takut jika dia mati jiwanya menghilang atau hal lain yang lebih buruk. Dia tidak tahu apa yang mungkin terjadi ketika mayat hidup mati, lebih baik berhati-hati.
Secara refleks Reza menggunakan tendangan taekwondo yang pernah dia pelajari. Reza menendang tengkorak kerangka itu seakan hidupnya bergantung pada tendangannya. Kerangka itu terhuyung dan jatuh ke belakang, dengan lubang di kepalanya tempat itu tertendang tulang keras Reza.
Melalui lubang, Reza melihat benda yang ada di dalam tengkorak kerangka tersebut. Reza melihat benda hitam mengambang di sana disertai aura hitam yang mengelilinginya dan terhubung di tulang tulangnya. Aura yang tidak diketahui yang sama yang dimilikinya.
Reza menyimpulkan itu mungkin kelemahannya. Tanpa basa basi Reza langsung melanjutkan serangannya berbasis taekwondo dasar yang dia pelajari. "Mati kau, kerangka sialan! Aku bahkan tidak mengenalmu dan kau ingin membunuhku! Rasakan ini kerangka bodoh!..." Reza terus menyerang dan menyumpahi kerangka tersebut.
Bagaimanapun dia baru saja melewati bahaya krisis. Dia bahkan tidak pernah bertarung dengan sungguh-sungguh di luar sasana bela diri. Dulu dia menantikan rasanya adrenalin yang naik ketika bertarung, namun pertarungan pertamanya adalah pertarungan hidup mati dengan kerangka bodoh ini.
Dia memukuli, menendang, melepas tangan kerangka, membuang kaki kerangka, mematahkannya, hingga menginjak tengkoraknya hingga hancur. Mulutnya juga tidak berhenti mengutuknya. Sampai dia lelah dan melihat kerangka itu hancur lebur dan tidak bergerak lagi akhirnya Reza puas dan berhenti. Jika orang-orang dunia ini melihat di sudut dunia yang aneh terdapat kerangka yang menghajar kerangka lain sambil mengutuknya tanpa henti mereka hanya akan mengira dunia semakin menggila.
Dia menghela nafas lega. Reza berpikir mungkin di dunia ini hanya menganut hukum rimba, "Dewa Sialan! Bagaimana aku bisa sampai menyeberang ke dunia yang gila ini!". Namun Reza masih tidak mengetahui masih alasan apa yang memotivasi mayat hidup ini menyerangnya tanpa pandang bulu sedemikian rupa.
Reza melihat tumpukan tulang pecah ini, dia mengingat hal yang dia intip dalam tengkorak kerangka sebelumnya. Benda yang dialiri aura serupa dengan aura yang menyelimutinya. Reza terus mengamatinya sampai dia melihat benda hitam dengan bentuk tidak beraturan sebesar kelereng, tergeletak di antaranya.
Reza mencoba mendekat dan mengambilnya. Reza merasa benda tersebut menghidupkan sesuatu di dalam jiwanya. Seperti insting kehidupan di dalam dirinya dihidupkan. Jiwanya seakan berbisik menyuruhnya untuk mengambil dan memakan benda tersebut. Seperti seekor macan yang dikurung tidak makan selama satu minggu dan melihat daging segar