Bu Lastri membuka pintu kamar Sekar, dilihatnya putri tunggalnya masih tidur dengan nyenyak. Diusapnya kepala Sekar seraya membangunkan dengan suara lembut.
"Sekar, bangun nduk sudah pagi. Hari ini Senin, katanya kamu tugas menjadi pemimpin upacara" Bu Lastri membangunkan Sekar sambil menepuk paha pelan.
"Ahhh sudah pagi ya buk, rasanya baru sejam aku tidur kok sudah pagi saja" sahut Sekar.
"Sudah jam setengah lima ini nduk, ayo subuh dulu. Bapakmu sudah pulang dari masjid juga itu" jawab Bu Lastri.
Sekar segera beranjak dari ranjang dan menuju ke kamar mandi untuk wudhu dan sholat subuh. Setelah itu seperti biasanya sebelum mandi Sekar membantu ibunya menyiapkan dagangan Bu Lastri. Sekar membantu memasukkan makanan ke dalam kotak-kotak sesuai pesanan.
"Buk, kalau Sekar ikut les boleh tidak?" Tanya Sekar pelan.
"Les apa nduk, kira-kira biayanya berapa?" Jawab Bu Lastri.
"Les bahasa Inggris buk, biayanya sekali kedatangan lima puluh ribu. Boleh ya buk?" Bujuk Sekar.
"Iya boleh, lesnya dimana itu?" Tanya Bu Lastri penuh selidik.
"Dekat sekolah kok buk" jawab Sekar.
"Iya nduk, sudah biar ibu yang melanjutkan sekarang sana mandi nanti kesiangan" titah Bu Lastri.
~~~~~
Di sekolah
"Kar, nanti jadi kan traktir kita?" Tanya Sarah sambil menatap dengan penuh harap.
"Emmmm... tapi jangan ajak aku bolos lagi ya? Aku takut ketahuan ibuk sama bapak" jawab Sekar lirih.
"Kamu tu sekali-kali bolos kenapa sih gak bakal ketauan, aku jamin itu" jawab Sarah.
"Aku takut ada yang laporan ke ibuk, Sar. Selama ini kan aku belum pernah bolos" jawab Sekar
"Jadi anak penakut banget sih kamu itu, tunjukkan ke yang lain, selain pinter kamu juga berani. Itu baru gini" jawab Sarah sambil menaikkan kedua jempolnya.
Sekar hanya memandang Sarah dengan senyum tipis, mulai berfikir mungkin perlu dicoba membolos sekali biar mereka tahu kalau aku bukan penakut. Toh bapak dan ibu tidak akan tahu. Tiba-tiba Bela masuk kelas sambil berteriak, "Gaesss pelajaran Bu Sandra kosong. Ada tugas tapi dikumpulkannya besok".
"Horeeee..." jawab seluruh kelas girang.
"Sar, mumpung kosong cabut yuk! Gue ada janji sama Aldi anak SMK buat ke JCH (Jack City Hall)" ajak Bela sambil menulis tugas.
"Emang lu bawa baju ganti? Gak boleh kali anak sekolah masuk emoll" jawab Sarah.
"Bawa dong, udah gue siapin ada di jok motor. Gimana jadi ajak itu Sekar biar gaul dikit gak culun model gitu" tanya Bela lirih.
"Kar, ikut kita yuk ke JCH. Liat-liat baju sambil cuci mata" ajak Sarah.
"JCH apa sih Sar, gak ngerti aku" jawab Sekar polos.
"Hadehhh lu hidup di planet mana sih JCH gak tau, kebiasaan pergi cuma ke pasar sih" jawab sarah asal.
"Bel kasih tahu tu JCH dimana" perintah Sarah.
"Mbak Sekar syantik JCH itu dekat lapangan Dirga tahu kan dekat perpusda. Inget kan perpusda?" tanya Bela. "Ohhh... iya aku tahu. Tapi pulang sekolah aku ada les bahasa Inggris. Besok saja ya?" tawar Sekar.
"Lesnya besok saja Kar, besok juga masih ada kelas kok" rayu Sarah.
Sekar hanya terdiam tidak menjawab apa pun, di dalam hati dia takut jika membolos dan ketahuan bapak dan ibunya. Tetapi disisi lain Sekar penasaran dengan mall itu seperti apa karena belum pernah sekalipun Sekar pergi ke tempat perbelanjaan seperti itu. (Bolos sekali ini sajalah demi mengobati rasa penasaranku, lagian bapak dan ibu tidak akan mungkin mengajak aku kesana).
"Ya udah aku mau deh, tapi aku tidak bawa ganti masak pakai seragam" tanya Sekar.
"Jangan khawatir Bela udah nyediain baju buat kita" jawab Sarah. "
Nanti gue kenalin sama gebetan gue, Aldi namanya ganteng maksimal Kar kayak opa-opa korea gitu" jawab Bela.
"Lebay lu Bel, belajar yang bener cowok aja lu pikirin" jawab Sarah.
Sarah memang terkenal suka membolos tapi tidak pernah mengenal cowok, karena bagi Sarah sekolah lulus dahulu baru pacaran. Sarah termasuk anak pintar meskipun begitu keluar masuk ruang BP adalah hal biasa. Sikap Sarah yang demikian adalah bentuk protes kepada ayah dan ibunya yang terlalu sibuk bekerja sehingga mengabaikan Sarah yang masih perlu perhatian dan pengawasan.
~~~~~
Di tempat penitipan sepeda motor
"Kar, lu sama gue dulu sampai pertigaan sana nanti motor Bela dibawa ya? Mampir pom bentar buat ganti baju" titah Sarah.
"A..a..aku belum lancar naik motornya Sar. Baru belajar naik beberapa kali" jawab Sekar. "
Halah ini gampang kok kan matic Kar, tinggal gas rem, gas rem doang" jawab Bela.
"Yakin ini motornya aku yang naikin?" tanya sekar sekali lagi.
"Kebanyakan nanya lu tu, tinggal bawa saja napa. Gue mo mbonceng Aldi nanti" jawab Bela.
"Iya iya aku yang bawa" jawab Sekar takut-takut.
Mereka bertiga beriringan naik sepeda motor, sampai dipertigaan jalan Bela membonceng Aldi yang sudah menunggu. Kemudian mereka berempat melanjutkan perjalanan, selang 15 menit berhenti di pom untuk ganti baju. Sekar yang belum lihai mengendarai sepeda motor bingung saat Sarah dan Aldi sudah berhasil menyeberang ke pom sementara dia masih di seberang jalan.
"Bel gak salah kamu ajak dia buat jalan ke JCH?" tanya Aldi.
"Gak lah kak sekali-kali lah biar gak kuper, kasihan Sekar belum pernah kesana" jawab Bela.
"Tu lihat mau nyeberang jalan saja gak bisa kok mau sampai JCH" keluh Aldi. Tanpa menunggu jawaban Bela, Aldi langsung menuju jalan menyetop kendaraan agar Sekar bisa menyeberang.
"Makasih kak" kata Sekar.
"Hemmm... kalau belum lancar naik sepeda motor jangan nekat bahaya" jawab Aldi ketus.
Sekar hanya diam kemudian berjalan mendekati Sarah dan Bela.
"Parah lu Kar, nyebrang saja gak bisa. Pinter iya naik motor payah" sahut Bela.
"Itu kaos sama celana dipake biar gak kelihatan kalau kita anak sekolah, buruan pake" titah sarah.
Tanpa menunggu disuruh dua kali Sekar segera mengambilnya kemudian ganti baju.
"Sar, lu duluan saja. Gue dibelakang ni bocah takutnya gak sampai JCH nanti" kata Aldi sambil menunjuk Sekar dengan dagunya.
"Oke kak siap" jawab Sarah.
Mereka berempat beriringan naik sepeda motor, baru beberapa meter secara tidak sengaja Sekar melihat dari kejauhan bapaknya membonceng ibunya yang baru pulang dari pasar. Sekar menundukkan kepalanya dan sedikit menengokkan ke kiri agar tidak ketahuan. Dua puluh menit kemudian mereka berempat sampai di JCH. Kemudian mencari tempat parkir.
Dua jam lebih Sekar dan teman-temannya berkeliling JCH, tidak terasa sudah pukul 16.30. Sekar yang terbiasa pulang tepat waktu mulai merasa gelisah. Hatinya tidak tenang, berkali-kali mencolek-colek lengan Sarah memberi kode agar segera pulang. Sarah hanya cuek saja tidak mempedulikan Sekar. Lama-lama Sekar terisak, air matanya mulai meluncur deras. Bela yang menyadari jika Sekar mulai resah membentaknya "Lu tu diajakin kesini biar gak kuper malah nangis, kenapa sih Kar?"
Mata Sekar berkaca-kaca dan akhirnya mengalir di pipinya, dia ingin sekali segera pulang.