Chereads / Soul Crystal - The False Crystal / Chapter 1 - White’s Dimension

Soul Crystal - The False Crystal

🇮🇩ExaXone
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1.8k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - White’s Dimension

"AHAHAHA! Akhirnya mereka datang. Aku akan melihat mereka dari sini saja, percakapan seperti apa yang akan kulihat di sini." Aku menantikan kedatangan mereka, menunggu mereka melihat sosokku berada di singgasana.

Jauh dari tempatku, sekelompok remaja muncul di atas lingkaran yang aku buat, sebuah ruangan tanpa atap dan tanpa dinding, hanya 8 pilar membentuk persegi yang mengelilingi mereka dan hanya ada sebuah pintu tanpa daunnya. Aku sangat menantikan apa yang akan mereka tunjukkan.

"Ugh... tempat apa ini...." Salah seorang dari rombongan itu mengeluhkan sakit kepala dan terkejut melihat sekitarnya.

"Ini sangat putih- tidak, lebih tepatnya serba putih. Bangunan ini, apakah kita ada di jaman yunani tanpa warna selain putih?" Seorang gadis membenarkan posisi kacamatanya dan memperhatikan sekitarnya.

"Apakah kalian melihat sesuatu yang kita injak? Ini seperti lingkaran, mungkinkah ini lingkaran sihir?! Phew, ini menarik." Tegas seorang laki-laki yang terlihat memiliki semangat tinggi.

"Kita tinggal lurus saja kan? Nanti pasti ada jalan keluarnya." Usul suara laki-laki yang sepertinya ingin menjadi pemimpin kelompok itu.

"KENAKA KAU JADI SOK PENIMPIM SEPERTI ITU HA?!" Seorang dengan rambut kemerahan di bagian poni dan lebih pendek dari orang yang ditanyanya bertanya dengan kasar.

"Sebelum berteriak seperti itu, lebih baik kau pikirkan kata-kata yang kau gunakan." Balas seorang laki-laki jangkung kepada laki-laki yang jauh lebih pendek darinya.

"Bener tuh, kenapa bukan kenaka!" Tambah seorang gadis yang sedikit pendek dari laki-laki kasar itu.

"Diem kau gadis pendek."

"Dasar Ke-Nando, kamu itu tidak lebih tinggi dariku, jadi jangan bilang aku pendek!" Balas gadis itu kepada laki-laki yang kasar itu.

"Bisakah kalian diam?!" Pria yang tubuhnya terlihat kuat membentak mereka dengan suara yang cukup keras.

Mereka sedang beradu argumen ya... Kuharap mereka sampai baku hantam, akan sangat seru melihatnya.

"Apa kalian tidak sadar? Kita ini sedang berada di mana? Dan apa kalian tidak ingat kenapa kita bisa berada di sini?" Remaja laki-laki berkacamata itu banyak sekali pertanyaannya, sebentar lagi pasti ada yang membentaknya.

"Tak perlu kau pertanyakan juga kami sudah TAU!" Bentak laki-laki kasar tadi.

"Kita tanya saja dengan seseorang yang berada di sana." Usul Laki-laki bertubuh besar yang tingginya sama seperti si jangkung tadi.

"Eh? Dia berwarna putih dari rambut hingga kakinya." Gadis berkacamata dengan rambut membentak mencetuskan keterkejutannya.

"Kamu benar Melha, dia seperti manusia silver, tapi yang ini manusia white." Balas gadis yang sepertinya temannya.

Mereka sudah sampai di hadapanku, enak sekali rasanya melihat mereka dari atas sini, ada sekitar 66 tangga dari singgasanaku hingga lantai putih yang mereka injak.

"Selamat Datang di White Dimension!" Kuumumkan tentang dunia ini.

Mereka kebingungan dan mempertanyakan lebih tentang yang aku katakan, mungkin sambutanku juga mereka tanyakan, atau bahkan kenapa aku berada di atas sini.

"Hey botak!" Panggil laki-laki kasar itu.

Remaja yang lain tertawa karena kalimatnya laki-laki kasar. Si anak nakal ini beraninya memanggilku botak, aku punya rambut begini walaupun tidak berdiri seperti landak, aku bukan Shiro yang punya rambut seperti itu. Tapi aku berusaha bersabar saja, karena mereka adalah manusia yang akan aku tampilkan di dimensiku nanti.

"SIAPA YANG KAU PANGGIL BOTAK!" Seluruh bangunan di sekitar bergetar, bangunan yang tidak mereka injak, hampir hancur semuanya.

"J-j-jangan sok-sok an begitu!" Balas laki-laki kasar.

"Hey jangan bilang begitu, nanti lu dihancurin kayak bangunan yang melayang itu!" Temannya Melha memperingati laki-laki kasar.

"H-h-HAHHH?!!" Laki-laki kasar tidak percaya.

"Sudah diamlah!" Tegasku karena ingin mengatakan sesuatu. "Kukatakan kepada kalian bahwa aku tidak botak! Aku punya rambut." Aku memegang rambutku yang berwarna putih di sebelah telingaku. "Aku berbeda dengan kalian, manusia rendahan seperti kalian takkan bisa melihat sosok asliku, tapi aku akan memaafkan kalian karena kalian tidak membuatku bosan."

Mereka terdiam melihatku, mungkin takut tubuhnya ikutan hancur seperti bangunan di sekitar. Tak satupun dari mereka yang mengalihkan perhatiannya. Tetapi tidak ada satupun yang gemetaran, sepertinya dampak dari penampilanku masih kurang.

Aku mulai memanggil nama mereka, "Stasia Chantanda." Ada satu wanita yang terkejut karena namanya aku ketahui. "Anando Lartaqua," Seorang laki-laki yang menyilangkan tangannya tertegun mendengar namanya sendiri. "Herben Shua," Laki-laki yang sok pemimpin tadi terlihat terkejut. "Dan lainnya yang tidak bisa kusebutkan... KALIAN ITU TERLALU BANYAK!" Teriakku kesal karena aku mengambil sampel yang kebanyakan, tapi ini bukan salahku, aku hanya menggunakan lingkaran sihir di dimensi lain dan yang datang malah penumpang bus yang kursinya penuh.

"Padahal dia sendiri yang memanggil kita ke sini." Bisik seseorang yang terdengar seperti gadis.

"DIAAM!" Teriakku sekali lagi kepada mereka, aku tak tau yang mana berbisik. "Kalian akan memasuki dunia fantasi, di mana aku akan menyebarkan kalian semua dan setelah itu berusahalah untuk bertahan. Entah kalian mau mengikuti keinginan mereka atau keinginan kalian sendiri. Sekarang pergilah, aku akan menonton kalian dari sini."

"Eh eh tunggu dulu, kau yang memanggil tapi tidak jelas dan malah memerintah kami melakukan suatu hal yang kami tidak tau." Laki-laki yang menggulung lengan bajunya menyela.

"Tidak usah ribet gitu bilangnya, aku punya pertanyaan, aku dengar ada mereka yang dipanggil ke dunia lain atau dunia fantasi pasti punya tujuan mengalahkan sesuatu... seperti raja iblis, ap-" Laki-laki yang sok pemimpin bernama Herben Shua mempertanyakan sesuatu tapi aku potong karena sudah mengetahui pertanyaannya.

"Tidak, tidak tau, itu terserah mereka yang ada di sana, mereka yang 'memanggil' kalian." Jawabku atas pertanyaannya.

"Dia bahkan belum menyelesaikan pertanyaannya." Bisik seseorang.

"Lalu bagaimana jika kita... ... ... membunuh manusia lain?" Tambah Shua.

Remaja yang lain terdiam atas pertanyaan itu, mereka seolah tidak percaya bahwa Shua yang akan menanyakan itu, sepertinya mereka mengetahui bahwa Shua tidak punya keinginan untuk membunuh yang lain. Mungkin Shua hanya ingin memastikan untuk keadaan terdesak.

"Jika kalian dilarang, bagaimana kalian membunuh para monster?" Jawabku dengan pertanyaan yang jawabannya mereka ketahui.

Mereka masih terdiam.

"Sekarang sudah waktunya kalian pergi." Aku membuka portal di sekitar mereka dengan menghancurkan ruang yang ada di sekitar mereka.

"Tun-Tunggu!"

"Hey!"

"Kemana kita akan pergi?" Tanya seorang gadis kepada gadis lainnya.

"Tidak tau" Jawabnya gugup.

Aku mulai membuat lingkaran sihir, mereka semua kebingungan, tetapi sepertinya ada yang biasa saja. Aku tidak bisa menghitung mereka ada berapa, tapi informasi tentang mereka ada padaku.

Mereka semakin ribut saat perlahan tubuh mereka terhisap dengan ruangan yang mulai pecah seperti kaca yang dihantam benda keras. Tubuh mereka terkoyak seperti ruangan yang robek dan serpihan ruangan mulai semakin banyak. Ketika wujud mereka tak bisa terlihat lagi, ruangan yang tadinya pecah, menyatu kembali.

Aku melepaskan napas lega dan bersiap untuk melanjutkan fase selanjutnya. Tetapi aku sepertinya kedatangan tamu. Tentunya dia adalah orang yang sangat kukenal. Meskipun dia tidaklah sekuat diriku.

"White." Dia memanggil namaku.

"Kau melihatnya Mizuki?" Tanyaku kepada tamu yang datang.

"Ya, mendatangkan pahlawan baru ke dimensimu?"

"Tidak juga, hanya melihat bagaimana sesuatu bekerja dengan seharusnya."

"Jika mereka adalah bibit unggul, itu akan menambah kekuatan All Imagination. Kita harus menjaga mereka dari Guardian of Dimension."

"Kau benar benar membenci mereka ya, Guardian of Dimension."

"Mereka melindungi hal kecil tetapi malah mengacaukan hal besar. Tidak usah membicarakan mereka. Jadi, kau akan memberikan Soul Crystal pada mereka?"

"Ya, tapi jangan khawatir, aku tidak akan meminjam kekuatanmu karena aku ada Soul Crystal sendiri." Aku menunjukkan Soul Crystal yang mengeluarkan aura yang melayang di atas telapak tanganku.

"Palsu ya..."

"Tentu saja, bagaimana bisa makhluk sepertiku bisa membuat yang asli, ini bahkan tidak bisa dianggap tiruan karena memiliki efek samping."

"Kalau begitu aku pergi dulu, aku akan datang ke dimensi yang kau lindungi ketika mereka sudah cukup kuat dan mengerti tentang dunia mereka." Mizuki berbalik badan dan mulai menjauh, lalu dia membuat sebuah portal berbentuk lingkaran yang besar.

"Bagaimana dengan dia?"

Mizuki mulai masuk ke lingkaran besar itu, "Aurora? Tenang saja, dia tidak bermalas-malasan."

"Begitu ya, setidaknya dia harus menunjukkan sisi pemimpinnya."

"Ahahaha, dia memang pemimpin yang malas. Aku pergi dulu, masih banyak yang perlu aku urus." Mizuki menutup portalnya setelah masuk.

"Ya pergilah."

Pria itu sedang bermalas malasan juga. Dia mengunjungi White Dimension hanya untuk membuang waktu. Sudah saat nya aku harus pergi ke perbatasan, kuharap mereka belum masuk ke dimensinya.

Dimension Thread 1009, Branch 50. Aku membuka portal dan membelah diriku sebanyak jumlah remaja tadi lalu masuk ke portal yang menuju masing-masing tempat mereka karena aku memisahkan mereka di perbatasan untuk memberikan mereka kekuatan seperti cerita pahlawan yang datang ke dunia fantasi.

"Aku ingin tau kekuatan seperti apa yang mereka pilih."