Afanas membuka matanya, dan dia mendapati Biovineky yang terlempar ke udara, berputar-putar seperti tengah melakoni sirkus. Afanas tersimpuh lemas, tongkat sihirnya tergeletak di tanah, sambil bersender pada tebing ia mendongakkan kepalanya menatap sosok pria yang berdiri di hadapannya, pria itu memiliki rambut blonde yang berantakan, dan raut wajah datar yang sangat tenang, matanya tampak sayu dengan bekas luka vertikal di mata kirinya. Di tangan kanannya sosok itu menggenggam sebilah pedang yang berkilauan dengan darah yang menetes di ujung bilahnya.
"Untunglah, kau agak terlambat, 'sedikit'—bison sialan itu membuatku kewalahan!" kata Afanas dengan suara letih.
"Kau kehilangan akal? Dia itu Biovineky, ayahmu aja ngelarang kita buat ngelawan dia sendirian. Lagi pula sihirmu bakal kesulitan kalau menyerang lawan yang bertipe melee¹, kau hanya bisa bertahan sampai manamu terkuras. Sudahlah, serahkan dia padaku, toh aku masih punya dendam padanya!" Lucius membalikkan badannya berjalan perlahan ke arah Biovineky yang sedang terbaring dengan luka di tubuhnya.
Setelah itu Biovineky berdiri dia tertawa terbahak-bahak, mukanya memancarkan semangat yang sangat luar biasa, bibirnya menyeringai menampakkan gigi-gigi kuning garangnya. "Akhirnya, kau muncul juga, Lucius! Aku telah menunggumu lama di sini, akhirnya lawan yang pantas untukku, mari kita selesaikan pertarungan kita yang lampau." Biovineky berlari dengan langkah panjangnya, kerikil-kerikil beterbangan karena langkahnya.
Setelah duel yang cukup intens, Biovineky dengan gadanya tergeletak tak berdaya di tanah, meringis kesakitan dengan tangan kanannya yang terpisah entah ke mana, gadanya yang terkenal begitu kuat juga terbelah menjadi dua. Meski ia telah berada di ujung kematian, Biovineky berusaha bangkit lagi dengan sisa-sisa kekuatannya, matanya tampak sedikit sayu saat ini, namun pancaran sinarnya sama kuat dari sebelumnya.
"Apa yang kau lakukan, sialan?" desis Lucius.
Biovineky yang tak sanggup berdiri kini hanya duduk dengan satu tangannya yang mengacungkan jari tengah. "Persetan! Bawa kepalaku ke rajamu, dengan begitu dendammu akan terpenuhi, Lucius!"
Lucius tahu, jika apa yang kini Biovineky lakukan hanyalah untuk menyulut emosinya, makanya Lucius menahan emosinya dengan menggenggam erat ganggang pedangnya. Dari sorot matanya, seolah-olah Lucius ingin menghancurkan Biovineky berkeping-keping, menjadikannya sebagai makanan babi.
Biovineky kini berhasil berdiri lagi dengan berpegangan pada gadanya, meski tubuhnya bergetar dan bagai sekucup bunga di tengah-tengah badai terhuyung-huyung tak terkendali.
"Kau tahu? Saat itu, aku benar-benar menikmati setiap tetes darah yang menyelimuti gadaku, ringisan mereka, helaan mereka, dan permohonan mereka—aku benar-benar..."
Sesuatu bergerak dengan begitu cepat, yang terlihat hanya kilatan cahaya. Setelah cahaya itu melintas, Biovineky menatap langit malam, sebelum potongan-potongan tubuhnya berserakan nampak sebuah senyuman di wajahnya. Lalu tubuh Biovineky berserakan di mana-mana dengan darah yang terus mengalir menyatu dengan tanah.
"Bangkitlah lagi, akan aku hancurkan lagi kau lebih dari ini, brengsek!" ujar Lucius yang menatap Biovineky dari arah yang lain.
Setelah kekalahan Biovineky, setengah prajurit Anastasius bersorak-sorai menganggap kemenangan telah mereka genggam, namun mereka salah, dari sinilah pertarungan sesungguhnya dimulai.
Jauh di atas tebing yang sangat tinggi, terlihat seseorang yang mengenakan jubah bertudung hitam yang membalut tubuhnya sebuah cahaya bersinar sangat terang dari tongkat sihir yang ia angkat. Cahaya itu sontak menarik perhatian semua orang di bawah lembah, kemudian ia menggerakkan tongkatnya berputar-putar menunjuk langit gelap, perlahan awan mulai berputar bagaikan pusaran air, gemuruh guntur bergema dari atas sana, suaranya sangat gagah seolah-olah menggertak prajurit Mortisvale, mata-mata kini tertuju pada pusaran itu, tatapan ketakutan terpancar jelas dari setiap pasang mata itu, mereka kini seperti anak kecil yang mulai ketakutan.
Rintik hujan mulai turun membasahi tanah dan tubuh-tubuh tak bernyawa yang berserakan dimana-mana, keanehan mulai terjadi, tubuh-tubuh yang telah tumbang mulai menampakkan gerakan, satu persatu tubuh mati itu berdiri kembali dengan diselimuti aura-aura hitam, tubuh Biovineky yang telah terpotong-potong mulai menyatu kembali. Hingga ia berdiri utuh dengan mata yang memancarkan aura kegelapan, tubuhnya pun diselimuti oleh kegelapan yang membuatnya terlihat mengerikan. Biovineky meregangkan tubuhnya, sambil mengambil gadanya.
Sambil mengusap-usap gadanya dia berkata, "Aku memenuhi doamu, Lucius. Kini dengarlah keputusasaan ini, dan sampaikan kepada Raja: 'Satu kepala kami terpotong, dua kepala akan tumbuh—satu harapan kami musnah, seribu jalan akan kami ciptakan!' Kami hanyalah permulaan," nada suara Biovineky terdengar semakin melemah, hingga tak terdengar apa yang ia katakan.
Kini semuanya kembali, semuanya terbalik, detik ini prajurit Anastasius berada dalam tekanan dan ketakutan besar melihat musuh-musuh tak bernyawa yang telah dengan gagah bangkit kembali. Prajurit Anastasius yang tersisa merapatkan barisannya membentuk lingkaran dengan senjata-senjata yang bersiap siaga, derak langkah kaki menggetarkan tanah, getarannya menusuk hingga menusuk jiwa prajurit Mortisvale, musuh-musuh berjalan mendekat dengan langkah berat, gemuruh langkah kaki kian keras beterbangan hingga menjadi momok setiap pasang telinga.
"Tunggu dulu, itu Jiza si Pendoa, kenapa prajurit kita menjadi tentara musuh?" kata salah seorang yang berdiri dengan perisai.
Biovineky yang kini telah berdiri gagah di atas kaki-kaki berototnya mulai mengeluarkan suara gelakkan tawa, suaranya menyatu dengan gertakan langkah kaki dan senjata yang dihentak-hentakkan, hingga suara tawa Biovineky terdengar sangat nyaring yang kemudian suara tawa dari prajurit-prajurit mayat di belakangnya mengiringinya dengan suara tawa dan senjata yang digeret.
Lucius yang berdiri di depan Afanas melirik ke sisa pasukannya yang kini telah dibutakan akan rasa takut yang amat dalam, dengan nada bicaranya yang khas Lucius berkata, "Sialan, kenapa orang-orang itu lama sekali? Afanas, apa yang di lakukan adikmu itu. Jika mereka tak segera kembali, aku akaj memotong jari-jari mereka, sebagai bayaran yang pantas!"
Sambil mendengarkan ucapan Lucius, Afanas mulai berdiri kembali dengan gerakan yang berat sambil memegang pinggangnya. "Si brengsek Biovineky, dia membuat aku sakit pinggang. Tutup mulutmu dan ambil posisimu Lucius! Kita lakukan sekarang," Afanas kemudian mengarahkan tongkat sihirnya ke arah Lucius yang kini telah menggenggam erat ganggang pedangnya yang berbalut kulit berwarna hitam.
Sembari memejamkan matanya tongkat sihir Afanas mulai berayun dengan anggun; gerakannya perlahan dengan diikuti suara lembut Afanas. "Spectra Augmentrum!"
Setelah mengucapkan mantranya cahaya hijau memancar dari ujung tongkat sihir Afanas, cahaya itu merambat keseluruhan tubuh Lucius, membalut erat tubuh Lucius nan gagah, setelah cahaya dari tongkat sihir Afanas redup seketika itu juga Afanas tersimpuh sambil terbatuk-batuk mengeluarkan darah. Sambil meringis kesakitan, Afanas berkata, "Kini majulah demi kemuliaan kita!"
Aura-aura cahaya hijau memancar dari tubuh Lucius, matanya sangat berapi-api menatap tajam Mortuus² yang penuh dengan aura kegelapan, gagang pedang Lucius digenggam sangat erat sampai-sampai berderit, saat itu Lucius mulai melangkahkan kakinya perlahan-lahan berjalan ke arah musuh di depannya yang kini telah berdiri di depan Biovineky. Saat langkah kaki Lucius kian cepat ia berteriak penuh semangat yang membara, teriaknya sangat gahar bagai auman singa di alam rimba, "VIVACTOUS!!!³" Satu kata yang tak asing bagi para prajurit Anastasius, teriakan penuh semangat yang selama ini telah melekat dengan jiwa mereka.
Note:
1: Melee adalah salah satu tipe dari berbagai jenis serangan, atau pola yang menjadi kebiasaan atau gaya bertarung seseorang, yang biasanya menyerang dengan mengandalkan jarak dekat.
2: Mortuus sebutan bagi para mahluk yang telah mati tetapi bangkit kembali, dan tidak memiliki kesadaran penuh, dengan kata lain Mortuus adalah boneka mayat.
3: Vivactous adalah seruan yang digunakan oleh prajurit Mortisvale, biasanya untuk mengungkapkan atau membakar semangat.