Chereads / Ronin Showdown / Chapter 2 - Siapa Yang Kau Cari?

Chapter 2 - Siapa Yang Kau Cari?

Gardi melompat dan mengayunkan tongkat besi berdurinya secara horizontal dari atas ke bawah. Ran menahan dengan katananya. Lalu sekuat tenaga dia ayunkan katananya ke kanan sehingga membuat Gardi terpental dan berguling tetapi dia langsung berdiri lagi.

"Dari mana kau tahu aku bersembunyi di sini?" tanya Gardi.

Ran menjawab, "Hanya menebak saja. Lagi pula, aku kurang nyaman diikuti oleh dua orang anak buahmu itu," sambil melirik kepada anak buah Gurdi yang bersembunyi di balik bebatuan besar.

"Instingmu tajam juga. Suni dan Darga yang mengikutimu itu tidak perlu repot-repot menggiringmu ke masi," Gardi tersenyum lebar.

Ran memasukkan kembali katananya ke dalam sarung. Kemudian dia berlari dan menghunuskan katananya lagi menyerang Gruan. Dengan tenang Garun menahan dengan tongkat besi berdurinya. Mereka kemudian saling menyerang dan menahan. Semuanya terlihat seimbang.

"Kau juga ternyata lumayan," ucap Ran ketika dia meloncat ke belakang.

"Pantas saja Bedro kalah telak. Ilmi berpedangmu jauh di atas dia," Gardi tersenyum kemudian dia bersiap lagi.

Setelah menghembus napas panjang, Ran melepaskan capingnya. Lalu dia juga bersiap untuk menyerang atau menerima serangan. Mereka berdua lalu berlari. Ketika mereka sudah dekat satu sama lain, Ran menghunus katananya. Tetapi Gardi melompat dan kakinya menginjak dinding batu besar yang ada di sebelah kiri. Dengan cepat dia ayunkan tongkat besi berdurinya. Ran melompat ke kanan sehingga membuat serangan Gardi meleset dan mengarah ke tanah. Gardi berputar dan menyerang kembali. Ran menahannya dengan katananya. Kemudian dia melompat dan melayangkan tendangan kaki kanan.

Gardi menahan dengan kirinya tetapi karena serangan Ran sangat kuat, dia terpental dan berguling-guling di tanah.

"Aku tidak menyangka seorang ahli pedang mempunyai tendangan yang sangat kuat," kata Gardi sambil berdiri lalu meludah karena bibirnya berdarah.

"Selain berpedang, aku juga dilatih bertarung dengan tangan kosong," balas Ran.

Gardi hanya tertawa kecil. Dia kemudian mengayun-ngayunkan pedang besi berdurinya. Sesekali dia putar dengan tangan kanannya. Lalu berlari dan menyerang Ran dengan mengayunkan tongkat besi berdurinya secara vertikal dari kanan ke kiri. Ran menahan dengan katananya dan dengan cepat membalikkan serangan. Gardi menunduk untuk menghindari serangan Ran. Dia lalu mengayunkan kaki kanannya mengarah ke kaki Ran. Namun Ran melompat ke belakang dan memasukkan kembali katananya ke dalam sarungnya.

Dengan cepat Ran kembali berlari lalu menghunuskan katanannya. Gardi menahan dengan tongkat besi berdurinya. Mereka pun beradu kekuatan. Saling mendorong. Decit gesekan suara perpaduan katana dan tongkat besi pun terdengar sangat nyaring.

"Mereka seimbang," ucap Suni, pria yang berkulit gelap dan rambutnya keriting.

"Sepertinya begitu. Mereka masih adu kekuatan. Senjata mereka masih menempel satu sama lain," kata Darga, pria kurus dengan janggut tipis.

Gardi melompat ke beakang. Dia berpijak dari bebatuan kecil ke bebatuan besar. Ran mengikutinya sambil menyerang. Sementara Gardi menahan serangan Ran. Ketika mereka berdua sampai di atas batu besar, Ran melayangkan serangan kuat. Gardi menahannya tetapi dia terpental dengan cepat dan tubuhnya menghempas ke bebatuan berukuran sedang hingga batu itu hancur.

Suni dan Darga yang melihat kejadian itu terkejut sampai-sampai mata mereka melotot.

"Bos bisa mati," Darga panik.

"Kita tolong dia," Suni berdiri tetapi tangannya ditarik oleh Darga.

"Kau mau cari mati? Lihat si Ran itu. Dia levelnya jauh di atas kita, bodoh," Darga memukul kepala Suni.

Ran melompat dari atas batu dan memasukkan katananya ke dalam sarungnya. Sementara itu Gardi berusaha bangkit berdiri. Di wajahnya terlihat kemarahan yang luar biasa kepada Ran. Matanya merah, urat-urat di wajahnya terlihat semua. Dia menatap Ran dengan tajam sambil napasnya terengah-engah.

"Baru kali ini aku kewalahan melawan musuh," kata Gardi.

"Jangan pernah menganggap remeh siapa pun musuhmu," ucap Ran.

Gardi hanya tertawa menyepelekan. Mereka kemudian bersiap lagi untuk bertarung.

***

Kepala kepolisian kota Sagard, mendapat laporan kalau terjadi pertarungan antara penjahat terkenal Gardi dan seorang pemuda asing. Tentu saja dia terkejut. Sebab Gardi memang penjahat yang paling ditakuti di kota ini. Kepolisian tidak bisa menangkapnya. Sebab, Gardi cukup licin dan pandai sekali menyamar. Terlebih lagi, dia mempunyai ilmu bela diri yang cukup tinggi. Peluru saja tidak cukup untuk menahannya.

"Siapa pemuda itu?" tanya kepala kepolisian kepada anak buahnya.

"Kami tidak tahu, Pak. Sepertinya, dia pendatang," jawab anak buahnya.

"Di mana mereka bertarung?"

"Di bukit Sirna."

"Aku akan ke sana. Kau siapkan beberapa personel."

"Segera dilaksanakan, Pak," anak buahnya itu pamit pergi.

Kepala kepolisian itu membuka bungkus rokoknya, menyelipkannya di bibir lalu menyalakannya dengan korek api. Wajahnya kalem, umurnya sekitar hampir empat puluh tahun, kulitnya putih, rambutnya hitam, postur tubuh tinggi, dan memakai seragam kepolisian Sagard. Seragam itu berwarna krem tua. Karena dia pangkatnya tinggi, jadi dia memakai jubah kepolisian. Di meja kerjanya, tertulis namanya, Fresa Gormon.

Setelah duduk sebentar dan menghabiskan rokoknya, Fresa berdiri lalu mengambil jubahnya dan memakainya. Berjalan keluar ruang kerjanya. Di lobi, ada sepuluh personel yang sudah bersiap. Mereka bersenjata lengkap.

"Kuda Anda sudah disiapkan di depan, Pak," kata salah satu anak buahnya.

"Baik. Semua personel, ikut denganku," perintah Fresa.

"Siap, Pak!" ucap seluruh personel.

Mereka kemudian berjalan keluar dan menunggangi kuda masing-masing menuju bukit Sirna. Derap kaki kuda mereka yang beradu dengan tanah membuat jalanan jadi berdebu.

***

Sementara itu Ran dan Gardi masih bertarung. Sepertinya, Gardi sudah kewalahan. Dia bahkan tubuhnya terluka karena serangan Ran. Tetapi Ran masih tenang seperti tidak terjadi apa-apa. Jubahnya hanya kotor sedikit.

"Sialan. Kalau begini terus, aku bisa kalah," ucap Gardi di dalam hati.

"Sebaiknya kau menyerah saja," kata Ran sambil memasukkan katananya ke dalam sarungnya.

Gardi lalu berdiri. Dia tersenyum menyeringai lalu menempelkan kedua telapak tangannya sambil memejamkan mata. Beberapa saat kemudian, otot-ototnya membesar. Urat-uratnya terlihat. Kemudian dia berteriak dan melesat berlari secepat kilat sambil melayangkan pukulan. Ran yang terkejut karena tiba-tiba Gardi ada di depannya, tidak sempat menghindar atau pun menahan. Jadi pukulan Ran mengenai pipi kirinya. Kali ini Ran terpental dan berguling-guling di tanah.

Ketika Ran hendak beridir, Gardi sudah berada di depannya dengan melayangkan tendangan. Ran terhempas dengan cepat dan badannya membentur bebatuan hingga hancur.

"Itu baru bos kita," ucap Suni dan Darga secara bersamaan.

Gardi berjalan perlahan ke arah Ran yang terkapar di antara reruntuhan bebatuan.

"Ini kekuatanku yang sesungguhnya," kata Gardi.

Ran bangkit. Dengan tenang dia berdiri dan menatap Gardi.

"Biar aku selesaikan pertarungan ini," ucap Ran.

Ran bersiap-siap. Kaki kanan ke depan, kaki kiri ke balakang. Katananya dia pegang di tangan kiri. Sementara tangan kanannya, bersiap menghunus. Gardi yang melihat Ran bersiap dengan jurusnya, membuatnya tersenyum.

"Apa aku juga akan mengeluarkan kekuatanmu yang sesungguhnya?" tanya Gardi. Tetapi Ran tidak menjawab.

Gardi lalu melesat berlari. Ketika tepat tiga meter di depan Ran, dengan cepat Ran menghunus pedangnya. Suni dan Darga yang melihat kejadian itu, kembali terkejut. Mereka sama sekali tidak melihat kecepatan Ran. Karena seketika Ran sudah berada di belakang Gardi. Sementara Gardi, berdiri dengan posisi memukul.

Ran memasukkan katananya ke dalam sarungnya. Saat itu juga, dada Gardi tersayat dan mengeluarkan darah yang banyak. Baik dari dadanya, atau mulutnya. Dia lalu terkapar di tanah.

"Harus aku akui, kau memang hebat," kata Ran sambil kembali memakai capingnya yang terbuat dari jerami.

Tak berapa lama, terdengar suara siulan dan derap langkah kaki kuda mendekat. Ternyata kepolisian sudah sampai di lokasi. Melihat Gardi yang terkapar penuh luka, Fresa memerintahkan semua personelnya untuk memborgol Gardi.

"Borgol dia dan bawa dia ke pengadilan," perintah Fresa.

Fresa lalu melihat ke arah Ran yang sedang berdiri sambil membersihkan jubahnya. Dia mendekat lalu turun dari kudanya dan menghampiri Ran.

"Kau berasal dari mana?" tanya Fresa.

Ran menatap Fresa lalu menjawab, "Desa Tebing.

Fresa terkejut kemudian berkata, "Desa kerajaan yang sudah runtuh sepuluh tahun lalu?"

Ran tidak memberi tanggapan apa-apa.

"Aku Fresa Gormon. Kepala Kepolisian Kota Sagard. Kami berterima kasih karena kamu telah mengalahkan Gardi," Fresa membungkuk sebagai simbol penghormatan.

"Ada dua anak buahnya yang bersembunyi," kata Ran.

"Sudah kami tangkap," Fresa menunjuk ke salah satu personelnya yang ternyata sudah menangkap Suni dan Darga.

Setelah Gardi yang sekarat dibawa untuk diadili, Fresa meminta Ran untuk tinggal selama beberapa hari di kota Sagard.

"Ini sebagai tanda terima kasih kami. Aku rasa, Walikota juga harus berterima kasih," kata Fresa dengan senyuman hanyat.

"Terima kasih. Aku harus lanjutkan perjalanan," Ran menolak.

"Apa yang kau cari."

"Bukan apa yang aku cari. Melainkan siapa yang aku cari."

"Kalau begitu siapa?"

"Garun. Orang yang telah meluluh lantahkan desa dan kerajaanku menjadi debu. Aku ingin membalaskan dendam," tiba-tiba tatapan Ran menjadi tajam.

"Kejadian pemberontakan di desamu memang sangat memilukan. Tapi aku pernah membaca catatan mengenai peristiwa itu. Saat itu, umurku masih tiga puluh tahun. Catatan itu masih ada. Beritanya menyebar di mana-mana. Jika kau berkenan tinggal, mungkin kau bisa mendapatkan informasi dari catatan itu yang masih tersimpan di perpustakaan kota," jelas Fresa.

Ran berpikir sejenak. Dia kemudian menyetujui ajakan Fresa. Lagi pula, selama ini informasi mengenai Garun sangat minim. Mungkin dengan membaca catatan itu, dia menemukan petunjuk baru.

"Ini ada satu ekor kuda lagi. Kau ikuti aku ke kota," kata Fresa.

Mereka berdua lalu menuju kota dengan menunggangi kuda.

Bersambung...