Mas Rendi sudah pulang dari kantor,aku langsung menyambutnya. Namun mas Rendi malah mengacuhkan ku. Aku tak kenapa sikap mas Rendi semakin berubah dia tak seperti dulu lagi.
"Mas sudah pulang". Mas Rendi tak menjawab pertanyaan ku,tapi aku tetap melayani mas Rendi,aku membuatkan kopi dan membawa cemilan ke kamar untuk suamiku.
"Mas aku bikin kan kopi untuk mu". Mas Rendi masih belum menjawabnya.
"Mas,apa kau mau di pijat. Sini biar aku pijat". Aku berniat memijat pundak mas Rendi,namun mas Rendi malah melepaskan tangan. Hati ku sakit di perlakukan seperti ini,salahku apa pada suamiku,aku sudah melakukan yang terbaik untuknya.
"Mas kenapa sikap mu berubah , apa aku punya salah".
"Diam, bisa diam ga. Kau membuat ku pusing". Aku sakit hati di bentak mas Rendi.
"Mas apa salahku". Aku memberanikan diri setelah di bentak.
"Kau mau tau apa salahmu,kau tak bisa mewujudkan ke inginan ku. Kau tau apa itu".
"Aku tau mas,kau menginginkan anak mas".
"Itu kau tau,tapi kenapa kau tidak bisa hah".
"Mas aku juga mau punya keturunan , bukan kamu aja mas". Aku berteriak pada mas Rendi karna aku sudah tak tahan dengan sikap nya.
"Kau berani berteriak padaku hah, kau harusnya berpikir kenapa kau tak bisa memberiku keturunan,apa kau mandul".
"Mas kau sungguh menyakiti hatiku,kau tega mengatakan mandul padaku mas. Kau bukan Rendi yang ku kenal dulu kau sangat berbeda mas".
"Itu semua gara gara kau Nisa".
"Hiks hiks, mas tolong jangan katakan mandul kepada ku mas. Aku hanya belum bisa memberimu keturunan,aku tidak mandul mas".
"Terserah kau saja,pada kenyataannya kau tak bisa memberiku keturunan Nisa ".
"Mas jika kamu memang sangat menginginkan anak, menikah lah mas ,aku ikhlas kau menikah lagi mas".
Rendi seketika terdiam.
"Kenapa kau diam mas, apa kau bahagia setelah aku mengatakan ini,apa kau bahagia mas hiks hiks".
Rendi masih terdiam ia sedang mencerna