Anixus tertawa kecil mendengar ejekan dari Yoshitaka, ia juga memandang ke arahnya dengan rendah sama seperti saat seseorang melihat sampah.
"Menarik! Tapi sayang sekali..." Anixus melesat menuju Yoshitaka, dan ia meninju perutnya hingga terpental jauh ke belakang.
"Tak peduli hukum dunia atau apalah itu, bukanlah hal yang sulit untuk ku hancurkan."
ucap Anixus dengan suaranya yang mencekam.
Queen hanya terdiam seperti sebuah patung, ia takjub melihat kekuatan Anixus yang sangat luar biasa. Yoshitaka juga terkejut saat menerima serangan dari Anixus, walaupun ia tidak terluka sama sekali, ia tetap terkejut dengan daya serang Anixus yang sangat luar biasa.
"Hahahaha! Ini menarik! Ah... Apa ini? Hatiku seperti terbakar dalam api merah yang menyala." gumam Yoshitaka di dalam pikirannya.
"Sebaiknya kau segera kembali. Aku tidak ingin membunuhmu, jadi tolong pulang ke tempat asal-mu." ucap Anixus sembari berbalik membelakanginya.
Saat baru selangkah ia berjalan, Yoshitaka langsung muncul kembali tepat di belakangnya, ia juga mengayunkan pedangnya ke arah Anixus dengan sangat cepat. Suara dari gerakannya tidak bisa didengar, ia bergerak di waktu yang berhenti, tidak ada satupun yang mengetahui kejadian itu di sana.
"Huh..." Anixus menghela nafas berat saat tengkuknya hendak di tebas.
Yoshitaka terkejut mendengar helaan nafas itu, lalu ia langsung melompat menjauh dari Anixus.
"Apa yang terjadi? Bagaimana mungkin, dia seharusnya tidak bisa bergerak. Tidak, semua target yang sudah terkunci dalam hukum "Seruan orang suci", seharusnya tidak akan dapat bergerak. Seruan orang suci dapat membuat waktu dari lapisan dunia ini, berhenti secara total, dan tidak ada yang di perbolehkan untuk bergerak. Hanya tuan Shinju, para Paladin, dan dewa-dewi yang berada di ranah alam yang tinggi saja, yang dapat bergerak. Tapi kenapa di-...!" Yoshitaka yang sedang kebingungan langsung di hantam keras oleh Anixus menggunakan tinjunya.
Setelah menerima tinjauan dari Anixus, seluruh dunia kembali normal, waktu kembali berjalan seperti semula. Yoshitaka hanya bisa pasrah, ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dia akan mati.
"Ah... Kurasa ini akhirnya, ya?" gumam Yoshitaka dengan suara datar.
Tepat setelah ia menjadi putus asa, Anixus langsung muncul di hadapannya, kemudian ia menerima tinjuan di atas kepalanya. Anixus sengaja melakukannya, ia tidak ingin menyakiti, melukai ataupun membunuh siapapun. Selama ini Anixus selalu menerima cacian, hinaan, dan penindasan dari orang lain. Ia tidak dapat membalas sama sekali, itu semua karena hatinya yang membuatnya kehilangan tiga emosi dari jiwanya. Murka, Iri, dan nafsu itu semua hilang darinya.
"Aku sudah memberikan peringatan, jangan pernah mencoba menggangu keluarga ku, jika tidak aku akan membunuh- tidak, aku akan membuat kalian para Paladin dan Shinju yang agung itu mati." ucap Anixus dengan suara beratnya yang disertai juga dengan kemunculan aura gelap berwujud tengkorak manusia.
Setelah itu Anixus mengangkat Yoshitaka, lalu melemparkannya ke atas langit malam. Saat Yoshitaka sedang berada di atas langit, sebuah lingkaran jam seluas 50Kilometer muncul di daratan, lalu tak lama Anixus menuangkan setetes darahnya ke lingkaran besar itu, dan seketika seluruh bangunan, tumbuh-tumbuhan yang tadinya hancur akibat gelombang Sonic-boom yang sangat kuat, dan meluas sekitar 47Kilometer dari tempat Anixus meninju Yoshitaka.
Setelah semuanya kembali normal Yoshitaka yang tadinya terlempar ke langit malam, kini mulai terjatuh ke tanah. Setelah itu ia pun mengangkat kepalanya, dan melihat sekelilingnya. Ia terheran sekaligus terkejut melihat bangunan, dan tumbuh-tumbuhan yang tadinya hancur sudah kembali normal.
"Apa ini? Tidak mungkin! Jangan bilang, dia-...!?"
"Aku memundurkan waktu pada objek hidup dan tak hidup, aku juga menghapus catatan kerusakan dan kehancuran mereka. Jadi, dengan kata lain tidak akan ada yang mengingatnya. Kembali ke tempat asal-mu, dan jaga tuan mu itu dengan baik, jangan lupakan peringatan ku!" gumam Anixus kepada Yoshitaka, dengan suara beratnya.
Setelah itu Yoshitaka kembali ke wujudnya seperti sebelumnya dengan pakaian kimono putih, dan pedang yang tadinya bercahaya seperti matahari mulai berubah menjadi sebuah katana seperti sebelumnya. Kemudian ia mulai berubah bentuk menjadi sebuah burung Garuda, lalu bergegas terbang ke langit malam, dan meninggalkan planet Ariel.
"Hampir saja... Ternyata perintah tuan Shinju untuk tidak mengganggunya, adalah keputusan yang benar. Tapi, apa yang dimaksud dengan "Istriku?", tidak mungkin ada makhluk yang bisa menjadikan seorang Dewi sebagai istrinya. Terlebih lagi istrinya itu adalah makhluk terkuat di dunia Celestia, jadi seharusnya mustahil seorang Dewi terkuat menjadi pengantin wanita ... Tapi apa memang benar dia itu manusia? Kekuatannya itu sudah setara dengan tangan kanan tuan Shinju, Paladin yang mewakili kehampaan ruang di semesta layers ke tiga, kalau tidak salah namanya itu Axi-!?!!" saat Yoshitaka sedang melamun, ia secara tiba-tiba di serang dengan sebuah pedang panjang yang muncul dari dalam dirinya.
"Argkhhhh!!! Pedang ini... Tidak mungkin! Kenapa? Aku hanya menjalankan tug-..." tak sempat ia berbicara, Yoshitaka langsung meledak seperti sebuah bintang mati di ruang angkasa.
Setelah itu pedang yang tadinya muncul langsung menghilang, dan sebuah suara bergema di kegelapan angkasa.
"Paladin ke-sembilan, Sakamoto Yoshitaka, dihancurkan karena gagal membunuh Dewi Celes Void. Sebagai gantinya Paladin ke-lima, Leon nerocleus, akan membinasakan Dewi Celes Void, Queen Paraleus. Sekian."
Suara itu bergema sangat keras, bahkan telinga manusia biasa dapat mendengar suara itu, namun mereka hanya menganggapnya sebagai ulah dari seseorang yang iseng, atau kecerdasan buatan yang sedang mengalami bug. Anixus yang juga baru hendak duduk bersantai di sofa ruang tamu, dibuat terkejut mendengar suara itu.
Tapi dia tidak terlalu memperdulikannya, dan hanya tersenyum lebar ketika mendengar hal itu.
"Huh! Ya, aku juga tidak terlalu memperdulikannya! Jika mereka berniat untuk melukai Queen lagi, maka mereka juga harus bersiap untuk mengahadapi ku." gumam Anixus dengan hati dan jiwa yang menggebu-gebu, seperti sebuah api biru yang berkobar.