Banyak orang-orang yang mempercayai bahwa, warna dasar dari seluruh warna yang tercipta, itu semua berasal dari satu warna yaitu hitam. Karena seperti yang tertulis didalam catatan kitab-kitab dari berbagai agama di dunia, 'pada mulanya dunia ini adalah kegelapan, dan Tuhan yang terlahir dari kegelapan itu menghancurkan kegelapan, lalu mengubahnya menjadi berbagai warna, dan ia menggunakan warna itu untuk melukis dunia ini menggunakan hukum kekuasaanya'. Layaknya seperti sebuah kuas yang digunakan oleh seniman untuk melukis, Tuhan juga menggunakan kuas yang digunakan untuk menciptakan seni, dan seni inilah yang disebut sebagai dunia.
Tapi apakah itu benar-benar kisah yang tepat untuk menggambar penciptaan dunia? Jawabannya adalah, tidak ada yang tahu. Jika A mengganggap bahwa kisah itu adalah hal yang benar, belum tentu temannya si B, memiliki keyakinan yang serupa.
Tapi terlepas dari itu semua, tidak ada yang tahu pasti akan kebenaran dari dunia ini, bahkan kita tidak mengetahui apa yang direncanakan, dan apa yang akan ia lakukan.
Jauh sebelum dunia diciptakan, ada 2 makhluk yang hadir di dunia. Merekalah yang disebut sebagai Primodial pertama, Chaos, dan Primodial kedua yang bernama Arzen.
Julukan mereka didapatkan dari tindakan mereka di masa lalu. Chaos hanyalah nama julukannya, ia tidak memiliki nama. Sejak awal juga mereka tidak memiliki hal yang disebut sebagai, 'Orang-tua/Wali'. Jadi julukan itu hanya diberikan dari orang-orang di masa depan.
Arzen memiliki kekuatan untuk menciptakan dunia dari keinginannya, oleh sebab itu para makhluk-makhluk ciptaannya menyebutnya sebagai Arzen. Sedangkan Chaos, ia lebih suka menghancurkan ciptaan adiknya, karena ia tidak ingin dunia yang indah itu ternoda dengan suara kebahagiaan, sorak-sorai gembira terpancar, dan menodai keindahan dari dunia yang hancur.
Arzen seringkali marah terhadap saudaranya, mereka juga seringkali bertengkar, dan bermusuhan satu sama lain dikarenakan perbedaan pendapat diantara mereka. Tapi pada akhirnya mereka tetap saling memaafkan, karena mereka adalah saudara. Begitulah yang sering terjadi, hingga suatu hari... saat Arzen sedang berubah wujud menjadi manusia, ia turun ke dunia manusia.
Disana, ia duduk disebuah batu kecil, dan bersandar pada sebuah batang pohon cemara yang ada dibelakangnya. Ia kemudian menutup matanya, dan menikmati hembusan angin sejuk yang berhembus di seluruh hutan.
Ia juga diberikan makanan oleh para hewan-hewan, yang kebetulan sedang singgah di sekitarnya. Burung-burung datang membawakan ia buah-buahan kecil, seperti buah anggur, kelengkeng, rambutan, dan buah berry. Kerumunan lebah juga datang, mereka membawa tiga pohon bambu yang berbentuk seperti sebuah gelas kecil, dan didalamnya terdapat sebuah madu yang sangat manis, asam, dan ada juga rasa madu yang sangat pahit. Para monyet, dan beruang juga datang membawakannya tiga lusin buah apel, semangka, dan pisang terbaik yang dihasilkan oleh hutan.
Arzen sangat senang, ia diterima dan disambut oleh para hewan-hewan dengan baik. Tapi, ia juga kebingungan melihat persembahan yang terlalu banyak untuknya seorang, oleh karena itu, ia memanggil lagi seluruh hewan-hewan yang memberikannya persembahan.
"Kemarilah... Ambillah, beberapa dari persembahan yang kalian berikan padaku terlalu banyak." seru Arzen dengan suara yang terdengar lembut.
Dan tak genap lima menit, burung-burung yang tadi datang membawakannya persembahan, datang, dan menundukkan kepalanya dihadapan Arzen.
"Wahai burung-burung, ambillah seluruh persembahan ini, dan sisakan masing-masing dua buah anggur, kelengkeng, rambutan, dan buah berry ini untukku. Sisanya ambillah, dan bagikan persembahan itu kepada teman-temanmu yang sedang kelaparan." lalu burung-burung itupun mengikuti perintahnya.
Mereka meninggalkan dua buah anggur, dua buah kelengkeng, dua buah rambutan, dan dua buah berry untuknya.
Setelah itu pergilah mereka dari hadapannya, dan tak lama kemudian datanglah kerumunan lebah yang tadi membawakannya persembahan. Setelah itu, kerumunan lebah itu menapakkan kaki mereka di tanah.
"Hai lebah-lebah, aku sangat senang menerima persembahan dari kalian, namun kalian tidak perlu membawa seluruh hasil kerja keras kalian di ladang bunga. Bawalah gelas yang berisikan madu manis, dan madu asam ini, nikmatilah hasil kerja keras kalian, dan aku akan menikmati madu pahit ini. Karena madu ini mewakili perasaan pahit yang kalian alami selama bekerja, maka biarlah aku menerima apa yang kalian rasakan juga." seusai berbicara dengan panjang, para lebah akhirnya membawa kembali dua gelas bambu yang berisikan madu manis, dan madu asam.
Setelah itu, kerumunan lebah pergi kembali pulang ke rumah mereka, dan meninggalkan madu pahit untuk Arzen. Tak berselang lama, tepat setelah kerumunan lebah membawa gelas-gelas madu kembali ke hutan, para monyet, dan beruang yang tadi datang membawa persembahan untuknya, keluar dari semak-semak, lalu bertekuk lutut dihadapan Arzen.
"Terimakasih atas sambutan yang sangat baik dari kalian, dan terimakasih juga atas persembahan kalian. Namun aku mengetahui bahwa kalian juga sedang kelaparan, benar?"
tanya Arzen kepada mereka berdua, dan monyet dan beruang menganggukkan kepalanya.
"Ambillah beberapa, sisakan untukku dua buah Apel, satu buah semangka, dan Dua buah pisang. Sisanya, ambillah dan nikmatilah bersama kawanan kalian." tepat setelah itu, para monyet, dan beruang mengambil seluruh buah yang ada dihadapannya.
Setelah itu mereka menundukkan kepalanya dihadapan Arzen, lalu mereka pergi memasuki hutan, dan menyisakan dua buah Apel, satu buah semangka, dan dua buah pisang untuknya.
Setelah itu, Arzen mengambil intisari dari buah-buahan itu tanpa membelahnya, lalu mengambil biji-bijian yang dapat ditanam di tanah. Kemudian ia bangkit berdiri, lalu berbalik, dan berjalan memasuki hutan.
Tak lupa, ia juga meminum madu pahit yang dipersembahkan oleh lebah, dan ia juga merasakan bagaimana susahnya para lebah mengumpulkan madu.
"Urgh... Lebah-lebah itu, mereka luar biasa. Madu ini memang pahit, tapi aku juga tidak menyangka bahwa rasa madu ini dapat mewakili masa-masa pahit yang mereka alami. Tapi aku senang, seandainya aku mengambil madu manis, dan membiarkan mereka menikmati madu asam dan pahit. Mungkin mereka akan mati..." tepat setelah berkata begitu, Arzen menghentikan langkahnya, dan menatap ke arah langit yang cerah.
"Aku harap kakak dapat menikmati arti, 'hidup', dan nantinya mungkin ia akan menciptakan dunia ini bersama denganku." gumamnya di dalam hati.
Setelah itu, dihadapannya muncul sebuah lubang yang memancarkan cahaya putih yang bersinar. Arzen berjalan memasuki lubang itu, dan ia tiba di sebuah tanah lapang yang dipenuhi dengan rerumputan hijau.
"Aku rasa... aku akan menciptakan sebuah makhluk yang akan bertugas untuk menjaga alam, karena para hewan-hewan, dan tumbuh-tumbuhan tidak dapat merawat diri mereka sendiri, maka aku akan menciptakan makhluk hidup yang akan menjaga mereka, untukku." ucapnya sambil tersenyum.
Setelah itu, ia mengambil air yang ada di sungai, dan menyatukannya dengan tanah yang lembap. Lalu ia menciptakan sebuah makhluk menggunakan tangannya sendiri, setelah itu untuk membuat makhluk itu dapat melaksanakan tugasnya, ia memberikan makhluk itu pemikiran yang melebihi makhluk hidup lainnya. Dan saat setelah ia selesai menciptakan tubuh, pikiran, organ, dan inti dari makhluk itu, ia meneteskan air yang berwarna merah di atas makhluk itu.
"Hai... Aku Arzen, pencipta, dan orang-tuamu. Kau adalah makhluk yang akan menjadi penggerak roda kehidupan, dan namamu adalah, 'Manusia'." tepat setelah Arzen menyapa manusia itu, ia menumbuhkan pepohonan dari biji-bijian buah yang ia dapatkan.
Arzen menyadari satu hal, jika hanya ada satu manusia saja, tidak akan cukup untuk menggerakkan roda kehidupan di dunia. Ia pun membuat manusia itu tertidur, dan mengambil satu tulang rusuk darinya. Dan iapun menciptakan satu manusia lagi, yang diciptakan dari satu rusuk manusia itu.
Sesudah manusia kedua tercipta, Arzen mendekati telinganya, lalu berbisik dengan pelan kepada manusia itu.
"Mulai sekarang, manusia sepertimu akan disebut sebagai, 'perempuan. Sedangkan manusia yang tertidur di belakangmu, dia akan disebut sebagai, 'laki-laki. Aku sudah menciptakanmu, 'perempuan. Tugasmu adalah melahirkan manusia-manusia baru, dan untuk terciptanya manusia baru, aku sudah membuat tubuh manusia laki-laki untuk dapat menghasilkan keturunan. Beranak-cuculah, dan penuhi dunia ini dengan populasi kalian semua. Rawatlah tumbuh-tumbuhan, dan hewan-hewan yang ada di udara, di dalam air, di dalam tanah, dan yang merangkak di atas tanah. Aku menyediakan kalian kebutuhan untuk bertahan hidup di dunia ini." seusai berbisik kepada manusia perempuan itu, Arzen menghilang secara perlahan dengan tangannya yang memeluk manusia perempuan dari depan.
"[Bwoooosssshhhhhh~...]" suara angin yang berhembus kencang terdengar di telinga kedua manusia itu, dan bersamaan pula menyapu Arzen dari dunia itu.
Arzen meninggalkan dunia, iapun pergi menuju sebuah tempat yang belum ternoda dengan kekuatan kakaknya. Disana ia menggunakan ranting kecil yang tadi ia ambil di dunia manusia, kemudian ia menyelimuti ranting kecil itu dengan kekuatan miliknya.
"Aku memang tidak akan mengalami kelelahan, tapi jika aku bisa menciptakan alat yang merawat dunia ini, maka mengapa tidak?" gumamnya sembari mengotak-atik ranting-ranting pohon dengan kedua tangannya.
Setelah beberapa saat kemudian, ia pun akhirnya selesai. Ranting-ranting pohon itu telah menyatu, dan berubah menjadi sebuah benih pohon. Setelah itu ia mengisi energi dari benih itu dengan kekuatannya, lalu menjatuhkan benih itu ke dunia.
[CLUP!] suara benih itu bergema, dan menarik perhatian Chaos yang sedang tertidur di Void.
"Suara apa itu?" gumam Chaos yang sedikit terkejut mendengar gema dari suara itu.
Tak lama kemudian, ia menatap ke atas, dan melihat benih itu. Ia sedikit kebingungan melihat benih itu, namun saat melihat dengan seksama, ia melihat energi Arzen yang terpancar kuat dari benih itu. Mengira bahwa benih itu adalah Arzen yang sedang bermain-main seperti biasa, ia pun kembali menutup matanya, dan kembali tertidur di kehampaan Void.
Disisi lain, Arzen juga sedikit panik. Ia juga tahu bahwa barusan, kakaknya menatap ke arahnya. Tapi saat mengetahui kakaknya tidak memperdulikan asal suara yang bergema tadi, iapun lega.
"Huh... Untunglah, aku kira kakak akan terpancing ke sini. Seandainya aku tidak memasukkan energi ku ke dalam benih, mungkin kakak akan mengetahui rencana ku."
gumam Arzen yang lega.
Tak lama kemudian, dari benih itu muncul akar-akar pohon yang sangat besar. Lalu disusul dengan batang pohon yang mulai tumbuh, lalu ranting-ranting dan dahan-dahan pohon yang mulai tumbuh.
Sesudah itu, iapun memanjat pohon itu, hingga akhirnya ia pun tiba di puncak dari pohon itu. Disana ia menciptakan tiga wilayah kecil. Ia memecah-belah dirinya sendiri menjadi tiga salinan darinya. Walaupun hanya salinan, tetapi salinan-salinannya memiliki kekuatan dan kemampuan yang serupa dengannya.
Lalu ia menciptakan tiga dunia yang terbuat dari salinannya. Dunia yang pertama yang tercipta adalah, dunia Celestia. Dunia itu memiliki kemiripan yang serupa dengan taman yang Arzen ciptakan di bumi, namun perbedaannya adalah dunia itu memiliki energi yang mengisi dunia itu, yang dikenal dengan sebutan 'Omnytron'.
Dunia kedua yang tercipta adalah Celestial.
Tidak seperti dua dunia lain yang Arzen ciptakan di luar dunia, Celestial adalah dunia yang special. Celestial diatur untuk dapat masuk, dan keluar dari dunia manapun. Celestial diatur untuk mengawasi dari dunia manapun, dan ia bisa ada dimana saja saat sebuah dunia mengalami kekacauan.
"Celestial, tugasmu adalah menjadi pengawas, menjaga, dan melindungi dunia ini dari ancaman manapun. Engkau tidak akan pernah mengalami kehancuran, dan tidak ada satupun yang dapat menghentikan pergerakan-mu." seru Arzen kepada dunia kedua yang ia ciptakan dari salinannya.
Sesudah menciptakan dunia Celestia, dan Celestial. Arzen menciptakan dunia terakhir, dan dunia inilah puncak dari segala yang ada.
Dunia ketiga ini adalah Aeon. Dunia ini berisikan ruang putih, dan di dunia itu Arzen menciptakan bangunan-bangunan megah, dan sebuah istana yang megah. Di dalam istana itu, terdapat berbagai cabang-cabang yang menghubungkan ke dunia, dan sebuah kaca yang memperlihatkan bintang-bintang malam. Di sana juga terdapat sebuah takhta putih, yang memancarkan sinar yang amat terang, dan di bawah takhta itu terdapat sebuah kolam, yang akan memperlihatkan segalanya.
"Aeon... Dunia ini adalah dunia termegah yang pernah aku ciptakan, tidak ada dunia manapun yang lebih megah dari dunia ini. Dan di dunia ini, aku memberikan segalanya untuk dunia ini. Dunia ini akan menggantikan posisi aku, dan kakak sebagai penguasa atas dunia.
Aku rasa, aku akan menciptakan sebuah 'Eksistensi', yang akan mengatur dunia. Bagaikan sebuah kertas yang kosong, takhta itu adalah sebuah pena, dan yang akan duduk di takhta itu adalah 'Aturan'." sesudah berseru di Aeon, Arzen turun kembali ke dunia.
Bersamaan dengan itu pula, Chaos bangun dari tidurnya, dan melesat menuju Arzen. Arzen terkejut melihat kakaknya yang terbang melesat sangat cepat ke arahnya.
"Kakak, ada ap-...?" tak sempat bertanya, Arzen dicekik oleh kakaknya sendiri.
"Sialan! Aku sudah menyuruhmu untuk berhenti menciptakan kehidupan di dunia ini, tapi kenapa kau masih keras kepala, hah?!" teriak Chaos kepada Arzen dengan penuh amarah, tangannya mencengkram kuat leher Arzen, hingga membuatnya tidak dapat melakukan apapun.
"Ka- ... kak! Ke, kenapa kau benar-benar menentang keputusan k-ku?! Aku tidak ingin kese-pian, di dunia ini, hanya ada kita saja. Apakah kau tidak merasakan kesepian seperti, a-aku?!!!" tanya Arzen dengan suara yang terbata-bata akibat cekikan yang sangat kuat.
Setelah itu Chaos melemahkan cekikannya, lalu melepaskan Arzen. Setelah itu ia menggenggam tangan kanan Arzen, lalu membawanya pergi ke lapisan terdalam dari dunia.
Arzen kebingungan melihat kakaknya yang membawanya pergi ke Void, ia ingin bertanya namun karena takut, iapun enggan.
"Aku akan memperlihatkan segalanya, masa depan, dan hal-hal yang akan terjadi jika kehidupan di dunia, ada." mendengar perkataan dari Chaos, Arzen akhirnya mengikuti Perintahnya, dan membiarkan Chaos membawanya ke Void.
Sesampainya di Void, Chaos menyuruh Arzen untuk diam di dalam Void, dan setelah itu ia pergi memasuki sebuah pintu yang tertutup rapat dengan kunci-kunci, dan rantai-rantai yang mengikat pintu itu.
"Tunggu di, sini. Aku akan membawakan sesuatu." mengikuti perintah Chaos, Arzen menunggu di dalam Void.
Sesekali ia melihat sekelilingnya, dan menyadari bahwa tidak ada apapun di dunia itu. Kehidupan, kematian, bahkan struktur terkecil yang disebut sebagai 'Atom', tidak ada di dunia itu. Hanya ada satu benda yang ada di dunia itu, yaitu pintu yang dimasuki oleh Chaos.
"Apakah dia benar-benar tidak mengetahui, 'kesepian'? Tidak ada satupun yang mengisi dunia ini, tapi entah mengapa aku merasakan ada sebuah kelebihan dari dunia yang kosong ini, tapi apa kelebihannya?" gumam Arzen yang bertanya kepada dirinya sendiri.
Setelah itu Chaos akhirnya membukakan pintu, lalu Arzen pun akhirnya masuk kedalam pintu itu. Di dalam, Arzen merasakan gejala aneh pada dirinya. Tubuhnya seperti mengambang, mengikuti arus yang membawanya, dan tidak dapat dikendalikan.
"Jangan takut, ini adalah sesuatu yang disebut sebagai 'Waktu'. Di dunia ini, waktu belum diciptakan, tapi aku memanfaatkan isolasi ruang di kedalaman Void, dan menciptakan waktu yang dapat bergerak maju-mundur." penjelasan Chaos membuat Arzen kebingungan, karena ia tidak secerdas kakaknya.
"Jadi ... Artinya apa, kak?" tanya Arzen kepada Chaos.
"Jadi intinya. Aku memanfaatkan Void, untuk menciptakan garis waktu yang bisa bergerak maju-mundur. Apakah kau sudah paham, dengan penjelasan singkat ini?" tanya Chaos dengan senyuman tajamnya.
"Lalu... Apa yang kau ingin perlihatkan, padaku?" Chaos senang mendengar pertanyaan itu.
"Apakah kau tahu arti dari, 'Dampak krisis'?" gumam Chaos dengan suara yang berat.
"Dampak krisis?" Arzen kebingungan mendengar pertanyaan dari Chaos.
"Ya. 'Dampak krisis', itu adalah sebuah kejadian dimana kehancuran sebuah alam semesta terjadi, dan penyebab dari kehancuran alam semesta itu adalah 'Kehidupan'." perkataan Chaos membuat Arzen terkejut saat mendengarnya.
"Apa maksudmu? 'Kehidupan' adalah penyebab kehancuran dari sebuah alam semesta? Yang benar saja! Aku tahu, aku tahu kau tidak menyukai 'Kehidupan', tapi menuduh 'Kehidupan' sebagai penyebab kehancuran, itu sudah keterlaluan! Kakak!" teriak Arzen dengan penuh amarah kepada Chaos.
"Benarkah? Aku beritahu kau, 'Kehidupan' akan terus berkembang, dan seiring berjalannya waktu, walaupun memakan waktu berabad-abad lamanya, pada akhirnya 'Kehidupan' akan menghancurkan alam semesta yang mereka tempati, bersama dengan seisinya dan 'Kehidupan' itu sendiri." lagi-lagi penjelasan Chaos, membuat Arzen sangat terkejut.
"Itu adalah hal yang mustahil, kakak! Kehidupan, tidak akan dapat menghancurkan sebuah alam semesta. Karena 'Kehidupan' memiliki lawan yang sangat kuat, yaitu 'Kematian'. Jika ada sebuah Kehidupan yang akan berpotensi menghancurkan sebuah alam semesta, maka Kematian akan secara otomatis menghentikan kehidupan itu." setelah mendengar jawaban Arzen, Chaos membawanya ke masa depan.
Di sana, Chaos dan Arzen melihat detik-detik kehancuran sebuah alam semesta. Arzen ingin berlari ke arah alam semesta yang sekarat itu, namun sebuah rantai muncul dari sekitarnya, dan mengikatnya dengan erat.
"Lepaskan ini, kakak! Jika aku tidak melakukan apa-apa, Alam semesta itu, dan seluruh isinya akan lenya-...."
"Diam, lihatlah detik-detik kehancuran itu." Chaos menyela omongan Arzen, dan hanya terdiam menyaksikan alam semesta yang perlahan-lahan mulai berdenyut keras.
Tak lama kemudian alam semesta itu hancur, dan suaranya bergema ke berbagai alam semesta yang ada disekitarnya.
[STROOM! ZREEEP, FLUP!] bunyi suara dari alam semesta yang telah hancur itu.
Setelah itu, perlahan-lahan pecahan-pecahan, abu-abu dari alam semesta itu mulai menyatu, dan sebuah lubang hitam muncul, lalu menghisap sisa-sisa dari alam semesta yang hancur itu. Arzen hanya dapat terdiam, ia terkejut melihat ciptaannya yang sangat berbahaya.
"Bagaimana? Kau sudah melihatnya, kan! Kehidupan di dunia ini akan membawa sebuah bencana. Jadi tolong, berhenti menciptakan kehidupan di dunia ini. Aku tidak masalah jika kau ingin menciptakan benda-benda bersinar, tapi jika kau menciptakan kehidupan, aku tidak akan tinggal diam." seru Chaos kepadanya, dan setelah itu ruang yang berada di sekitar mereka mulai menyusut, dan mereka kembali di lapisan terdalam Void.
Arzen akhirnya terlepas dari rantai yang mengikatnya, dan merasa kecewa dengan apa yang baru saja ia lihat.
"Aku rasa, ucapan kakak mungkin benar adanya. Tapi..." Arzen berhenti berbicara untuk sesaat, lalu muncul sebuah biji pohon dari tangan kanannya.
Chaos hanya menoleh sedikit ke arahnya, ia kesal karena sikap keras kepala dari adiknya itu, namun ia menahan amarahnya, lalu mengabaikan pandangan darinya. Arzen yang tahu kakaknya sedang lengah, memukul pundak kakaknya dengan biji pohon yang berada di telapak tangannya.
[BRUK...!] suara pukulan yang keras terdengar bergema di Void.
Chaos juga merasakan sebuah kejanggalan dari dirinya, tubuhnya perlahan mulai terhapus, dan tepat saat ia menoleh ke belakang.
[ZRAAKK...!] suara tebasan pedang terdengar.
Chaos terkejut, karena ia dan Arzen adalah sebuah konsep dasar yang tidak dapat dihapuskan dari dunia ini, bahkan ia seharusnya tidak mengalami luka apapun. Namun sekarang, ia menerima sebuah tebasan pedang yang menembus tubuhnya.
"Ar-zen... Ke-na ... pa?" Chaos bertanya, dan kecewa melihat tindakan dari adiknya.
"Maaf, kakak. Tapi, jika kau akan menghalangiku, maka ini adalah keputusan yang harus aku lakukan." jawab Arzen sambil mengalihkan pandangannya dari hadapan Chaos.
"Kau...! Baiklah, jika kau masih keras kepala, aku akan menjadi Kehidupan, dan menghancurkan dunia ciptaan mu. Jika menghentikan mu dengan nasihat tidak berhasil, aku akan menghancurkan dunia ini dari keturunan ciptaan-mu. Tunggulah, nikmatilah masa-masa indah mu saat menciptakan dunia ini, hingga aku terlahir kembal-...i!" setelah mengutuk, dan menyumpahi Arzen, Chaos akhirnya lenyap dari dunia ini.
Arzen mengambil seluruh kekuatan yang tanpa batasan milik kakaknya, lalu menyatukan dirinya dengan kekuatan kakaknya sendiri. Setelah itu, ia keluar dari lapisan terdalam Void, dan menyegel pintu masuk, dan wilayah Void dari dunia. Ia memisahkan Void dari dunia lainnya, dan menaruhnya jauh di dalam lubang yang berada di dasar dunia.