Alurnya sekarang berbeda, tak ada lagi telinga yang mau mendengarkan cerita.
Makin kesini, aku sedikit iri. Pada mereka yang berdialog asyik dengan gelak tawa melepaskan dahaga.
Sayangnya, aku masih tak berdaya.
Walaupun sering mencoba untuk berusaha. Lagipula, siapa yang peduli? Semua orang berupaya dengan usahanya masing-masing.
Jadi, aku tak bisa berharap didengarkan. Terlebih, sekarang ini malah lebih sering dilihat sebagai pengemis.
Aku bertanya pada gawai tempatku bicara, apa separah ini rasanya tak berguna?
Apa seperti ini tak dihargai?