Chereads / Ternyata, Aku Manusia / Chapter 91 - 15. Langkah | Ternyata, Aku Manusia

Chapter 91 - 15. Langkah | Ternyata, Aku Manusia

Sesekali, aku duduk di teras rumah, memikirkan hal tersebut. Contoh kecilnya adalah zaman sekarang yang semrawut, menurutku.

...

Terhadap ranu, bukannya aku mau jadi sok pahlawan. Atau mau dipandang sebagai orang bijak. Seban, definisi bijak itu luas sekali.

Aku hanya merasa, bahwa aku jadi punya tanggung jawab moril terhadapnya. Selain karena aku yang terlahir sebagai anak tunggal, yang tak punya adik. Aku merasa lebih dari hal tersebut.

Aku pernah dan mungkin beberapa kali ini masih merasakannya. Tentang bagaimana susana hati Dalam Kecewa, terlepas itu sederhana atau luar biasa.

Tentu juga soal zaman sekarang, yang cukup mempermudah manusia dalam bergerak. Namun tak menyisihkan ruang berpikir yang lebih konklusif.

Bukan sok paling pandai dan paham tentang cara berpikir. Bahkan aku yang ku rasa tak punya dasar ilmu, tentang mempelajari cara berpikir dan pola pikir manusia saat ini, bisa menelaahnya dengan seksama.

...

Saat di teras depan, aku tersenyum sendiri beberapa kali, memandangi gelas kopi yang tak berhenti ku sesap dengan mantap.

Walau telingaku agak rusak, gemericik hujan masih tembus menggetarkan gendang telingaku. Memancarkan elektron sampai ke otak untuk diterjemahkan.

Hidungku mampet sebelah, tapi paru-paru yang dalamnya berasap ini tetap sanggup menarik oksigen dalam-dalam.

Andai saja aku masih kanak-kanak, aku akan sangat berteriak. Sayangnya hormon emosionalku menurun, dan bisa ku kendalikan arahnya.

Catatannya adalah:

Jika emosional makin menurun atau sengaja sangat diturunkan, maka apatis adalah bumbu yang ditumis