Chereads / Glimpse of Shadow / Chapter 1 - BAB I

Glimpse of Shadow

🇮🇩DanMerah
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1.4k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - BAB I

Drrt drrt

Ponselku bergetar. Aku mengemut jari jemari tangan kananku, membersihkan sisa penyedap rasa yang menempel disana, lalu mengambilnya di bawah selimut tanpa mengalihkan padanganku dari layar komputer yang menampilkan drama kesukaanku dan Nelly.

Teman kak Aran?

Aku meletakkan toples keripikku di pangkuan Nelly, lalu berdiri sambil mengantongi ponselku di saku celana. Nelly yang semula tidak memedulikan sahabatnya ini akhirnya mengalihkan pandangannya dari layar komputer dengan berat hati. Sesekali matanya meliriknya lagi, tak mau ketinggalan alur cerita drama yang baru saja kami unduh.

"Mau kemana kamu jam segini?" Tanyanya.

Aku mengatakan bahwa ada teman kak Aran yang sedang menunggu di gang depan, dia mau menitipkan sesuatu untuk kekasihku itu. Dia bilang dirinya terburu-buru dan hanya sempat mampir kesini untuk memberikannya padaku. Nelly mengangguk sambil terlihat sedang mempertimbangkan sesuatu.

"Ayo deh tak temani," toh, dia bisa lanjut menonton dramanya nanti.

Tapi aku menolaknya dan ku katakan bahwa aku akan kembali secepatnya.

"Pakai jaket lah. Nanti masuk angin, repot."

Suara Nelly mengabur dari balik pintu kamar kost kami. Aku mengabaikannya dan segera berjalan keluar, memastikan untuk tidak membuat kegaduhan agar tidak membangunkan ibu kost yang sudah tidur di kamar depan.

Begitu berada di luar rumah, udara dingin menelusup di sela-sela kulitku. Bulu kudukku meremang. Aku menggosok kedua lenganku untuk menyesap sedikit kehangatan, sambil berjalan menyusuri gang yang sudah sepi. Dari kejauhan, nampak seorang laki-laki duduk di atas motornya. Perawakannya tinggi dan gagah. Aku memperlambat langkahku lalu meraih ponselku. Ku pastikan orang yang duduk disana adalah teman kak Aran yang tadi menghubungiku. Setelah yakin, aku pun menghampirinya.

Lalu lalang kendaraan semakin lenggang seiring dengan malam yang menua. Meskipun gang ini lebar dan diterangi lampu di sepanjang jalannya, tapi di mulut gang yang dilingkupi gapura tidak diberi satu pun lampu, menjadikan tempat itu sedikit gelap. Aku berdiri dua meter dari teman kak Aran. Ku amati lekat wajah tampan yang asing di memoriku itu.

Meskipun ia memiliki wajah rupawan dan aura yang mampu membuat wanita manapun menoleh dua kali saat melihatnya, tapi aku tidak bisa mengagumi ketampanannya itu. Aku merasakan ada hal lain tentang laki-laki di depanku ini yang membuatku tidak nyaman. Dia seperti bukan seseorang yang bisa ku perlakukan sebagaimana teman-temanku yang lainnya.

Dengan bantuan cahaya kendaraan yang berlalu, mata kami bertemu.

Seketika sekujur tubuhku menggigil. Buru-buru aku mengalihkan pandanganku pada tangannya yang menggenggam sebuah plastik hitam.

Kami bertegur sapa seadanya. Aku merasa canggung, sadangkan dia terlihat tidak peduli dan melakukannya hanya sebagai bentuk formalitas saja. Dia menyodorkan plastik hitam yang membungkus sebuah kotak di dalamnya, terasa ringan di tanganku. Aku berusaha menebak isinya, tidak ingat apakah kak Aran pernah bercerita bahwa ia sedang menginginkan sesuatu sampai meminta temannya untuk membelikannya dari luar kota.

Aku melihat teman kak Aran sudah menaiki motornya dan memakai helm. Dia pamit dan menitipkan salamnya pada kak Aran, aku tersenyum, melihat motornya yang perlahan membaur dengan lalu lalang kendaraan. Ku buka ponselku untuk mengirimi kak Aran pesan.

Kak aku baru tau temanmu yang itu.

Dia siapa?

Jempol yang mengetikkan pesan ketigaku berhenti. Firasatku memburuk.