Chereads / Glimpse of Shadow / Chapter 2 - BAB II

Chapter 2 - BAB II

Wed 11:43:07

Seorang wanita berpiyama pendek berjalan di gang yang sepi. Dia terus menggosok kedua lengannya. Udara malam itu pasti dingin baginya.

Langkah kakinya melambat. Dia melihat ke arah gapura yang menjadi pintu masuk gang, kemudian berhenti. Dikeluarkannya ponselnya dari saku celana, ia kemudian menunduk untuk mengetikkan sesuatu. Gerakannya berhenti, lalu ia mengetik sesuatu di layar ponselnya lagi. Setelah selesai ia kembali melihat ke depan, seolah telah yakin akan sesuatu, ia mengantongi ponselnya dan melanjutkan langkahnya.

Wed 11:45:12

Terlihat wanita yang sama berjalan keluar dari gang dan berdiri di bawah gapura. Dia melihat ke arah kanan selama beberapa saat, kemudian memposisikan badannya secara keseluruhan mengahadap ke arah itu.

Wanita itu terdiam disana selama lima menit lamanya, kemudian dia membalik badannya menghadap ke jalan raya.

Lalu lalang kendaraan malam itu semakin lenggang. Motor dan mobil pribadi melaju dengan kecepatan tinggi. Sebuah minibus putih melaju di bagian paling pinggir jalan, saat mobil hampir melintasinya, wanita itu berlari ke depan. Tabrakan pun tak bisa dihindari.

*

Seorang polisi menerima kantong plastik yang disodorkan oleh sekuriti bank, berisi dua buah CCTV bank yang letaknya tepat di samping gang kost May berada.

Saat mendapatkan hujanan telepon dari Nelly, Aran sedang terlelap di tempat tidurnya. Hari itu dia sangat lelah, setelah seharian melayani para pembeli yang membeludak di Swalayan tempatnya bekerja setiap akhir pekan. Masih dalam keadaan setengah sadar, dia mendengar Nelly menyuruhnya untuk ke rumah sakit tanpa menjelaskan apa pun padanya. Tapi Aran langsung mengerti, hanya tentang May-lah kemungkinannya. Tanpa berpikir panjang, dia meraih kunci motornya lalu mengambil jalan tikus agar bisa segera sampai di rumah sakit yang Nelly sebutkan.

Aran baru saja sampai di rumah sakit kota. Karena belum pernah ke rumah sakit ini, Aran menanyakan letak UGD pada seorang perawat dan segera menuju kesana.

Sesampainya di ruang UGD, sudah ada Nelly disana. Dia sedang menangis tersedu-sedu di pelukan ibu kostnya, dan ada pak RW yang berdiri di samping pintu UGD sedang menelepon seseorang. Seketika tubuhnya yang semula tegang mendadak lemas.

Dadanya berdegup kencang dan nafasnya mulai sesak. Dia coba meyakinkan dirinya sendiri, bahwa May-nya akan baik-baik saja.

Dia berjalan menghampiri pak RW yang terlihat lebih tenang.

"Gimana keadaan May, pak?" Suara Aran bergetar.

Pak RW yang baru menyadari kedatangannya mengangkat tangannya, meminta sedikit waktu untuk menyelesaikan panggilannya. Aran dapat menebak yang sedang berbicara dengan beliau adalah orang tua May. Tak berapa lama kemudian pak RW menyudahi teleponnya.

"Dek May sedang dalam penanganan, dek. Kondisinya kritis dan kami tidak bisa menemaninya di dalam karena bukan keluarga pasien, " pak RW merangkul bahu Aran, "mari berdo'a semoga dek May baik-baik saja."

"..Kak Aran," suara Nelly terdengar parau.

Aran menghampirinya dan duduk di sampingnya, "gimana kejadiannya, Nel?"

Nelly menahan tangisnya, berusaha agar lebih tenang lalu mulai menjelaskan apa yang terjadi malam itu pada Aran.

"May tiba-tiba mau keluar, dia bilang, dia dihubungi seorang teman kak Aran yang menunggunya di gapura untuk mengantarkan barang titipan milikmu, kak.

Awalnya aku mau ikut menemani, tapi May bilang nggak usah, dia cuma sebentar dan akan balik secepatnya."

Sampai sini tangis Nelly kembali pecah. Dia mencoba untuk menahannya agar tidak menimbulkan banyak kegaduhan dan mengganggu istirahat pasien lain.

"Coba kalau saat itu aku ngotot ikut,.. kejadiannya nggak akan seperti ini, kak,.."

Aran hanya terdiam mendengarkan penjelasan Nelly. Dia mencoba meyakinkan, bahwa ini bukan salahnya dan May pasti akan baik-baik saja.

Namun, diam-diam pikiran Aran langsung tertuju pada pernyataan Nelly bahwa ada temannya yang menghubungi May saat itu dan mengatakan dia membawa barang titipan miliknya. Aran yakin, Aran tidak menitip apa pun pada siapa pun.

Dia memeriksa telepon yang sedari tadi belum sempat ia buka. Baru dia sadari, ada dua pesan baru dari May yang belum sempat dia baca. Jantungnya berhenti saat melihat waktu pesan tersebut masuk adalah di jam yang sama dengan kecelakaan terjadi.

Kak aku baru tau temanmu yang itu.

Dia siapa?

Huff

Hahh Hahh

Napas Aran mulai tidak teratur. Dia menyandarkan punggungnya ke dinding dan memejamkan matanya, menutup bibirnya rapat-rapat dan berusaha mengatur napas melalui hidungnya.

May pasti baik-baik aja.

May pasti baik-baik aja.

Berulang kali ia membisikkan kata-kata itu untuk dirinya sendiri.

Teman?

Sekitar dua puluh menit kemudian, dua orang polisi datang untuk mendengarkan keterangan dari pak RW dan Nelly. Aran juga ikut dimintai keterangan karena seperti yang Nelly sebutkan, diduga May keluar malam itu untuk menemui temannya. Polisi menduga orang tersebut ambil andil dalam kecelakaan ini.

Setelah polisi pergi, keadaan May semakin memburuk. Tepat pukul 2 dini hari, May menghembuskan napas terakhirnya akibat kehilangan banyak darah.