Chereads / Gadis Buta Milik CEO / Chapter 14 - Rencana Nakal

Chapter 14 - Rencana Nakal

Adrew lelah dengan pekerjaannya hari ini, ia langsung tidur ketika sudah sampai kamar di kantornya. Setelah dua jam tidur, ia menonton kartun dimana Annisa menjadi salah satu dubber yang mengisi suara salah satu karakternya. Ia sudah seperti anak kecil saja, akan tetapi siapa yang tau kalau itu bentuk kebucinannya terhadap seorang gadis pengisi suara di serial kartun itu. Saking menikmati tontonannya, Adrew sampai guling-guling saat menertawakan hal lucu dalam cerita tersebut.

Ketukan pintu sampai tidak ia dengar saking terhanyutnya oleh cerita. Hal itu membuat Kevin murka dan menggedor pintu kamarnya dengan sangat keras.

"Pak Bos bodoh!"

Adrew belum juga membuka pintunya atau sekedar merespon, ia seolah menulikan pendengarannya hanya untuk memuaskan kesenangannya yang satu itu.

"Anjing, woy, buka!"

Brak!

Kevin akhirnya membuka pintunya dengan kasar dan membuat Adrew terkejut.

"Eh anjir, dari tadi gue tereak-tereak malah dikacangin!" teriaknya tak tahan.

Melihat wajah Kevin yang sudah merah dengan suara teriakan menggelegar, Adrew langsung mematikan layar ponselnya dan tersenyum santai.

"Sante dong, Brother. Gue cuma mau nonton sebentar kok," ujarnya.

"Nonton kartun, kan?" sindir Kevin langsung mendekat dan melempar berkas yang perlu ditanda tangani. "Lu dicariin susah banget anjir!"

"Kalo gue gak stand by berarti gue emang lagi di sini, tidur atau mandi kek. Pokoknya kalau lo gak nemu gue di kantor, lo cari ke sini."

"Lo gak bilang, bangke."

"Emang lo udah cari gue kemana aja?"

"Ke semua penjuru kantor lo yang seluas lapangan golf dan setinggi menara eifel ini, puas?"

Adrew malah tertawa mendengar hal itu, ia lalu membaca dokumen yang diberikan Kevin lalu menandatangi yang perlu ia tanda tangani.

"Abis ini pulang aja sono, biar yang marahin lo Nyokap lo sendiri, Boss.'

"Berisik deh lo, gue gak bisa pulang dalam waktu dekat dengan ritme kerja begini."

"Emang biasanya lo kayak Bang Toyib jarang pulang, kan?"

Adrew mendengus sambil menorong Kevin dengan berkas yang sudah ia tanda tangani, "Keluar sana, gue mau tidur lagi."

"Setengah jam lagi ada rapat loh, Bos."

"Tau, 15 menit gue tidur lagi abis itu siap-siap. Dah sana."

"Oke."

Adrew kembali tidur sebelum melanjutkan aktifitasnya lagi yang akan diadakan setengah jam lagi. Entah bagaimana nanti ia akan meneruskan perjalanan itu, intinya sekarag ia hanya ingin mengistirahatkan tubuhnya.

Sayangnya Adrew tidak tau ada satu berkas yang ia lewatkan, saat Kevin sampai di meja sekretaris, ia langsung ditanyai Yura yang merupakan sekretaris ke-2 milik Adrew.

"Gimana, Kak?" tanya Yura antusias.

"Haha beres, dia gak nanyain."

"Wah, gak dibaca nih berarti," ujar Yura geleng-geleng.

Mereka memang merencanakan sesuatu untuk ulang tahun Rexan Corp, jadi nanti Adrew yang menandatanganinya. Intinya sih apapun masalahnya nanti, Adrew yang akan bertanggungjawab. Kesalahannya hanya satu, yakni menandatangani berkas tanpa dibaca terlebih dahulu.

Sebenarnya mereka sudah diminta oleh para direktur, tetapi Adrew mengesampingkannya, jadi biar mereka yang mengaturnya agar Adrew tidak terlalu pusing dengan masalah yang lebih ringan daripada proyek besar seperti mobil otomatis itu.

+++

"Annisa, lo dipanggil Pak Dian," ujar Dania.

"Eh masa Kak, aku ngelakuin apa?" tanya Annisa.

"Enggak tau, temuin aja sapa tau penting."

Sudah jadi rahasia umum kalau Dian lebih perhatian pada Annisa, banyak yang menduga karena Annisa buta makanya Dian simpati padanya. Akan tertapi Dania melihat bahwa tatapan Dian pada Annisa melebihi rasa simpati, tetapi cinta.

Sayang sekali, padahal Dania juga mecintai bosnya itu sejak bertahun-tahun lamanya, sekitar tiga tahun lalu saat Dian baru saja mengelola rumah produksi kartun itu. Pada akhirnya Dania tak bisa memaksakan situasi, cinta tak bisa dipaksakan. Lagipula ia tak cukup percaya diri untuk berdiri di sisi Dian yang merupakan pria idaman itu, ia terlalu jauh untunya.

Ia tau bahwa Annisa memiliki kebutaan yang merupakan kekurangannya, akan tetapi itu bukan masalah baginya. Ia memang memiliki kelebihan, kelembutan hatinya, kelembutan sikapnya dan caranya memandang dunia dengan hati meski bukan mata yang mengindranya. Dunia tampak indah kalau Annisa yang mendefinisikan semuanya, semua menjadi ringan kalau Annisa yang menasihatinya atas tiap beban yang ia ceritakan padanya.

Ruangan Dian agak di dekat ruang rekaman, terbatas oleh satu jembatan kaca yang menghubungkan dua gedung yang berjarak dua meter. Annisa terus mengoperasikan tongkatnya dan berjalan menuju ke arah ruangan Dian.

Hingga ketika ia sudah sampai di depan ruangan Dian, ia mengetuk pintu dan tak lama ia mendapat jawabannya, lalu ia menunggu di luar sampai Dian keluar. Annisa menyentuh kursi yang ada di sekitar sana, meraba tempat duduknya lalu duduk di atasnya dengan hati-hati.

Tak lama Dian keluar dan menghampiri Annisa dengan segelas tes hangat, ia membuatnya sendiri untuk Annisa. Ia paham Annisa tak ingin berdua saja dengannya di satu ruangan, jadi ia yang mengalah untuk bertemu di luar dan menjaganya.

"Halo Nis, ini tehnya," ujar Dian menyerahkan segelas the di dekat tangan Annisa agar Annisa bisa langsung mengambilnya.

Sentuhan gelas itu membuat Annisa langsung merespon dan mengambilnya. Meski pandangannya kosong, ia tetap tersenyum ramah hingga semua orang melihatnya selalu cerah. Mungkin inilah yang dinamakan sawang sinawang, orang melihat Annisa enak tidak memiliki banyak masalah, akan tetapi kebutaan juga merupakan masalah yang membuatnya menjalani hidup dengan cara yang berbeda dengan orang lain. Mulai dari ia yang harus menjalani harinya dengan tongkat, kadang dihina orang, ditambah kondisi jalanan yang banyak kejahatan. Lari pun ia tak bisa, sebab penglihatannya yang tidak bisa digunakan itu.

"Makasih, Pak."

"Sama-sama," jawab Dian duduk di sebrang kursi yang ada di depan Annisa.

"Jadi Bapak ingin menyampaikan apa yah, Pak?" tanya Annisa.

Dian terkekeh, "Oh iya, jadi gini … dari pihak perusahaan Rexan Corp ingin mengadakann sebuah panggung hiburan yang diisi dengan beberapa kesenian. Kebeulan kartun 'Mencintai Alam Bersama Singa' terpilih menjadi salah satu pengisinya. Nanti mereka ingin mendatangkan para pengisi suara dan kita sekaliigus ngiklan gitu."

"Wah bagus tuh Pak," ujar Annisa.

Annisa memang salah satu penulis dalam serial ini, ia menulis dengan sangat telaten dan dengan imajinasinya mengedukasi anak-anak.

"Iya, jadi karena kamu salah satu penulisnya saya ingin kamu ikut menyampaikan bagaimana cerita ini dibuat."

"Mungkin kita bisa bicarakan lagi dengan Mbak Hana dan Mas Vino yang juga penulis utamanya, Pak."

"Tentu saja mereka sudah saya kasih tau tadi pagi malah, jadi sekarang penulis sudah setuju, nanti saya sampaikan pada para pengisi suara."

"Baik, Pak."

Annisa menyeruput sedikit demi sedikit teh itu dan terseyum pada Dian, sebeklum pamit pergi. Sebenarnya Dian tak rela membiarkan Annisa pergi, kapan lagi ia akan bicara secara langsung bersama Annisa, tetapi Annisa pun punya Batasan untuk tidak berduaan di luara urusa pekerjaan.

Ia sudah pernah mencobanya dan ditolak, ia tak ingin ada interaksi lain di luar pekerjaan, sebab nanti jatuhnya ikhtilat dan kholwat. Dian pun jadi belajar dari sikap Annisa, ia sangat mengagumi gadis itu, ia yang menjaga kehormatannya meski mungkin ia sering terancam nyawanya hanya karena ujian kebutaan dari Allah.

Sudah sejak ia masuk ke J-Production ini ia melihat Annisa dan langsung jatuh cinta, semakin ia mendalami gadis itu, semakin ia terpesona. Tutur katanya, sikapnya dan cara ia melihat dunia dengan hatinya, selalu berbeda, kritis dan solutif, tidak menggurui tapi menggunakan arah Islam yang merupakan langkah solusi yang Allah berikan.

Annisa mengajarkannya untuk tidak egois pada sekitar, ia yang selama hidupnya belum perrnah memikirkan masalah orang lain, secara perlahan ketularan vibes sosial milik Annisa. Begitu juga bagaimana cara ia berinteraksi, ia menjadi ramah dan menyapa banyak orang yang tak hanya yang ia kenal saja. Memang sih itu sulit dilakukan, tetapi ia jadi mulai bisa menerima semuanya dengan baik.

Sampai di ruang rekaman, Annisa langsung ditanyai Dania perihal apa yang dibicarakan Dian padanya. Annisa pun memberitahunya yang juga merupakan salah satu pengisi suara di serial 'Mencintai Alam Bersama Singa', jadi ia bisa menyampaikannya dengan leluasa.

"Gimana tadi, Nis, apa yang Pak Dian sampaikan?" tanya Dania antusias.

"Ini tentang event yang akan diadakan Rexan Corp yang akan mengundang kita yang ada di tim serial 'Mencintai Alam Bersama Singa', jadi di sana kita juga akan mengiklankan serial itu. Bagus juga yah, siapa tau nanti ada banyak anak-anak dari pekerja Rexan Corp yang suka sama serial edukasi ini."

"Bener tuh, Nis. Wah keren sih Rexan kalau ngapa-ngapain gak kaleng-kaleng, warbiasah!"

Annisa mengeryit bingung, Rexan, ia seperti pernah mendengar nama itu yang sangat familiar tetapi ia melupakannya.

"Rexan itu perusahaan apa sih?" tanya Annisa.

"Itu loh, Rexan perusahaan nomor satu di Indonesia bahkan dia udah masuk urutan perusahaan yang terbaik di Asia bahkan tingkat Internasional."

Annisa baru ingat, teman-temannya pernah menjelaskan itu padanya.

"Mereka yang mengeluarkan mobil limited edition, bukan?"

"Nah, itu. Bukan hanya itu sih, mereka punya cabang usaha lain yang lebih luas, kayak Hotel, Restoran, Taman HIburan, Mall, Minimarket dan Teknologi, ini kayak pembuatan computer dan laptop. Sebenarnya gue gak tau detailnya, tapi sekarang setelah mengakuisisi J-Production, ia mulai bergerak di bidang entartaiment. Kabarnya sih mereka mau mulai merambah ke dunia fashion, tapi gak tau kelanjutannya."

Annisa manggut-manggut, "Percaya atau tidak, aku baru inget kalau ada seorang Kakak kelasku yang merupakan anak pemilik Rexan Corp."

"Oh ya?! Siapa Darell atau Adrew, kayaknya dari usia sih lu seangkatan sama Adrew ya?"

"Iya, dulu dia popular banget …."

"Percaya deh, udah tajir, tampn dan mempesona. Dia udah jadi CEO Rexan Corp kok, kemarin aja dia ke sini pas peresmian."

Deg!

Annisa terkejut bukan main, apa yang dimaksud Dania itu adalah orang yang memberikan sambutan dan memberikan hadiah pada mereka semua. Aoa Adrew mengingatnya dan tentu ia tak bisa melupakan masa lalu yang sangat menyedihkan itu.

Ibunya sudah mewanti-wanti agar ia tidak boleh bertemu dengan Adrew lagi, tapi apapun alasannya ia tak bisa menghindari acara besok. Ia adalah salah satu penulis utama dari proyek mereka kali ini. Sebenarnya mudah baginya untuk membuat alasan, tetapi ia sudah janji untuk tidak melibatkan kekurangannya dalam mencari alasan.

Dania menyadari perubahan raut wajah Annisa yang berubah murung, Ia takut kalau terjadi sesuatu.

"Hei, Nis, lo gak papa kan?" tanya Dania panik.

"Maaf ya," ujar Annisa. "Aku gak papa, cuma tadi inget sesuatu kayak ada yang lupa gitu."

"Ooooh."

Dania tersenyum padanya dan dibalas senyuman juga, mereka kemudian membahas hal lain dan Dania terlihat sangat mengagumi sosok CEO yang merupakan Adrew itu. Padahal Annisa sudah berusaha mengalihkan pembicaraan, entah kenapa Dania selalu menghubungkan lag dengan si Adrew itu.

Sejujurnya ia ingin melupakan kejadian itu, ia sudah ikhlas dan tak ingin menyimpan dendam. Namun, ibunya memintanya untuk senantiasa menjauh dari semua tentang Rexan, apakah nantinya ia bisa melakukan itu pun ia tak tahu. Dunia ini milik Allah, ada daerah yang tak bisa kita kuasai, seperti halnya bertemu dengan seseorang yang Allah kehendaki. Mungkin juga ada alasan lalin mengapa kita bisa bertemu dengan seseorang, mungkin ia singgah untuk memberi pelajaran hidup.

Annisa selalu positif tingking tentang itu, ia hanya bisa berharap kalau harapan ibunya terkabul, karena ia pun tak tau apa yang akan ia katakana ketika bertemu. Bagaimana kalau Adrew membahas tentang masa lalu mereka, apa yang akan ia katakana dan apa yang akan ia lakukan.

Intinya ia tak memiliki dendam apapun pada Adrew, hanya ketika ia bertemu, ia hanya akan menyapa dan semuanya selesai seperti orang yang hanya tau nama tetapi tak dekat. Toh dulu mereka tidak dekat, hanya gossip tentang Adrew yang menyukainya itu malah menjadi mala petaka karena Celsea dan kawan-kawan menyiksanya hanya karena gossip tak berdasar itu. Hasilnya, kini ia buta hanya karena cinta buta gadis remaja kesepian seperti Celsea, sungguh menyedihkan.

Meski begitu ia akan bersiap, apapun yang terjadi pertemuan akan terjadi di hari itu, hari di mana mereka mengunjungi kantor Rexan, pasti akan ada Adrew bahkan jika itu hanya betemu tanpa ada percakapan apapun.

Di kantornya, Adrew mendelik melihat apa yang dibuat oleh kedua sekretarisnya yang sekarang hanya cengar-cengir itu.

"Si gelo, ngapain kalian woy, anjir!"

"Me—maaf Pak, para direktur mendesak," ujar Yura gugup.

Sementara Kevin hanya senyum-senyum, lalu ia maju dan berkata bahwa akan ada Annisa di sana, itu senjatanya yang paling ampuh untuk melindunginya dari kemarahan bosnya.

"Akan ada Annisa yang kita undang," ujarnya.

"Apaan lo bawa-bawa Annisa, bangke!"

"Hehe … kita ada mengundang J-Production, dimana mereka akan diberi kesempatan untuk memprimosikan serial terbaru, yaitu Mencintai Alam Bersama Singa. Ini kartun fable yang sudah hamper selesai untuk pembuatan episode 10. Nanti akan diterbitkan di TV dan Youtube berlangganan. Ada banyak juga yang perlu merek apromosikan, jadi karena kita juga baru mengakuisisi J-Production, kita harus menunjukan keseriusan kita dalam menggarap J-Production ini. Bagaimana?" tanya Kevin.

Raut wajah Adrew yang tadinya kaku menjadi lebih halus, ia senang dengan kehadiran Annisa, tetapi penjelasan logis Kevin bisa diterima juga. Meski ia bucin, tetap saja ia tak akan mengizinkan Kevin tidak professional.

"Oke, bisa diterima. Tapi untuk hukuman kalian yang melakukan tindakan tanpa pemberitahuan, yaitu lembur sampai pagi."

"Pak!" pekik Kevin dan Yura bersamaan.

Adrew menyeringai, "Rasakan!" ujarnya sebelum kembali ke kursinya dan mengusir kedua sekretaris nakalnya itu untuk pergi dari ruangannya itu.