Chereads / Peace Hunter / Chapter 462 - Chapter 462 : Suara Yang Terasa Familiar

Chapter 462 - Chapter 462 : Suara Yang Terasa Familiar

Sementara itu, beberapa saat sebelumnya, di halaman depan kediaman Duke Louis.

Aku baru saja selesai menyembuhkan para prajurit Duke San Lucia yang terluka akibat insiden penyerangan yang dipimpin oleh High Priest Julian. Para prajurit yang terluka itu pun mengucapkan terima kasih kepadaku setelah aku sembuhkan.

"Terima kasih, Rid Archie," ucap para prajurit itu.

"Iya, sama-sama," ucapku.

Sementara itu, Irene yang berada di dekatku mulai berbicara kepada para prajurit itu setelah aku selesai menyembuhkan mereka.

"Aku minta maaf karena harus meminta hal ini kepada kalian padahal kalian baru saja disembuhkan. Aku minta tolong kepada kalian untuk pergi ke gerbang depan kediaman untuk mengendalikan situasi disana. Setelah insiden penyerangan yang dilakukan oleh High Priest Julian telah berakhir, para warga yang tinggal di dekat kediaman ini atau orang-orang yang sedang berada di dekat kediaman ini kini mulai mendekat untuk mencari tahu lebih detail tentang penyerangan itu. Bahkan katanya ada orang-orang dari Diganta yang berada di antara kerumunan orang-orang itu. Aku minta tolong kepada kalian untuk menahan orang-orang itu dan sebisa mungkin jangan biarkan mereka untuk masuk ke halaman kediaman ini," ucap Irene.

"Baik, putri Irene. Selain itu, anda tidak perlu minta maaf," ucap salah satu prajurit.

"Itu benar, lagipula sekarang kami sudah pulih sepenuhnya,"

"Iya, kami sekarang sudah siap kembali untuk menjalankan perintah apa saja," ucap prajurit lainnya.

"Baiklah jika kalian bilang begitu. Sekarang, cepat kalian pergi ke gerbang depan kediaman ini," ucap Irene.

"Baik, putri Irene," ucap para prajurit itu.

Setelah itu, para prajurit yang baru saja disembuhkan itu pun langsung bergegas pergi untuk menuju ke gerbang depan kediaman menyusul para prajurit yang sudah berada disana sebelumnya. Saat ini, para prajurit Duke San Lucia kebanyakan sedang berada di gerbang depan kediaman untuk mengendalikan situasi disana karena disana sedang ada banyak kerumunan orang yang penasaran terhadap insiden penyerangan yang sebelumnya terjadi. Sementara sisanya berada di halaman depan kediaman Duke Louis. Mereka yang berada di halaman depan kediaman bertugas untuk menjaga area di sekitar halaman depan, menjaga para Priest yang terluka agar tidak melarikan diri serta menjaga jasad-jasad dari para Priest yang sudah tewas.

Jasad para Priest yang sudah tewas itu kini telah ditutup oleh sebuah kain besar yang menutupi seluruh tubuh mereka. Jasad High Priest Julian pun juga telah ditutup oleh kain besar. Tidak hanya jasad para Priest saja, jasad dari beberapa prajurit Duke San Lucia yang telah tewas pun juga ditutup oleh kain besar itu.

Saat ini, setelah menyembuhkan para prajurit yang terluka itu, aku menoleh dan melihat ke arah jasad-jasad para prajurit yang sudah berjejer rapi yang jaraknya cukup jauh dari tempatku berada. Beberapa prajurit terlihat sedang berdiri sambil melihat ke arah para prajurit itu. Ada sebagian dari mereka yang sedang berjongkok dan juga meratapi para jasad prajurit itu. Melihat mereka yang sedang meratapi jasad para prajurit itu membuatku berpikir kembali kalau tewasnya mereka mungkin karena kesalahanku.

Tetapi ketika aku sedang memikirkan hal itu, Irene yang berada di sampingku tiba-tibaku berbicara.

"Semua ini bukan kesalahanmu, Rid. Mereka tewas pun juga bukan karena kesalahanmu, jadi kamu tidak perlu lagi memikirkan hal itu," ucap Irene.

Setelah mendengar Irene mengatakan itu, aku pun langsung menoleh dan melihat ke arah Irene. Kemudian, aku melihat Irene juga melihat ke arah yang sama dengan yang aku lihat sebelumnya, yaitu ke arah jasad para prajurit yang telah tewas. Aku tidak menyangka kalau Irene mengatakan itu disaat aku memikirkan tentang hal itu sebelumnya. Aku merasa Irene seperti bisa membaca pikiranku.

Lalu setelah melihat ke arah Irene, aku lalu melihat kembali ke arah jasad para prajurit itu. Setelah itu aku pun berbicara kembali untuk menanggapi perkataan Irene sebelumnya.

"Iya," ucapku.

Setelah mengatakan itu, aku lalu kembali menoleh ke arah samping. Tetapi aku bukan menoleh ke arah Irene karena Irene saat ini berada di sebelah kananku, sementara aku sekarang menoleh ke arah kiri. Di sebelah kiriku saat ini ada seseorang yang tidak kuduga akan datang ke tempat ini. Orang itu adalah nona Elsie, Priest gereja Sancta Lux yang aku bebaskan sebelumnya.

"Jadi, sampai kapan kamu mau berada di tempat ini, nona Elsie?," tanyaku.

Sebelumnya, ketika aku dan yang lainnya sampai di depan gerbang kediaman Duke Louis setelah sebelumnya kami berada di tempat yang cukup jauh dari gerbang kediaman itu, aku melihat nona Elsie sedang dikelilingi oleh beberapa prajurit Duke San Lucia. Aku pun langsung menghampiri mereka dan menanyakan kenapa mereka mengelilingi nona Elsie. Alasan mereka mengelilingi nona Elsie karena nona Elsie dianggap sebagai orang mencurigakan. Untungnya nona Elsie tidak melakukan apa-apa dan hanya diam saja sehingga beberapa prajurit Duke San Lucia yang mengelilinginya pun juga tidak melakukan apa-apa.

Setelah itu, aku pun memberitahu kepada para prajurit itu kalau nona Elsie merupakan orang yang aku kenal. Setelah aku memberitahu itu, para prajurit itu pun tidak lagi mengelilingi nona Elsie dan mereka kembali untuk melakukan tugas lain seperti berjaga di sekitar gerbang depan kediaman paman Louis. 

Sementara itu, Irene yang kebetulan juga mengikutiku pun terlihat sedikit terkejut begitu melihat nona Elsie. Irene tahu kalau nona Elsie merupakan salah satu Priest gereja Sancta Lux karena Irene pernah melihat nona Elsie disaat nona Elsie sedang menguping pembicaraanku dan yang lainnya di gereja Sancta Lux kota San Lucia. Karena itu, Irene langsung waspada ketika melihat nona Elsie di depan gerbang kediaman Duke Louis. Namun setelah itu, aku menjelaskan situasi nona Elsie kepada Irene, Irene pun mengerti tentang situasi nona Elsie dan dia pun menurunkan kewaspadaannya. 

Sementara itu, setelah sebelumnya aku bertanya kepada nona Elsie, nona Elsie pun langsung menjawab pertanyaanku.

"Entahlah, tergantung situasinya," ucap nona Elsie.

"Bukankah sebelumnya aku sudah bilang agar kamu segera pergi ke tempat orang tuamu tinggal dan jangan mengikutiku kesini? Namun kamu malah tetap datang kesini," ucapku.

"Setelah mendengar kalau kamu akan melawan orang-orang dari gereja Sancta Lux yang dipimpin oleh tuan High Priest Julian yang menyerang kediaman tuan Duke, mana mungkin aku tidak penasaran dan hanya diam saja. Aku awalnya tidak percaya kalau kamu akan melakukan itu. Aku berpikir kalau mungkin itu hanya gertakanmu saja. Tetapi setelah aku datang kesini, aku sangat terkejut. Aku tidak menyangka kalau kamu benar-benar melawan mereka. Kamu bahkan telah membunuh tuan High Priest Julian,"

"Jika tuan High Priest Theodor yang merupakan High Priest gereja Sancta Lux ibukota San Estella mengetahui tentang hal ini, beliau pasti tidak akan diam saja. Beliau pasti akan memerintahkan seluruh gereja Sancta Lux yang ada di kerajaan ini untuk kembali menyerang kediaman ini dan menghukummu. Tidak hanya itu saja, jika Holy Kingdom mendengar tentang hal ini, mereka pasti akan mengirimkan para Holy Knights untuk datang ke kerajaan ini dan mengincarmu," ucap nona Elsie.

"Aku tidak peduli. Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku tidak peduli siapa itu, aku akan melawan mereka semua yang berniat melakukan sesuatu kepada orang yang berharga bagiku," ucapku.

Nona Elsie pun terdiam setelah mendengar perkataanku. Melihat nona Elsie yang terdiam, aku pun melanjutkan perkataanku.

"Lebih baik kamu segera pergi sini, nona Elsie. Seperti yang kamu bilang tadi, jika High Priest Theodor itu tahu kalau High Priest Julian telah tewas, dia mungkin akan memerintahkan seluruh gereja Sancta Lux di kerajaan ini untuk datang kesini. Situasi di tempat ini akan menjadi lebih kacau dibanding sebelumnya,"

"Selain itu, kamu merupakan seorang mantan Priest gereja Sancta Lux. Jika orang-orang gereja Sancta Lux yang akan datang nanti melihat dan mengenalimu, kamu mungkin tidak akan bisa kabur dengan aman lagi karena mereka akan menandaimu," ucapku.

Setelah mendengar perkataanku, nona Elsie yang sebelumnya terdiam pun mulai berbicara.

"Ya, kamu ada benarnya. Mungkin aku akan segera pergi dari tempat ini dan pergi ke tempat orang tuaku tinggal. Tetapi bagaimana denganmu, Rid? Apa kamu akan melawan orang-orang gereja Sancta Lux yang akan datang lagi nanti?," tanya nona Elsie.

"Tentu saja. Lagipula mereka memang ada perlu denganku, maka aku sendiri yang harus meladeni mereka," ucapku.

"Begitu ya. Kalau begitu semoga beruntung, Rid," ucap nona Elsie.

"Iya," ucapku.

Setelah itu, nona Elsie pun kembali berbicara denganku.

"Aku akan segera pergi dari tempat ini, tetapi sebelum itu aku ingin memastikan sesuatu kepada para Priest yang terluka itu," ucap nona Elsie.

"Memastikan sesuatu? Apa itu?," tanyaku.

"Para Priest itu atau sebagian dari Priest itu, mungkin memiliki kesamaan denganku. Mereka mungkin menjadi Priest karena direkrut secara paksa. Jika memang ada dari mereka yang direkrut secara paksa, maka aku akan membujuk mereka untuk meninggalkan gereja Sancta Lux. Apalagi, situasi saat ini sangat memungkinkan untuk mereka agar bisa pergi meninggalkan gereja Sancta Lux. Maka dari itu, aku ingin memastikan terlebih dahulu apa ada dari mereka yang merupakan orang yang direkrut secara paksa oleh gereja Sancta Lux," ucap nona Elsie.

"Begitu ya, kamu ingin membujuk mereka untuk meninggalkan gereja Sancta Lux," ucapku.

"Iya. Apa boleh, Rid?," tanya nona Elsie.

"Aku sendiri tidak keberatan, tetapi seharusnya kamu bertanya kepada Irene bukan kepadaku. Karena para Priest yang terluka itu semuanya telah dikalahkan oleh para prajurit Duke San Lucia yang saat ini dipimpin oleh Irene. Jadi Irene yang menentukan nasib dari para Priest itu," ucapku.

Setelah aku mengatakan itu, nona Elsie lalu menoleh dan melihat ke arah Irene.

"Apa boleh aku melakukan itu, putri Irene?," tanya nona Elsie.

"Jika Rid tidak keberatan, maka aku pun juga tidak keberatan," ucap Irene.

Setelah mendengar perkataan Irene, nona Elsie tampak tersenyum senang.

"Terima kasih, putri Irene," ucap nona Elsie.

"Iya,"

"Leandra, Lily, segera kemari. Aku minta tolong kalian untuk menemani nona Elsie," ucap Irene sambil menoleh ke belakang.

Cukup jauh di belakang Irene, terlihat Leandra dan Lily sedang mengawasi sekitar halaman kediaman Duke Louis. Setelah mendengar perkataan Irene, mereka pun langsung menanggapinya.

"Baik, nona," ucap Leandra dan Lily.

Setelah itu, Leandra dan Lily pun langsung bergegas menghampiri kami.

"Kalau begitu, aku akan segera pergi untuk menghampiri para prajurit yang terluka itu. Setelah aku berhasil membujuk mereka, aku ingin meminta bantuanmu lagi, Rid. Aku ingin meminta bantuanmu untuk melepaskan gelang yang ada di lengan mereka agar ketika mereka sudah melarikan diri, mereka tidak akan bisa dideteksi keberadaannya," ucap nona Elsie.

"Baiklah, tetapi mungkin mereka nanti akan terkejut jika mereka mengetahui caraku untuk melepaskan gelang itu," ucapku.

"Tenang saja, mereka mungkin hanya terkejut di awal saja, sama sepertiku. Ya sudah, kalau begitu aku pergi ke tempat mereka dulu," ucap nona Elsie.

"Iya," ucapku.

Setelah itu, nona Elsie pun pergi ke tempat para Priest yang terluka itu sambil ditemani oleh Leandra dan Lily. Aku pun terus melihat ke arah mereka yang sedang menuju ke tempat itu.

Lalu beberapa saat kemudian, ketika aku sedang melihat mereka, tiba-tiba aku melihat sebuah cahaya yang bersinar cukup terang tiba-tiba muncul dari tempat jasad para Priest. Tempat jasad para Priest dengan tempat para Priest yang terluka terletak bersebelahan, jadi ketika aku melihat ke arah nona Elsie, Leandra dan Lily yang sedang menuju ke arah tempat para Priest yang terluka, secara tidak langsung pandanganku juga melihat ke arah tempat jasad para Priest.

Ketika cahaya yang bersinar cukup terang itu tiba-tiba muncul, beberapa prajurit yang menjaga tempat jasad para Priest itu tiba-tiba terkejut.

"Cahaya apa itu?!,"

"Cahaya itu berasal dari jasad High Priest Julian," ucap beberapa prajurit itu.

Setelah itu, salah satu dari prajurit yang berjaga di tempat itu tiba-tiba memanggilku dan Irene.

"Rid Archie, putri Irene, ada sebuah cahaya yang tiba-tiba muncul dari jasad High Priest Julian," ucap prajurit itu.

Prajurit itu mengatakan itu dengan nada yang cukup keras agar dapat terdengar oleh kami berdua.

"Ada sebuah cahaya yang tiba-tiba muncul dari jasad High Priest Julian? Apa mungkin cahaya itu berasal dari kristal komunikasi?," tanyaku.

"Ayo kita periksa, Rid," ucap Irene.

"Iya," ucapku.

Setelah itu, aku dan Irene pun langsung bergegas ke tempat jasad para Priest itu. 

Tidak lama kemudian, kami pun sampai di tempat itu. Ketika kami sampai di tempat itu, beberapa prajurit yang berjaga di tempat itu tengah fokus melihat ke cahaya yang tiba-tiba muncul itu. Sesuai yang dikatakan oleh prajurit sebelumnya, cahaya itu muncul dari jasad High Priest Julian yang telah ditutup oleh kain. 

Tidak hanya beberapa prajurit itu saja, nona Elsie, Leandra dan Lily sekarang juga sedang berada di tempat kami berada dan sedang melihat ke arah cahaya itu. Mereka yang sebelumnya berniat untuk pergi ke tempat para Priest yang terluka memilih untuk datang ke tempat jasad para Priest karena tertarik dengan cahaya itu.

"Cahaya itu, sepertinya itu berasal dari kristal komunikasi," ucap nona Elsie.

"Iya, aku sebelumnya juga berpikir begitu," ucapku.

"Jika memang begitu, itu berarti ada seseorang yang ingin menghubungi tuan High Priest Julian. Apa mungkin itu tuan High Priest Theodor?," tanya nona Elsie.

"Sebelum itu, aku akan memeriksanya terlebih dahulu," ucapku.

Setelah itu, aku lalu menghampiri jasad High Priest Julian yang telah ditutup oleh kain. Aku lalu membuka kain yang menutupi jasad High Priest Julian. Setelah kain itu terbuka, terlihat cahaya itu berasal dari dalam pakaian yang dikenakan oleh High Priest Julian. Aku pun lalu memeriksa ke dalam pakaian yang dikenakan oleh High Priest Julian dan akhirnya aku mendapatkan sesuatu. Setelah sesuatu itu berhasil aku dapatkan, aku pun langsung mengambilnya dari dalam pakaian High Priest Julian. Setelah sudah berhasil ku ambil, aku lalu memperlihatkan sesuatu itu kepada orang-orang yang ada di tempat ini. Seperti yang sebelumnya aku pikirkan, cahaya yang tiba-tiba muncul dari jasad High Priest Julian merupakan sebuah kristal komunikasi yang saat ini sedang aku pegang. Kristal komunikasi yang aku pegang ini masih bercahaya. Itu berarti ada seseorang yang masih terus berusaha untuk menghubungi High Priest Julian.

Setelah memperlihatkan kristal komunikasi itu, nona Elsie lalu bertanya kepadaku.

"Apa yang kamu lakukan kepada kristal komunikasi itu? Apa kamu mau meresponnya atau kamu mau mendiamkannya saja?," tanya nona Elsie.

"Aku akan meresponnya, karena mungkin orang yang sedang berusaha menghubungi High Priest Julian ini adalah orang yang memerintahnya untuk menyerang kediaman Duke Louis," ucapku.

"Ya sudah jika itu maumu," ucap nona Elsie.

Setelah itu, aku bertanya kepada orang-orang yang ada di sekitarku.

"Kalian tidak keberatan apabila aku merespon kristal komunikasi ini, kan?," tanyaku.

"Aku tidak keberatan," ucap Irene.

Leandra, Lily dan para prajurit yang ada di sekitarku pun mengangguk.

"Baiklah jika kalian setuju, aku akan langsung merespon panggilannya," ucapku.

Setelah itu, aku pun langsung menjawab panggilan yang ada di kristal komunikasi itu.

"Halo?," ucapku.

Setelah mengatakan itu, aku langsung mendengar suara dari orang yang berusaha menghubungi High Priest Julian lewat kristal komunikasi itu.

"Suara ini, kau bukanlah tuan Julian. Siapa kau?!," tanya High Priest Theodor.

-

Sementara itu, di ruangan tempat Ratu Kayana dan yang lainnya berada.

Setelah menanyakan tentang siapa orang yang ada di balik kristal komunikasi, orang di balik kristal komunikasi itu pun lalu memberikan tanggapan.

"Iya, saya memang bukanlah High Priest Julian," ucap orang dibalik kristal komunikasi itu.

High Priest Theodor terlihat terkejut begitu mendengar tanggapan dari orang dibalik kristal komunikasi itu. Sementara beberapa orang yang ada di ruangan itu seperti nona Karina, Ratu Kayana, Duke Louis, Duchess Arlet dan beberapa orang lagi terlihat terkejut begitu mendengar suara orang di balik kristal komunikasi itu. Itu karena suara orang itu terasa familiar.

"Suara ini, jangan-jangan....," pikir Ratu Kayana.

Sementara itu, High Priest Theodor kembali menanyakan sesuatu kepada orang yang berada dibalik kristal komunikasi itu.

"Jika kau bukan tuan Julian, lalu kau siapa? Apa kau merupakan Priest bawahan tuan Julian?," tanya High Priest Theodor.

"Saya juga bukan Priest bawahan High Priest Julian," ucap orang dibalik kristal komunikasi itu.

"Lalu siapa kau?!," ucap High Priest Theodor dengan nada yang terdengar sedikit kesal.

"Saya akan memberitahu siapa saya, tetapi sebelum itu beritahu dulu siapa anda," ucap orang itu.

"Aku adalah Theodor, High Priest yang berasal dari gereja Sancta Lux ibukota San Estella. Aku sudah memberitahu siapa diriku, sekarang cepat beritahu siapa kau," ucap High Priest Theodor.

"Begitu ya, jadi anda merupakan High Priest Theodor. Anda merupakan pimpinan dari High Priest Julian. Itu berarti apa anda juga yang telah memerintah High Priest Julian untuk menyerang kediaman Duke Louis dan menculik Irene sebagai umpan untuk merekrut saya?," ucap orang itu.

High Priest Theodor yang mendengar hal itu pun terlihat terkejut.

"Apa yang baru saja kau katakan? Kau bilang 'merekrut saya'?, Jangan bilang kalau kau ini.....," ucap High Priest Theodor.

"Itu benar, saya adalah Rid Archie, orang yang diincar oleh High Priest Julian sekaligus oleh anda agar bergabung dengan gereja Sancta Lux," ucap Rid dari balik kristal komunikasi.

High Priest Theodor pun sangat terkejut setelah mendengar perkataan Rid. Tidak hanya High Priest Julian saja, melainkan semua orang di ruangan itu pun terkejut, tidak terkecuali nona Laviena. Mereka terkejut karena mereka tidak menyangka kalau Rid lah yang akan muncul dari balik kristal komunikasi itu.

"Rid Archie?," ucap nona Laviena.

Sementara itu, High Priest Theodor yang sebelumnya terkejut, mulai menanggapi perkataan Rid sebelumnya.

"Rid Archie?!?! Bagaimana bisa kamu tiba-tiba menjawab panggilanku?! Aku seharusnya sedang menghubungi kristal komunikasi milik tuan Julian, yang berarti seharusnya yang menjawab adalah tuan Julian sendiri atau setidaknya Priest yang menjadi bawahannya. Kenapa kamu bisa menjawab panggilanku?!," tanya High Priest Theodor.

"Saya bisa menjawab panggilan ini karena saya sekarang sedang memegang kristal komunikasi milik High Priest Julian yang saya ambil darinya," ucap Rid.

"Bagaimana bisa kau mengambil kristal komunikasi milik tuan Julian?! Tidak mungkin kau bisa mengambilnya semudah itu, pasti kau telah melakukan sesuatu kepada tuan Julian sehingga kau bisa mengambil kristal komunikasi miliknya. Apa yang telah kau lakukan kepada tuan Julian, Rid Archie?!?!," tanya High Priest Theodor.

"Soal itu, saya telah membunuh High Priest Julian, jadi saya bisa mengambil kristal komunikasi miliknya dengan mudah," ucap Rid dari balik kristal komunikasi yang dipegang High Priest Theodor.

Setelah mendengar perkataan Rid, High Priest Theodor terlihat sangat terkejut.

"A-apa katamu?!?!," ucap High Priest Theodor.

-Bersambung