Chereads / Peace Hunter / Chapter 164 - Chapter 164 : Peluru Pemantul dan Peluru Penghancur

Chapter 164 - Chapter 164 : Peluru Pemantul dan Peluru Penghancur

Pertandingan 8 besar turnamen akademi antara Chloe melawan senior Nadine pun masih berlanjut. Chloe terus menembakkan panah apinya ke arah senior Nadine. Setiap Chloe menembakkan panah api dari busur panahnya itu, panah itu bertambah menjadi 3 kali lipat karena bantuan kedua lubang yang berada di atas kepalanya. Tidak hanya Chloe yang terus menyerang senior Nadine, senior Nadine pun juga terus menyerang Chloe dengan senjatanya. Karena arena turnamen sudah berubah menjadi tempat dimana banyak bongkahan es mulai dari bongkahan es yang kecil hingga yang besar, mereka berdua pun menggunakan bongkahan-bongkahan es itu untuk berlindung dari serangan lawan masing-masing.

"Ini aneh, padahal senior Nadine sudah menggunakan sihir area tapi kenapa dia tidak memanipulasi bongkahan-bongkahan es yang ada di arena ini. Apa mungkin dia hanya bisa mengubah arena ini menjadi tempat yang penuh dengan bongkahan es tapi tidak bisa memanipulasi bongkahan-bongkahan es ini ? Jika memang dia bisa memanipulasinya, dia harusnya sudah melakukannya sejak tadi dan itu membuatku menjadi tidak diuntungkan. Karena dia tidak bisa memanipulasi bongkahan-bongkahan es ini, sepertinya aku masih memiliki kesempatan," pikir Chloe.

Chloe memegang busur panahnya dan bersiap untuk menembak lagi.

~Fire Explosion Arrows : Sixtuplets~

Chloe menembakkan 6 buah panah peledak ke arah senior Nadine. Dengan bantuan kedua lubang yang berada di atasnya, panah itu bertambah menjadi 18 panah. Senior Nadine menembak beberapa panah itu hingga membeku dan hancur lalu menghindari sisanya. Beberapa panah ada yang mengenai bongkahan-bongkahan es yang ada di arena. Meskipun panah yang mengenai bongkahan es itu adalah panah peledak, tidak satupun dari panah itu yang berhasil menghancurkan bongkahan-bongkahan es itu.

"Bongkahan es ini keras sekali. Normalnya es akan hancur apabila terkena ledakan dan meleleh apabila berdekatan dengan api. Tapi beberapa panahku bahkan tidak bisa menghancurkan dan melelehkan bongkahan-bongkahan es ini,' pikir Chloe.

Melihat Chloe sudah tidak menembakkan panahnya lagi, senior Nadine memasukkan beberapa peluru baru yang dibuatnya lalu menembakkannya ke Chloe.

*DOR

Peluru itu pun ditembakkan dan sasaran peluru itu adalah kepala Chloe. Tapi Chloe mengetahui itu, dia pun langsung menghindar dengan menggerakkan kepalanya ke bawah sebelum peluru itu mengenai kepalanya.

"Hampir saja. Meskipun kelihatannya itu adalah peluru tumpul, jika terkena peluru itu tetap saja sakit," pikir Chloe.

Namun tiba-tiba, bahu belakang sebelah kanan Chloe terkena sebuah serangan. Chloe langsung memegang bahu belakang sebelah kanannya dengan tangan kiri.

"Ack...sakitnya," ucap Chloe.

Dia pun melihat telapak tangan kirinya yang baru saja dipakai untuk memegang bahunya yang terkena serangan. Di telapak tangan kirinya terdapat darah yang lumayan banyak.

"Darah ? Apa aku terkena peluru ? tapi bukannya aku sudah menghindari peluru yang tadi dan senior Nadine juga belum menembakkan senapannya lagi," ucap Chloe yang terkejut.

"Sepertinya kamu bingung dengan apa yang terjadi ya, putri Chloe. Kalau begitu biar aku lakukan lagi agar kamu paham dengan sendirinya," ucap senior Nadine.

Senior Nadine pun menembakkan senapannya lagi ke arah Chloe.

*DOR

Tapi Chloe berhasil menghindarinya lagi. Chloe lalu melihat ke belakang ke arah peluru itu melesat. Peluru itu mengenai salah satu bongkahan es yang ada di arena. Saat mengenai bongkahan es itu, peluru itu langsung memantul kembali ke arah Chloe dengan lebih cepat. Chloe terkejut melihat itu dan tidak bisa bereaksi. Dia pun terkena peluru yang memantul itu tepat di kaki kirinya.

Kakinya pun berdarah setelah terkena peluru itu.

"Jadi begitu ya, pantas saja saat tembakan pertama aku tetap terkena serangan meskipun sudah menghindar. Jadi peluru itu bisa memantul," ucap Chloe.

"Benar, peluru yang kupakai adalah ~Ice Reflecting Bullet~. Peluru ini bisa memantul setelah terkena objek-objek yang terbuat dari es ataupun salju,"

"Aku memang bisa menggunakan sihir area dan mengubah arena turnamen ini menjadi tempat yang dipenuhi bongkahan-bongkahan es lain. Tapi tidak seperti putri Amelia, aku tidak bisa memanipulasi objek pada sihir area ini secara langsung. Namun setidaknya aku bisa memanipulasi sihir area ini dengan cara lain, salah satunya dengan peluru pemantul ini," ucap senior Nadine.

"Tadi kamu bilang tidak akan memakai peluru tajam, senior. Tapi kenapa peluru itu sampai bisa membuatku berdarah seperti ini," ucap Chloe.

"Itu peluru tumpul kok, coba saja kamu rasakan ketika terkena peluru itu langsung sebelum peluru itu memantul. Setelah memantul, peluru itu jadi bertambah kecepatannya dan tentu saja ketajamannya. Tapi tenang saja, meskipun peluru itu bertambah tajam, peluru itu tidak setajam sampai bisa menembus tubuhmu. Jadi jangan khawatir," ucap senior Nadine.

"Setelah diberitahu seperti itu, justru membuatku jadi khawatir," ucap Chloe.

Senior Nadine pun mulai menembakkan senapannya lagi.

*DOR

Namun Chloe berhasil menghindari peluru itu. Peluru itu lalu memantul dan kembali ke arah Chloe. Tapi Chloe juga berhasil menghindari peluru itu. Peluru itu terus memantul meskipun Chloe berhasil menghindarinya. Setiap peluru itu memantul, peluru itu bertambah cepat.

Senior Nadine lalu menembakkan senapannya lagi ke arah Chloe.

*Dor

*Dor

*Dor

*Dor

4 tembakan dengan peluru yang sama pun ditembakkan ke arah Chloe. Chloe berhasil menghindari 4 peluru itu, namun 4 peluru itu mengenai bongkahan es yang berada di belakang Chloe dan mulai memantul kembali ke arah Chloe.

"Tidak mungkin, 1 lalu ditambah 4, jadi aku harus menghindari 5 peluru yang memantul itu sekaligus ?," ucap Chloe yang terkejut.

"Apa menurutmu aku cuma akan menembakkan 1 peluru saja, putri Chloe ? Ini adalah turnamen, tentu saja aku harus melakukan apapun untuk menang. Bukankah sebelumnya kamu bilang kalau kamu juga tidak mau aku untuk mengalah ?," tanya senior Nadine.

"Ahahaha benar juga, kalau begitu.....," ucap Chloe sambil menaruh busur panahnya di belakang badannya.

~Fire Magic : Create Magic Weapon : Dual Fire Dagger~

Chloe lalu menciptakan dua buah belati api. Sementara itu, 5 peluru yang memantul itu mulai mengarah ke tubuhnya.

~Quintuplets Double Slash~

Sebelum 5 peluru itu mengenai tubuhnya, Chloe memotong kelima peluru itu. Kelima peluru yang terpotong itu pun jatuh ke lantai arena.

"...Aku juga tidak akan mengalah, senior. Jadi jangan protes apabila aku menyerangmu dari jarak dekat," ucap Chloe.

"Tentu saja aku tidak akan protes karena aku sudah sering menghadapi lawan yang bisa memakai serangan jarak dekat," ucap senior Nadine.

Chloe langsung bergerak menuju senior Nadine, sementara Senior Nadine terus menembaki Chloe dengan senapannya itu. Tapi semua peluru yang ditembakkan ke Chloe berhasil Chloe tebas menggunakan belatinya.

"Sepertinya aku harus menggunakan peluru itu," ucap senior Nadine.

Sebelum Chloe mendekati senior Nadine, senior Nadine membuat peluru baru dan mulai memasukkannya ke senapannya. Peluru itu pun langsung ditembakkan tapi peluru itu tidak ditembakkan ke Chloe melainkan ke bongkahan es yang ada di dekatnya. Chloe pun bingung melihat yang dilakukan senior Nadine.

"Kenapa senior Nadine menembak ke bongkahan es yang ada di sampingku ?," pikir Chloe.

Peluru yang ditembakkan senior Nadine pun mengenai bongkahan es itu dan bongkahan es itu pun hancur menjadi pecahan kecil. Chloe terkejut melihat bongkahan es itu bisa hancur karena selama ini panahnya saja tidak bisa menghancurkan dan melelehkan bongkahan es itu. Lalu pecahan es kecil itu pun menyebar ke segala arah termasuk ke arah Chloe. Melihat pecahan es kecil itu mengarah kepadanya, Chloe langsung menghindari pecahan es kecil itu. Namun tidak semua pecahan es kecil itu berhasil dia hindari, beberapa pecahan es itu berhasil mengenai tubuhnya dan menusuk tubuhnya seperti jarum. Chloe pun merintih kesakitan setelah terkena pecahan es kecil itu dan membuatnya menghentikan langkahnya untuk mendekati senior Nadine.

"Karena pecahan es itu lumayan kecil, mustahil untukmu menangkisnya dengan kedua belatimu itu, jadi kamu lebih memilih untuk menghindarinya. Tapi sayang sekali karena pecahan es itu cukup banyak, kamu jadi tidak bisa menghindari semuanya," ucap senior Nadine.

Senior Nadine nampak berkeringat dan nafasnya pun menjadi pendek. Sepertinya senior Nadine sudah lumayan kelelahan.

"Peluru apa yang kamu pakai tadi, senior ? Kenapa peluru itu bisa menghancurkan bongkahan es yang bahkan panahku tidak bisa menghancurkannya ?," tanya Chloe.

"~Ice Crush Bullet~, peluru ini bisa menghancurkan objek berbentuk es. Tidak peduli sekeras apapun objek itu, asal itu terbuat dari es, objek itu pasti hancur. Dan setelah hancur, pecahan objek itu akan menyebar kemana-mana. Aku juga bisa terkena pecahan objek itu tapi aku bisa memprediksi posisi yang tepat agar tidak terkena pecahan objek itu," ucap senior Nadine.

"Begitu ya," ucap Chloe.

"Jadi apa kamu akan menyerah sekarang, putri Chloe ?," tanya senior Nadine.

Senior Nadine berkata seperti itu setelah melihat tubuh Chloe yang sudah dipenuhi lumayan banyak luka. Luka itu didapat dari serangan peluru dan serangan pecahan es yang barusan.

"Menyerah ? mana mungkin aku menyerah disaat Ibundaku sedang menonton," ucap Chloe.

Setelah mengatakan itu, Chloe dengan cepat langsung menuju senior Nadine. Chloe bersiap untuk menyerang senior Nadine dengan kedua belatinya tapi senior Nadine nampak tenang bahkan setelah melihat Chloe dengan cepat berhasil menghampirinya.

"Maaf karena telah menanyakan hal itu, putri Chloe," ucap senior Nadine.

Tiba-tiba di tangannya senior Nadine muncul sebuah senapan kecil. Senapan itu pun langsung di arahkan ke tubuh Chloe.

"Sebuah senapan kecil satu tangan ? Benar juga, aku hampir lupa kalau saat dia muncul pertama kali, dia membawa 2 senapan yaitu 1 senapan panjang 2 tangan dan 1 senapan kecil 1 tangan. Kenapa aku baru mengingat tentang hal ini ? Jadi selama ini dia menyembunyikan senapan yang satunya," pikir Chloe.

"Serangan jarak jauh bukanlah satu-satunya keahlianku, putri Chloe," ucap senior Nadine.

*Dor *Dor *Dor *Dor *Dor

Senior Nadine pun menembakkan 5 peluru dari senapan kecilnya ke perut dan dada Chloe. Tembakan itu membuat Chloe berhenti untuk menyerang senior Nadine. Chloe pun merintih kesakitan sambil terduduk setelah terkena tembakan itu. Melihat Chloe yang terduduk, senior Nadine langsung menodongkan senapannya itu ke arah Chloe.

"Inilah akhirnya, putri Chloe," ucap senior Nadine.

"Tidak, ini belum berakhir," ucap Chloe.

Mengetahui kalau senior Nadine berada dalam jarak serangnya, Chloe langsung menyerang senior Nadine.

~Double Flaming Slash~

Tebasan dari kedua belati api milik Chloe pun berhasil mengenai senior Nadine tepat di badannya. Senior Nadine merintih kesakitan dan langsung melangkah mundur ke belakang. Namun Chloe dengan cepat langsung mendekatinya.

~San Fulgen Art Fire Technique : Fire Dagger Ilussion Movement~

Chloe menyerang senior Nadine secara bertubi-tubi menggunakan kedua belati apinya. Senior Nadine berusaha menangkis dan menghindari serangan itu, tapi serangan itu tetap mengenainya. Ketika serangan itu mengarah ke kepalanya, dia berusaha menghindar dengan menggerakkan kepalanya tapi serangan yang mengarah ke kepalanya itu adalah sebuah ilusi. Serangan yang asli mengarah ke bagian tubuhnya yang lain dan berhasil membuat luka pada bagian tubuh itu. Alasan senior Nadine terus terkena serangan itu karena dia tidak bisa membedakan mana serangan yang asli dan mana serangan yang ilusi. Chloe terus menyerang senior Nadine bertubi-tubi sampai tubuh senior Nadine mulai dipenuhi oleh banyak luka goresan belatinya.

"Aku akan kalah jika terus terkena serangan-serangan ini dan juga aku sudah mulai kelelahan. Sepertinya aku harus menggunakan teknik itu untuk memenangkan pertandingan ini," pikir senior Nadine.

Di tengah serangan bertubi-tubi milik Chloe, senior Nadine tiba-tiba memejamkan matanya dan mengambil nafas yang panjang. Dia tidak peduli dengan serangan Chloe yang mengenainya dan tetap fokus melakukan itu. Lalu setelah beberapa saat, senior Nadine pun mulai membuka matanya lagi.

~San Lucia Art : Magic Martial Art Technique~

Senior Nadine tiba-tiba menggunakan teknik magic martial arts, kedua tangannya saat ini dilapisi sihir es yang membuat kedua tangannya mengeluarkan semacam kabut es.

~Vision Improvement~

Senior Nadine juga meningkatkan penglihatannya. Meskipun dari awal penglihatan senior Nadine sudah bagus karena dia adalah pengguna senjata jarak jauh, tapi dia meningkatkan penglihatannya lagi.

Sementara itu, Chloe terus menerus menyerang senior Nadine. Awalnya senior Nadine masih terkena serangan Chloe namun lama-kelamaan dia berhasil menghindari semua serangan milik Chloe.

"Kenapa tiba-tiba senior Nadine bisa menghindari semua seranganku ?," pikir Chloe yang terkejut.

Sementara itu, sihir es yang yang melapisi tangan senior Nadine lama kelamaan menjadi sangat pekat.

"Ini adalah serangan terakhirku," ucap senior Nadine.

Chloe kembali menyerang senior Nadine tapi senior Nadine lagi-lagi berhasil menghindari serangan itu. Ketika melihat ada celah terbuka pada pertahanan Chloe, senior Nadine langsung menyerang Chloe dengan pukulan telapak tangan dari kedua tangannya yang dilapisi sihir es.

~San Lucia Art : Iceberg Crush~

Pukulan dari kedua telapak tangan senior Nadine mengenai perut Chloe dengan telak. Chloe memuntahkan sejumlah darah dari mulutnya setelah terkena pukulan itu dan langsung terlempar menghantam bongkahan-bongkahan es yang ada di belakangnya sampai hancur. Dampak dari pukulan itu membuat bongkahan-bongkahan es yang ada di sekitar mereka hancur dan membuat retak semua bongkahan es yang ada di arena sehingga bongkahan es itu lebih mudah dihancurkan. Inilah alasan kenapa saat Chloe menghantam bongkahan es itu, bongkahan es itu bisa hancur.

Chloe terus terlempar menghantam beberapa bongkahan es sampai akhirnya terhenti sebelum menghantam dinding arena. Chloe pun jatuh ke lantai arena dengan banyak luka dan darah pada tubuhnya. Chloe terbaring di lantai arena dengan kondisi tidak sadarkan diri.

Sementara itu, senior Nadine jatuh terduduk setelah melakukan pukulan itu. Dia nampak sangat kelelahan karena terus menarik nafas sambil terengah-tengah. Dia berusaha untuk berdiri namun tidak sanggup. Dia kembali jatuh terduduk dan perlahan dia mulai jatuh membaringkan dirinya ke lantai arena.

-Bersambung