Kedua mata naga itu memerah. Naga itu hendak menggunakan kekuatannya mengendalikan realita di sekitarku, mengalahkanku dengan cepat. Namun Pedang siang dan malam memiliki kemampuan untuk mencegah kekuatan itu. Ia tidak dapat mengendalikan realita karena pedang siang dan malam mencegahnya.
Aku menembaknya dengan jurus Komet Biru. Naga itu terpelanting. Aku hunuskan pedangku dan menusuknya di leher. Naga itu mengaum kesakitan. Ia keluarkan pedang dari tangan kanannya lalu menyerangku dengan pedang biru itu dengan sangat kuat
Aku menangkisnya. Tubuhku terpelanting. Pedang itu terlalu kuat dan aku terluka karena berusaha menangkisnya. Naga itu membuka mulutnya dan menembakku dengan api yang sangat panas.
Aku tidak bergeming sedikit pun. Aku menangis semua api dengan pedangku. Aku ayunkan pedangku, menyerangnya dengan jurus cambuk api. Api itu makin besar dan menghantam Naga dengan sangat dahsyat. Naga itu kembali tersungkur.
Aku hendak menembaknya dengan jurus komet biru dan mengakhiri pertarungan itu. Naga itu menghentakkan buntutnya, lalu mencambukku keras. Aku terpelanting. Pedang siang dan malam juga terpelanting. Mata naga itu bersinar dan cahaya-cahaya kecil bermunculan dari matanya. Cahaya-cahaya mematikan itu menembak tubuhku dan aku tidak sempat menghindar. Sinar-sinar itu menembus tubuhku.
Pedang Siang Malam jauh dari jangkuanku. Aku harus melawan naga itu hanya dengan kedua tanganku. Aku munculkan bola api dengan tangan kananku lalu
" Bola api raksasa"
Duar! Ledakan hebat terjadi. Kekuatan berlipat ganda sehingga bola api itu menyamai ledakan nuklir taktis. Naga itu terhempas. Getarannya bahkan membuat tubuhku nyaris terpelanting. Naga itu bangun dan nyaris mengunyah tubuhku. Aku menghindar. Api tembakkan api hitam dari kedua tanganku dan menembakkannya ke naga itu.
Naga itu mengaum. Ia kembali menyerangku dengan pedangnya. Aku menghindar dengan gambang. Pedang itu bersinar dan mulai menembakkan cahaya-cahaya mematikan. Aku menghindari setiap sinar yang ditembakkan ke arahku. Dengan kedua tanganku aku memanggil petir yang sangat dahsyat dan
" Duar!"
Petir itu menyambar dan meledakkan semua yang disambarnya. Naga itu mengaum. Aku telah menyerangnya dengan berbagai mantera mematikan namun Naga itu terus berdiri dan menyerang balik. Pertarungan yang sangat sengit. Naga itu mencambukku berkali-kali dengan buntutnya. Aku menghindar namun aku gagal menghindar dari cambukkan terakhir dan berusaha menangkisnya
Tubuhku terpelanting. Tubuhku semakin lemah. Aku menggunakan kekuatan Airlangga dan memunculkan keris yang sangat besar dengan kedua tanganku
" Ajian Kurungan Nyawa!"
" Clas!"
Darah memuncrat. Ajian itu sangat kuat. Darah menyembur dari tubuh sang naga. Namun tubuhku semakin lemah. Sang Naga tersungkur dan hampir tidak bisa bergerak. Aku selangkah lagi untuk mengalahkannya. Aku meraih pedang Siang Malam yang ternyata berada di dekatku, mengalahkannya kepada Sang Naga dan menembakkan jurus andalanku
" Komet Biru!"
Sinar mematikan yang sangat besar menghantam sang Naga. Naga itu mengaum. Cahaya dari matanya menghilang. Tubuhnya terhempas dan naga itu akhirnya tumbang. Aku membunuh naga itu. Aku merasakan seluruh tenaganya merasuk ke dalam tubuhku. Aku tersungkur. Aku sempat kehilangan kesadaranku. Ketika aku sadar, lukaku sudah sembuh dan tubuhku sudah prima kembali seolah tidak terjadi apa-apa.
Kekuatanku sudah sangat maksimal. Secara teknis aku telah menjadi Dewa dengan mengalahkannya. Salah satu kekuatan yang aku dapat tentu saja immortality atau umur tanpa batas. Aku tidak akan menua sakit atau semacamnya. Tapi aku tetap bisa mati karena berbagai alasan.
Banyak Kekuataan lainnya yang tersimpan di dalam diriku. Salah satunya mantera naga, yang aku belum tahu apakah ada manusia yang menguasainya. Bahkan kekuatan yang memungkinkan aku menggoda semua wanita di bumi juga ada. Ada lagi kekuatan Dewa yang maha dahsyat yang membuatku bisa mengendalikan realita. Tapi karena aku bukan Dewa atau Wanda MCU, aku hanya dapat melakukannya sekali. Lalu kekuatan itu lenyap selamanya
Putri Xia muncul di depanku. Ia menangis tersedu-sedu. Aku membuatnya cacat. Aku peluk dia lalu dengan kekuatanku, aku membatalkan hampir semua yang terjadi hari itu. Aku sempat mendapat bayangan bagaimana jadinya jika manusia bumi dibiarkan hidup. Sebuah perang besar tidak terelakkan. Perang yang seharusnya terjadi persis seperti kehidupanku sebelumnya. Namun aku memutuskan memberi kaumku kesempatan. Sekaligus aku menggunakan kekuatanku untuk membiarkan orang-orang yang membahayakan bumi seperti Kaisar Huang, Airlangga, dan semua orang yang mungkin berbahaya di masa depan tetap mati. Bumi akhirnya terselamatkan
Tubuh Putri Xia bersih kembali. Aku kehilangan kekuatan mengendalikan realita itu selamanya. Dan tidak ada lagi yang dapat menggunakannya. Bumi kembali selamat. Putri Xia senang tubuhnya kembali sempurna. Sesuatu menyentuh kemaluanku. Aku tak sadar tubuhku sudah telanjang bulat karena pertarungan itu. Aku memeluk Putri Xia dan berbisik
" aku mencintaimu"
Putri Xia tersenyum dan meneteskan air mata
" aku pun begitu. Kau datang menyelamatkanku"
Putri Xia berguling bersandar di batu di pinggir kolam itu. Aku menusukkan batang kemaluanku yang sangat besar dan menggenjotnya. Putri Xia mendesah panjang. Aku mulai menghujamnya keras. Kedua selangkangan kami bertepuk-tepuk. Aku tahan kedua tangannya, dan sepasang buah dadanya memantul-mantul karena hujaman kemaluanku
Wajah Putri Xia memerah. Ia mendesah panjang. Nafasnya terengah-engah. Aku mempercepat hujamanku. Cairan kenikmatan menyembur deras dari lubangnya. Aku mempercepat hujamanku. Putri Xia memekik keras. Tubuhnya semakin berguncang. Aku semakin bertambah nafsu. Putri Xia memekik makin keras. Kemaluanku berkedut hingga tak lama kami bertukar cairan di dalam lubang kemaluan Putri Xia.
" kita bercinta di singgasana Naga. Aku menyukainya"
Bisik Putri Xia. Aku pun tersenyum
" aku juga."
Sahutku. Aku hujam pelan kemaluannya, membuahi lubangnya dengan air maniku sebanyak-banyaknya.
Aku melepas kemaluanku dari lubang kemaluannya. Aku berdiri di tengah kolam itu. Putri Xia masih berlutut.
" kau seorang Dewa sekarang. Apa mandat pertamamu, Yang Mulia"
Aku menggeleng kepala
" aku hanya manusia biasa. Dan selamanya tetap akan jadi manusia biasa."
Lalu untuk pertama kalinya malam menyelimuti singgasana naga. Putri Xia terkagum-kagum.
" pergantian siang dan malam. Keseimbangan. Perdamaian"
Aku pun berlutut kepada Putri Xia. Sang Putri makin terkejut
" Tuan Putri, Aku hendak mengembalikan semua kekuatanku dan kembali menjadi manusia."
Tuan Putri Xia lalu berdiri
" Jika aku mengambilnya maka kau akan jadi manusia biasa. Kau akan kehilangan segalanya. Tubuhmu akan kembali seperti semula. Termasuk, alat kelaminmu. Apa kau sudi?"
Aku mengangguk.
" itulah keinginanku Tuan Putri"
Putri Xia tersenyum. Ia pegang kepalaku lalu ia menggeleng kepala
" aku takut akan menjadi Dewi yang lalim jika mengambil kekuatan itu. Aku akan menjadi pemimpin meski tanpa kekuatan itu. Simpanlah semua kekuatan itu."
Aku tetap menggeleng kepala. Putri Xia makin tersenyum
" aku pun takut akan menjadi lalim karena kekuatan ini"
Jawabku
" baiklah jika itu maumu"
Tubuhku kembali seperti dahulu. Kemaluanku kembali menjadi ukuran manusia. Putri Xia tersenyum bahagia. Aku kehilangan seluruh kekuatanku. Tubuhku menjadi lemas namun semua kekuatan berbahaya itu hilang selamanya.
" kini kau hanya manusia biasa. Tapi kau tetap suamiku"
Putri Xia menjulurkan tangannya
" duduklah bersamaku di singgasanaku Bangsawan Bao. Bersama mari kita pimpin negeri kita"
Namun aku berdiri dan menggeleng kepala
" Tidak Yang Mulia. Kau adalah keturunan Kaisar Naga yang terakhir. Tahta itu milikmu. Aku hanya manusia hina"
Putri Xia terdiam. Ia meneteskan air mata
" tapi...… aku akan kehilanganmu?"
Aku kembali menggeleng kepala.
" aku bisa tetap menjadi suamimu dan kau tetap menjadi istriku. Tapi aku tidak dapat mendampingimu menjadi pemimpin. Rakyatmu butuh pemimpin yang bijaksana. Dan kau orangnya Yang Mulia"
Putri Xia menangis. Ia menutupi memejamkan matanya
" apa kau tega melihat laki-laki lain menjadi pendampingku"
Aku menggeleng kepala dan menahan tangisku
" Tentu tidak Yang Mulia. Namun jika aku disana, maka banyak yang tidak akan setuju dan terjadilah pertikaian. Akan lebih baik aku tidak di sana. Ingatlah aku mencintaimu Yang Mulia Ratu. Tapi juga ingat rakyatmu, mereka lebih penting"
Putri Xia meneteskan air mata yang terakhir lalu ia tersenyum.
" aku seorang Ratu dan aku boleh berbuat sesuka hatiku. Datanglah setiap malam Jumat, dan tidurlah bersamaku."
Aku tersenyum dan membungkukkan badanku
" Selamat tinggal Bao an."
Ucap Ratu Xia seraya memejamkan matanya.
" selamat tinggal Yang Mulia"
Tapi aku berbohong. Ada satu yang harus kulakukan demi menghindari kehancuran di bumi.
Dengan kemampuan naga itu aku membaca apa yang dapat terjadi dan semua resiko yang dapat ditimbulkan. Salah satunya jika aku dan Putri Xia tetap bersama. Bahkan jika Xingqiao, Chu, Yueyi, Ying tetap mengenalku, akan terjadi malapetaka salah satunya Ifrit menguasai bumi dan melahapnya hingga lenyap. Tapi jika aku terlupakan, maka semua itu terhindarkan. Jika aku tetap bersama Putri Xia, maka seseorang akan mengetahui jika Putri Xia masih mencintai orang asing dan perang besar akan kembali terjadi.
2042, Jakarta
" Memperingati 27 tahun Perserikatan Bangsa Bumi. Pidato Kenegaraan Presiden Muhammad Iqbal, presiden Ketiga UNE (Unites Nations of Earth)."
" 27 tahun sudah sejak bencana besar menimpa bumi kita. Bencana yang membuat kita bersatu. Pada Siang hari ini, di Ibukota Shanghai…."
Bumi bersatu beberapa bulan setelah pertarungan hebat itu. Menjadi United Nations of Earth. Dengan 17 ibu kota negara salah satunya Indonesia dan Malaysia. Hampir semua negara runtuh paska pertarungan hebat itu meski aku membangkitkan 99% manusia. Itu artinya kebanyakan negara terlibat dalam kejahatan itu. Dan aku tidak sengaja menghapus mereka dengan kekuatanku.
Usiaku sudah menembus 50 tahun. Aku melewati 27 tahun selanjutnya sendiri tanpa siapa-siapa di sisiku. Tanpa istri, anak, hanya keluarga lamaku. Namun aku memisahkan diri dan memutuskan tinggal di Norwegia, negara yang sempat menjadi rumahku bersama Putri Xia.
Putri Xia, Nona Xingqiao, Chu, Yueyi, Ying, semuanya melupakanku. Kepulauan Naga kembali terlupakan. Terpisah dari dunia luar, mereka tidak tahu dunia luar itu ada dan selamanya terselamatkan dari marabahaya luar negara. Tapi aku, aku melewati tahun-tahun itu sendirian di kediamanku
Aku kembali ke Indonesia setelah 27 tahun. Ayah dan Ibuku masih hidup. Mereka Sudah sangat tua namun belum memiliki cucu karena aku tidak menikah. Aku tidak begitu dekat dengan keluargaku lagi. Aku kembali ke Indonesia dengan kursi roda dan mereka berdiri menyambutku. Sungguh ironi. Aku baru berusia 50 tahunan namun penampilan seperti sudah 70 tahun lebih. Aku menua dengan sangat cepat dan sangat lemah. Tubuhku melemah sejak Putri Xia melenyapkan kekuatanku.
Aku duduk di kamar lamaku. Aku makan malam dengan anak-anak dari sepupuku. Sebagian bahkan sudah memiliki cucu. Aku terlihat sangat tua di sana. Bahkan hampir menyamai orang tuaku.
" kapan kau akan kembali ke Norwegia?"
Tanya ibuku. Aku menggeleng kepala
" aku….ugh…..mungkin….akan tetap.. Bu"
Bahkan berbicara saja sulit. Dokter di Eropa bilang aku mungkin hanya punya waktu beberapa bulan lagi. Jika aku punya keturunan mereka mungkin sudah dewasa
" Kalau begitu, tenanglah di rumah ini."
Tidak ada yang ingat tentang hari itu. Bahkan mereka tidak ingat aku pernah menikah. Mereka hanya tahu aku bujangan yang tua renta yang mengasingkan diri ke luar negeri karena cacat mental
Namun setidaknya semua berakhir. Tidak ada perang. Tidak ada pertikaian hebat. Bumi akhirnya damai. Meski pada akhirnya aku mengorbankan diriku sendiri. Aku sudah sangat lemah hari itu. Aku dilarikan ke rumah sakit dan aku sudah tidak bisa bergerak lagi. Aku pejamkan mata dan mengingat apa yang pernah aku lalui bersama Putri Xia dan yang lain
" mimpi yang indah"
Semua aku anggap mimpi yang indah yang mungkin akan kubawa sampai mati.
" maaf aku terlambat."
Seorang suster misterius masuk ke ruanganku. Ia meletakkan jasad yang baru meninggal di sebelahku. Aku melihat wajahnya dan aku terkejut bukan main
" bukan, aku bukan Yang Mulia Ratumu. Aku Xiao."
Xiao memegang tangan jasad itu hingga berubah menyerupai ragaku. Ia memegang tanganku dengan kedua tangannya. Tangannya bersinar dan aku, aku kembali prima lagi seperti 27 tahun yang lalu
" apa yang baru saja terjadi?"
Tanyaku kaget.
" kau baru saja meninggal. Sekarang kau orang lain"
Jawabnya santai.
" biiiiip"
Suara bip dengan garis lurus terdengar yang menandakan bahwa aku baru saja meninggal. Tentu saja karena Xiao memindahkan alat itu dari raga itu ke jasad itu. Pintu terbuka dan ketika dokter masuk, kami tidak ada di sana
" maaf aku datang terlambat. Aku tidak tahu siapa kau dan aku tidak bisa melacakmu karena auramu berbeda"
Ia tersenyum. Ia sangat mirip dengan putri Xia. Ia menjulurkan tangannya lalu berkata
" mari kita mulai dari awal. Aku Xiao"
Ucapnya. Aku ikut tersenyum, aku menjabat tangannya dan ia pun memelukku. Aku terdiam
" itu dari aku di kehidupan sebelumnya. Tapi kini kau bukan jodohku. Kini ada yang lebih mencintaimu"
Xiao lalu menyingkir. Mataku berkaca-kaca. Aku tidak percaya apa uang aku lihat. Seseorang berdiri di sana dan aku tidak tahu mengapa
" Nona…. Xingqiao"
Ia pun berlari. Ia tatap wajahku kesal lalu menamparku
" beraninya kau meninggalkanku!"
Ucapnya geram. Aku tak kuasa menahan tangisku
" 27 tahun aku merasa ada yang hilang dari diriku. Namun aku tak tahu apa itu. Bertahun-tahun aku hidup dalam kesedihan dan aku tidak tahu siapa yang aku tangisi. Wanita ini menolongku, dan membuka pikiranku yang hilang. Dan aku kembali teringat padamu"
Kami berdua lalu berpelukan. Aku menangis sejadi-jadinya. Kami akhirnya bersatu. Setelah terpisah 27 tahun, bahkan ia tidak pernah lupa untuk mencintaiku. Ketika Putri Xia, bahkan melupakanku
" tapi aku hanya manusia biasa Nona. Aku bukan siapa-siapa lagi"
Xingqiao tersenyum bahagia
" aku lebih suka itu"
Kami berdua lalu bercumbu. Kami sangat bahagia. Xiao meneteskan air mata. Ia mundur dan perlahan hilang. Kami berjabat tangan lalu melangkah menyambut hari baru di mana kami akhirnya berdua
Tamat