Setelah pulang dari rumah Muti. Sudah banyak notif di Telegram dari tiga selir Gw itu yang dikirim saat Gw sedang bersyahwat dengan Muti.
Kak Sinta :
"Jak, ceritain sekarang."
Bu Nisa :
"Bu Lena belum tau ya?"
Bu Lena :
"Ada apa?"
Bu Nisa :
"Jaka abis dapetin orang baru."
Bu Lena :
"Hah? Siapa?"
Kak Sinta :
"Bu Ros, Bu."
"Makanya ini aku tanyain, pokoknya Jaka harus cerita disini."
Melihat isi chat itu, Gw langsung saja meladeni pertanyaan mereka.
Jaka :
"Bukan cuma sama Bu Ros. Hahaha."
Bu Nisa :
"Jakaaa. Siapa lagi ya ampun."
Kak Sinta :
"Gak kuat di aku kalo punya pacar kayak kamu, Jak."
Jaka
"Muti. Hahahaha."
Kak Sinta :
"Ya ampun Jaka. Kok bisaaa."
Bu Lena :
"Haduhh Jakaaa."
Jaka :
"Mau tau cerita yang mana dulu nih?"
Bu Nisa :
"Muti dulu Jak. Aku penasaran kok Muti bisa."
Jaka :
"Ya karena Muti nyaman sama saya gituu."
Kak Sinta :
"Tadi kamu main sama Muti??!!"
Jaka :
"Main, tapi enggak ML. Cuma blowjob doang."
Bu Nisa :
"Terus kalo Bu Ros?"
Jaka :
"Dianya yang goda-godain saya. Ya saya ajak ke kamar Bang Sani. Hehehe."
Bu Nisa :
"Tuh kan Bu Lena, kamar Bang Sani emang bisa bermanfaat."
Bu Lena :
"Iya. Bermanfaat buat Jaka. Saya mah jarang ditengokin."
Bu Nisa :
"Ibu mah masih kemarin. Saya udah berapa lama ini."
Jaka :
"Main bertiga yuk Buu."
Bu Nisa :
"Sama siapa?"
Jaka :
"Saya, Bu Nisa sama Bu Lena. Di rumah Bu Lena."
Kak Sinta :
"Ahh, parah. Aku gak di ajak."
Bu Lena :
"Yang muda nanti dulu yaa. Ngalah dulu sama yang udah nikah."
"Yuk, Jak. Kapan?"
Jaka :
"Lusa aja, Bu. Kan malam minggu. Sekalian kita nginep."
"Aku mau tidur bareng Bu Nisa sama Bu Lena.
Bu Nisa :
"Ayukkk. Aku udah kangen kontolnya Jaka."
Kak Sinta :
"Parah ihh. Lawan aku ibu-ibu semua. Mana nambah Bu Ros lagi."
Bu Nisa :
"Eh iya, Jak. Itu Bu Ros gimana bisa dia mainnya. Ceritanya belum kelar tadi."
Jaka :
"Ya tadi gitu kan. Di goda-godain terus saya ajak main di kamar Bang Sani. Terus abis main abis Bu Ros keluar kamar, tiba-tiba Bu Nia masuk padahal saya masih bugil."
"Dia marah-marah dibilang saya perusak rumah tangga orang."
"Terus juga Bu Nia bilang kalo Bu Ros kemarinnya abis main sama Rudi."
Bu Lena :
"Hah?? Serius??"
Jaka :
"Iyaa. Pokoknya kalian jangan nanya-nanya sama Rudi ya. Ini rahasia kita-kita aja."
Bu Nisa :
"Tapi kamunya udah nanya Bu Ros?"
Jaka :
"Belum."
Bu Nisa :
"Coba kamu tanya, Jak."
Jaka :
"Oke deh, coba saya WA."
Setelah diberikan arahan oleh Bu Nisa, Gw pun mencoba untuk menanyakan kepada Bu Ros perihal yang tadi sore via WA.
Jaka :
"Assalamualaikum, Bu Ros."
Tidak ada jawaban
Jaka :
"Bu?"
Setelah menunggu 15 menit. Barulah muncul balasan dari Bu Ros.
Bu Ros :
"Iya, Jak. Kenapa?"
Jaka :
"Lagi sibuk gak?"
Bu Ros :
"Iya nih, Jak. Lagi bantuin anak saya ngerjain PR. Kenapa?"
Jaka :
"Mau bahas yang tadi, Bu."
Bu Ros :
"Jangan di WA yaa."
Jaka :
"Oke deh."
Yah. Bu Ros enggak mau bahas itu lewat WA. Dan juga kalo Gw ajak ngobrol besok di sekolah, takut diliat Bu Nia nanti dia mikir macem-macem lagi.
_____—–_____
Esoknya di sekolah, Gw mencoba untuk berbicara dengan Bu Ros. Tapi setiap kali Gw mencoba untuk menemuinya, selalu saja ada Bu Nia yang mencoba untuk menjauhkan Gw dengan Bu Ros. Sampai akhirnya Gw menyerah dan meminta bantuan Bu Nisa.
"Bu." panggil Gw ke Bu Nisa yang sedang berada di kelasnya setelah selesai mengajar dan anak-anak baru saja pulang.
"Ehh, Jak. Enggak siap-siap buat sholat Jum'at?" tanyanya.
"Iya ini mau. Tapi saya mau minta tolong."
"Minta tolong apa sihh. Sini saya bantuin kalo buat kamu mah." ucapnya.
"Saya mau nanya ke Bu Ros tentang yang kemarin. Tapi tiap saya mau nemuin Bu Ros, Bu Nia selalu aja ngeliatin saya." jelas Gw.
"Jadi saya harus gimana?" tanyanya.
"Ibu tawarin aja ke Bu Nia, udah siapin buat acara ultah anaknya belum. Kalo belum ajakin Bu Nia buat Bu Nisa temenin belanja, gituu." ucap Gw.
"Bilang aja ibu tau toko yang murah buat beli alat-alat pesta ultah gitu." lanjut Gw.
Gw pun lalu berangkat ke masjid terdekat bersama Rudi dan Pak Rizki serta Bang Sani. Sepulangnya dari masjid, Gw menengok ke kelas Bu Ros melihatnya sedang membersihkan kelasnya.
"Bu Ros." sapa Gw.
"Iya, Jakk." sautnya.
"Sendirian aja. Enggak sama Bu Nia?" tanya Gw.
"Iya nih sendiri. Bu Nianya lagi sama Bu Nisa beli buat persiapan besok anaknya ultah Jak. Sini dong bantuin saya." ajaknya.
"Bantuin apa, Bu?"
"Ini, bantuin beresin kelas. Kalo kelas bawah kan anaknya masih pada kecil, jadi pada belum bisa piket. Jadinya harus gurunya yang beresin." keluhnya.
Setelah beberapa lama Gw membantu Bu Ros membersihkan kelas, disaat kami sedang beristirahat di kelasnya. Bu Ros bertanya dengan maksud Gw semalam.
"Eh, Jak. Semalem kamu ngechat saya, mau ngomong apa?" tanya Bu Ros.
"Iya ini saya mau nanya."
"Nanya apa, Jak?"
"Ibu tau gak sih, kalo abis kita main di kamar Bang Sani. Tiba-tiba aja Bu Nia nyamperin aku padahal aku masih telanjang." jelas Gw.
"Ahh, yang bener??!!"
"Iyaa. Terus saya diomelin. Dibilang saya perusak rumah tangga Bu Ros." lanjut Gw.
"Terus juga saya mau nanya ini. Bu Nia bilang kalo sebelum saya, Bu Ros pernah main sama Rudi. Emang bener, Bu?" tanya Gw.
Bu Ros kaget. Tatapannya kosong entah kemana. Mungkin ia bingung harus menjawab apa.
"Gapapa, Bu. Cerita aja. Saya bisa jaga rahasia kok."
"Saya juga bingung ceritanya, Jak."
"Sebisanya ibu aja." ucap Gw ajar Bu Ros nyaman dalam bercerita.
"Biar sekedar kamu tau aja. Suami saya itu usianya terpaut jauh sama saya. Dua puluh tahun, Jak. Dan saya dulu nikah di kampung saya, bisa dibilang pernikahan dini, Jak."
Gw yang mendengar hal itu merasa kaget.
"Dan akhir-akhir ini entah kenapa saya kayak penasaran gitu gimana rasanya ML sama yang seumuran. Apalagi berondong. Makanya awalnya saya goda-godain Rudi waktu dia ngajar olahraga kelas saya. Sampai akhirnya kami ML tapi ternyata punya dia kecil, dan dia enggak ngerti apa-apa tentang seks." jelasnya.
"Sampai akhirnya aku main sama kamu, dan itu baru aku ngerasain kepuasan dalam berhubungan seks. Beda banget sama suami saya ataupun sama Rudi." lanjutnya.
"Enak, Bu?" tanya Gw menggoda Bu Ros.
"Gilaa, Jak. Enak bangettt."
"Mau nyobain lagi gaa??" tanya Gw.
"Mau doongg. Yukk, ke kamar Bang Sani lagi?"
"Jangan ah, kemarin kan udah minjem kamarnya. Gak enak kalo minjem lagi. Apalagi sekarang kan lagi ada orangnya."
"Terus mau dimana? Hotel?"
"Enggak ahh." tolak Gw.
"Terus dimana doonggg."
"Apa besok aja di rumah Bu Nia?"
"Gila kamu, ngomel pasti dia."
"Tapi ibu sering ke rumah Bu Nia kan? Pasti tau dong tempat buat kita ngumpet?"
"Hmm. Iya sihh."
"Yaudah, Bu. Besok ajaa."
Tak lama setelah itu, Bu Nia dan Bu Nisa pulang dari belanjanya. Melihat hal itu Gw langsung buru-buru pergi ke ruang guru agar terhindar dari omelan Bu Nia.
_____—–_____
Esoknya, pada hari Sabtu kami semua berkumpul bersama di rumah Bu Nia yang kini baru Gw ketahui bahwa rumahnya berada di apartemen yang lumayan bagus. Hanya guru-guru saja yang hadir karena memang acaranya hanya makan-makan para guru saja.
Tidak semuanya hadir. Hanya ada beberapa guru yaitu Gw yang datang bersama Bu Nisa, Bu Putri yang datang bersama Pak Rizki, Muti yang datang sendiri, Bu Lena yang datang bersama Suaminya, Bu Ros yang sudah sedari pagi membantu Bu Nia menyiapkan semuanya dan Bu Hanna yang datang bersama Kak Sinta.
Pak Sulai dan Pak Bashir tidak bisa hadir karena ada keperluan. Farhah tidak datang karena harus mengajar di pengajiannya. Rudi ada jadwal bermain basket dengan teman-temannya dan Bang Sani masih harus menjaga sekolah.
"Makasih yaa semuanya udah bisa hadir kesini. Emang sengaja saya buat untuk guru-guru aja karena besok baru pesta anak saya rumah neneknya khusus anak-anak." ucap Bu Nia menyambut kami semua.
"Gapapa kok, Bu. Asal kenyang." ucap Muti.
"Awas kamu nanti jadi gemuk gak bisa nyari suami." ledek Bu Nisa.
"Biarin aja. Biar saya bisa menemukan cinta sejati yang mencintai saya apa adanya." ucap Muti sambil mengunyah tempe.
"Telen dulu ihh baru ngomong." kata Bu Putri.
"Gapapa, asal enggak *Hockkkk!! " ucap Muti yang terhenti karena tersedak. Sontak saja semua orang pada menertawai tingkahnya.
Gw, Pak Rizki dan Suami Bu Nisa hanya bisa terdiam melihat dari tempat kami yang berjarak beberapa langkah dari perkumpulan para wanita itu. Berbagai macam topik kami bicarakan sambil melihat apa yang terjadi diantara wanita-wanita di depan kami.
Setelah acara santap makan, para guru bebas melakukan sesukanya. Ada yang menonton Netflix di ruang keluarga. Ada yang masih mengobrol di tempat kami makan tadi. Dan ada pula yang bercanda dengan anak Bu Nia.
Tiba-tiba ada notif masuk dari HP Gw yang tak lain adalah Bu Ros.
Bu Ros :
"Jadi gaa."
Jaka :
"Katanya gak boleh lewat WA."
Bu Ros :
"Asal jangan kamu duluan aja yang WA, takutnya saya enggak baca terus suami saya yang liat."
Jaka :
"Hmmm, gituu."
"Jadi apa?"
Bu Ros :
"Itu loohh."
Jaka :
"Itu apaaa."
Bu Ros :
"Ena-ena yukk."
Jaka :
"Dimana, orang lagi rame gini."
Bu Ros :
"Coba kamu keluar dari tempat Bu Nia. Terus kamu ke kiri cari pintu 220. Skip satu pintu dari tempat Bu Nia."
"Tunggu di pintunya nanti saya nyusul."
Gw pun mengikuti perintah Bu Ros. Gw tunggu di depan pintu 220 sambil melihat keadaan sekitar. Tak lama Bu Ros keluar lalu menghampiri Gw. Dibukanya pintu itu lalu kami berdua masuk.
"Ini punya siapa, Bu?" tanya Gw.
"Dulu saudaranya Bu Nia pernah tinggal disini, cuma baru aja pindah tapi kuncinya belum dibalikin, lagi dipegang sama Bu Nia. Makanya aku ambil aja tadi buat kita ngumpet. Hehehe."
"Enggak serem nih, Bu?" tanya Gw.
"Enggak kok, cuma kosong aja. Abis mau gimana lagi mumpung adanya yang ini." kata Bu Ros yang sedang melingkarkan tangannya di pundak Gw.
"Udah kangen yaa?" tanya Gw.
"Bangettt." jawabnya sambil menggigit bibir bawahnya.
*Cuppss cupppsss slurrppp
Bu Ros sangat liar mencium bibir Gw hingga Gw merasa kesulitan untuk mengimbanginya. Hingga Gw hanya bisa membuka mulut Gw agar Bu Ros bisa menjamah mulut Gw lebih dalam.
*Slurrppp shupph muachhh
Bu Ros menjamah mulut Gw hingga seluruh bibir Gw basah oleh liurnya. Beberapa kali lidah Gw dihisap lembut lalu dimainkan seperti sedang menyepongnya.
Kini ciumannya berpindah ke dagu lalu leher Gw. Sambil dibukanya kancing Gw satu persatu lalu dibuangnya baju Gw ke sembarang tempat. Dada Gw yang baru terekspos langsung disambarnya, dengan sedikit menunduk dia menjilati puting Gw sambil membuka gesper Gw.
*Blessss
Kontol Gw mengacung keras saat Bu Ros memelorotkan celana luar dan celana dalam Gw sekaligus.
"Kenapa kamu enak banget siii." ucap Bu Ros sambil melihat Gw kontol Gw.
Dilahapnya kontol Gw lalu disepongnya dengan liar.
"Awas Bu nanti kena gigi." ucap Gw.
"Tenang aja sama yang ahli." jawabnya sambil mengocok kontol Gw.
*Slock slockkk slockkk
Dilanjutkannya lagi sepongannya pada kontol Gw dengan ganas sehingga beberapa kali Gw merasakan kontol Gw menyentuh tenggorokannya.
Biji Gw tak lupa dia eksekusi. Kini sambil menatap Gw dan mengocok kontol Gw, dia menjilati buah zakar Gw lalu disedotnya
*Slurrppp slurrppp
Terkadang dia masukkan biji Gw ke dalam mulutnya lalu dimainkannya seperti sebuah permen besar bergantian kiri dan kanan.
Lalu Bu Ros bangun.
"Puasin aku lagi yaa." ucapnya.
Kini giliran Gw yang memuaskan dia. Gw ciumi lehernya sambil membuka satu persatu pakaiannya hingga dia kini topless. Buah dadanya yang mengacung seakan menantang untuk segera dinikmati.
Ciuman Gw berpindah dari leher menuju ke toketnya. Gw pun menyusu seperti bayi yang baru saja hadir ke dunia ini. Sesekali Gw gigit pelan putingnya yang membuat pemilik dari toket itu mendesah.
"Aahhhhh."
*Slurrpp slurrpp slurrppp
Sambil menikmati toketnya, Gw buka celananya hingga kini bugil lah dia.
Lalu Gw berjongkok. Gw angkat kakinya sebelah lalu Gw taruh agar menggantung di pundak Gw. Kini Gw bisa melihat memek indah yang tertutupi jembut halus itu. Gw jilatinya hingga sang pemilik kembali mengeluarkan desahan.
"Aaahhhh, Jaakk."
Gw buka lebar memeknya agar bisa menemukan klitorisnya seperti halnya yang Gw lakukan terhadap Muti. Saat sudah ditemukan, Gw mainkan lidah Gw pada klitorisnya hingga kembali dia mendesah hebat.
"Aaahhh, uhhhhh. Enakkk, Jakkk. Aku geli sampai ke kepalaaa."
*Slurrppppp
Kadang sesekali Gw sedot permukaan memeknya, sesekali juga Gw mencoba untuk memasukkan lidah Gw ke dalam memeknya.
"Ayuk, Jakk. Langsung main ajaa." perintahnya.
Gw bangun dari jongkok, lalu Gw putar tubuh Bu Ros menghadap ke dinding. Dengan cermat Gw arahkan kontol Gw menuju ke memek Bu Ros yang sudah sangat basah. Lalu seketika
*Blessss
Gw sodok memek Bu Ros dengan kontol Gw yang sudah mengacung keras. Hingga bunyi yang disebabkan oleh bertemunya paha Gw dan paha Bu Ros pun tak dapat dihindari.
*Plokk plokk plokk plokk
"Enak banget kontol kamu, Jak." racaunya.
"Ohh ya jelas, gini-gini bisa bikin ketagihan." kata Gw sambil menyodok-nyodok memek Bu Ros dengan kontol Gw.
"Sering-sering Jak ngentotin saya." ucapnya dengan menggunakan bahasa kasar.
Gw raih toketnya dari belakang lalu memegangnya dengan kedua tangan Gw.
"Jangan, nanti suami ibu enggak kebagian." jawab Gw.
Kini tangan Bu Ros menggenggam tangan Gw yang sedang meremas toketnya dari belakang.
"Suami kayak dia mah enggak pantes dapet memek enak kayak gini." racaunya.
Gw menghentikan sodokan kontol Gw dalam memeknya. Lalu Gw posisikan tubuh Bu Ros menyamping dan Gw angkat kakinya dengan lengan Gw lalu dia bertumpu dengan tangannya ke tembok.
Dengan posisi ini, Gw bisa membenarkan kontol Gw lebih dalam dan memudahkan Gw untuk menggenjotnya lebih cepat.
*Srett srettt srettt
Laju kontol Gw semakin mudah karena terbantu oleh pelumas alami yang berada dalam memek Bu Ros.
"Kasian banget punya suami enggak bisa nikmatin memek enak istrinya." ucap Gw.
Bu Ros hanya bisa memejamkan matanya merasakan hantaman dari kontol Gw.
"Biar tau rasa. Kontol tua yang lemes bakal kalah sama kontol berondong yang masih keker. Aaahhh, aaahhhh." racaunya.
*Plakkkk
Gw layangkan sebuah tamparan ringan ke arah pantatnya.
"Jadi istri kok jahat sama suaminya."
"Makanya kalo udah tua jangan nikah sama yang masih muda. Aaahhh, aahhh. Uhhhh." ucapnya sambil menikmati genjotan kontol Gw.
"Nanti kalo udah loyo padahal istrinya sange, istrinya malah ngentot sama kontol lain. Aaahhhhhhh." racaunya lagi.
Gw sudahi dulu genjotan Gw. Gw pindahkan lagi posisi Bu Ros ajar duduk di meja. Gw arahkan agar kedua kakinya terangkat dan kedua tangannya di belakang menopang tubuhnya.
*Clockk clockk clockkkk
Gw kembali memulai genjotan kontol Gw yang saat ini bisa melihat wajah Bu Ros.
"Kalo masih ada kontol lain, ini terakhir kalinya kita main ya." ucap Gw meledek sambil menyodok memeknya.
"Enggaaakkk. Aaaahhhh. Cuma kontol Jakaaa." ucapnya.
"Cuma kontol enak Jaka yang boleh masuk ke memek ini. Aaahhh, aahhhhh. racaunya lagi.
Sebuah ide muncul di otak Gw. Gw mengarah kepala Gw ke toketnya, lalu Gw gigit-gigit kecil agar muncul tanda cupang merah di toket Bu Ros.
"Saya udah bikin cupang biar enggak kalo diliat suami ibu nanti dia curiga." kata Gw sambil terus menyodok kontol Gw ke memek Bu Ros.
"Aaahhhh. Aku ghakk akan kasih suami aku ngentot. Aahhhhh." racaunya lagi.
"Memeknya buat siapaaa."
"Buat Jakaaaa." kata Bu Ros yang membuat Gw semakin merasa ingin keluar.
"Saya mau keluar nih. Keluarin dimana." tanya Gw.
"Samaa. Di dalem aja, Jakkk. Ahhhh ahhh ahhhh."
"Di dalem apaaa."
"Di dalemm memekk Jaaak."
"Memeknya punya siapa."
"Memeknya punya Jakaaaa."
*Crooottt croott croooottt
*Brukkk
Tubuh Gw ambruk terkapar di atas tubuh Bu Ros yang juga terkapar di atas meja.
Bersambung