Chereads / Hasrat Nikmat Di Sekolah / Chapter 18 - Part #18

Chapter 18 - Part #18

"Kalian udah sering main sama Jaka?" tanya Bu Ros ke mereka bertiga.

"Enggak sering juga. Jaka kan punya banyak istri jadi harus ngantri." jawab Bu Nisa.

"Dua hari yang lalu aja aku mau ngentot sama Jaka tapi ternyata dia abis ngentot sama kamu." lanjutnya.

"Ihh, Jaka. Kamu cerita?" tanya Bu Ros ke Gw.

"Semua hal tentang perngentotan Jaka itu selalu kami tau. Soalnya kami punya grup. Hehehe." jawab Kak Sinta.

"Terus aku disini harus apa?" tanyanya.

Kak Sinta pun menceritakan perihal jamu buatan Bu Lena ke Bu Ros.

"Ihh. Beneran? Enak bangettt." komentar Bu Ros.

"Enak apanyaaa. Capek tauuu." ucap Bu Lena.

Bu Ros pun langsung melucuti pakaiannya hingga telanjang lalu mengajak Jaka untuk mengentotinya.

"Ayukk, Jakk. Aku udah sange dari rumah."

Kak Sinta mendorong Bu Ros agar tiduran di atas kasur. Dijilatinya memek Bu Ros oleh Kak Sinta.

"Ahhh, Sintaaa. Kamu ngapainnn."

Kak Sinta pun menghiraukan perkataan Bu Ros dan tetap menikmati memeknya.

"Ooouuhhhh. Sintaaaa. Enak bangettt sedotan kamuuuu." racaunya.

Bu Lena pun ikut menjilati toket Bu Ros. Begitupun Bu Nisa.

"Aahhhh. Makasihhh lohhh aku udhhahhh diajhhakkkk." racaunya sambil menikmati sambutannya.

"Nih, Jak. Udah siap." kata Kak Sinta yang menyuruh Gw untuk mengentoti Bu Ros.

Gw pun mengentoti Bu Ros berkali-kali dengan berbagai gaya. Bu Ros memang jago dalam hal itu.

Dari jam 9 sampai jam 1 Gw main dengan mereka semua. Setelah 2 kali crot di memek Bu Ros dengan skor 9:2, Gw bergantian mengentoti Bu Nisa, Bu Lena dan Kak Sinta. Lalu terakhir juga mengentoti Bu Ros kembali.

"Aahhh, Jakkk. Ayukk cepetannn keluarnyaaaa." ucap Bu Ros yang sedang menungging menghadap kasur sedangkan Gw sedang menyodok memeknya dari belakang.

Bu Nisa sudah terkapar di bawah lantai. Bu Lena dan Kak Sinta lemas tak berdaya di atas kasur.

"Uuhhhhhh. Buu, aku mau keluarrrr."

*Crott

Peju Gw keluar di dalam memek Bu Ros. Sedikit sekali.

Lalu dengan perlahan kontol Gw terasa sejuk di dalam memek Bu Ros. Semakin lama semakin layu sehingga keluarlah kontol Gw dengan sendirinya dari memek Bu Ros.

"Huhhh. Udah selesai juga akhirnya." ucap Bu Ros.

"Kontol Jaka udah enggak ngaceng lagi." lanjut Bu Ros.

"Iyaa???" tanya Bu Nisa yang kini bangun dari lantai lalu menuju ke arah Gw.

"Akhirnyaaa." ucap Kak Sinta.

"Udah, deh. Enggak lagi-lagi aku ngasih kamu jamu itu, Jak." kata Bu Lena.

*Bruggg

Gw merebahkan tubuh Gw yang sangat lelah ke atas kasur.

"Makasihh Jakaaa. Mmuaachhh." Kak Sinta mencium pipi Gw.

Lalu kami semua merebahkan diri di atas kasur Bu Lena yang muat dengan kami semua tetapi dengan posisi menyamping sehingga kaki Gw menggantung.

"Sempit ya." ucap Kak Sinta.

"Di depan tv aja yuk." ajak Bu Lena.

"Bentar, aku siapin dulu." tambahnya lalu pergi keluar kamar.

Bu Lena menyiapkan beberapa kasur portabel di depan tv agar kami bisa tidur bersama. Setelah siap, Bu Lena memanggil kami semua agar pindah.

Kami merebahkan diri di depan tv dengan urutan Bu Lena paling kiri, lalu di kanannya ada Kak Sinta, lalu di tengah adalah gw, di kanan Gw ada Bu Nisa lalu paling kanan ada Bu Ros.

"Hoaaahh. Enaknya poligami." ucap Gw sambil meregangkan badan lalu merangkul Bu Nisa dan Kak Sinta.

"Poligami tapi enggak bisa adil ya percuma, Jak." ucap Bu Lena.

"Lah ini kan saya udah adil, Bu." jawab Gw.

"Itu aja yang kamu rangkul cuma Bu Nisa sama Sinta. Aku sama Bu Lena enggak kamu rangkul." ucap Bu Ros.

"Ciee, cemburuu." ledek Gw.

"Bukan cemburu, Jak. Tapi kalo enggak bisa adil mending enggak usah poligami." ucap Bu Nisa.

"Nikah sama satu orang aja. Tapi ngentotnya bisa sama semuanya. Hahahaha." lanjutnya yang diikuti oleh tawa kami semua.

"Bu Nisa enak ya badannya, montok. Pantes Jaka suka." ucap Bu Ros yang sedang meluk Bu Nisa sambil memainkan toket Bu Nisa.

"Loh. Saya malah ngiri sama Bu Ros. Udah ngelahirin tapi masih tetep langsing." jawab Bu Nisa yang sekarang mulai memainkan memek Bu Ros dengan jarinya.

"Tapi jelas, Jaka lebih suka toket saya." ucap Bu Lena.

"Bener, Jak?" tanya Kak Sinta.

"Iyaa. Aku suka toket yang kayak Bu Lena. Gede tapi empuk." jawab Gw.

"Gedean toket aku atau toket Muti, Jak?"

"Mutii??" tanya Bu Ros terkaget.

"Kamu belum tau yaaa. Hahaha." ledek Bu Nisa.

"Jaka lagi deket sama Muti tau, Buu. Udah main foreplay tapi belum ngentot soalnya Muti masih perawan." jelas Kak Sinta.

"Haduhh. Kalo tau Jaka udah begini aku enggak ngasih tau yang tadi sore deh." ucap Bu Ros.

"Kasih tau apa?" tanya Bu Nisa.

"Tentang Bu Hanna, Bu. Ternyata ada kesempatan saya buat ngentotin Bu Hanna." jawab Gw.

"Ihh, Jakaaa. Kalo gini bisa-bisa satu sekolah kamu entotin Jak." kata Kak Sinta.

"Dihh. Ogah saya ngentot sama Pak Sulai." jawab Gw bercanda.

"Enggak Pak Sulai jugaa." kata Kak Sinta sambil menempeleng kepala Gw.

"Bu Nia coba, Jak. Kamu entotin." suruh Bu Ros.

"Hahahaha. Bu Ros masih kesel tari diomelin sama Bu Nia." ucap Gw.

"Diomelin gimana?" tanya Bu Nisa.

"Tadi abis aku ngentot sama Bu Ros, Bu Nia dateng terus ngomel-ngomelin Bu Ros. Abis itu Bu Ros ditampar." jelas Gw.

"Iya ih, padahal aku deket banget sama dia kok dia berani nampar sih." ucap Bu Ros.

"Biar kamu sadar kali, Ros." kata Bu Nisa.

"Mana bisa aku sadar kalo udah nikmatin kontolnya Jaka. Coba aja dia ngentot sama Jaka, pasti ketagihan sampe enggak mikirin anak sama suami." jelas Bu Ros.

"Aku enggak pernah mikirin anak sama suami, Bu." saut Kak Sinta.

"Kamu mana punya sihh. Yang harus kamu pikirin tuh gimana nanti ngomong ke suami kamu kalo nanti nikah." kata Bu Ros.

"Nahlohh Sintaaa." ledek Bu Nisa.

"Ya ajak ngentot sebelum nikah dulu doong. Biar enggak ditanyain nantinya. Hahahaha." kata Kak Sinta.

"Kok Bu Lena enggak ikut ngobrol?" tanya Gw ke Bu Lena.

Lalu kami semua menengok Bu Lena yang sedang dibelakangi oleh Kak Sinta.

"Yahhh, tidurrr." ucap kami semua berbarengan.

"Capek mungkin abis disodok kamu, Jak." kata Bu Nisa.

"Kan kita semua habis main sama Jaka barengan. Enggak logis lah. Yang logis itu faktor U." ucap Kak Sinta yang lalu dia teriak.

"Aaaaaahh."

Bu Lena mendengar hal itu dalam sayup-sayup tidurnya lalu mencubit Kak Sinta.

"Sakit tauuu." kata Kak Sinta sambil mengusap-usap pantatnya.

"Orang tua kok kamu katain. Hahahaha." kata Bu Lena yang lalu kami semua ikut tertawa.

_____—–_____

*Cuppss

*Mmuaachhh

"Abang ganteng, bangun yukk."

"Hoaaahhhhh."

Gw meregangkan badan setelah bangun dari tidur.

"Yuk ganteng, bangun. Kita sarapan." Kak Sinta membangunkan Gw.

"Jam berapa, Kak?" tanya Gw.

"Jam 8."

Gw melihat sekeliling sudah tidak ada orang lagi hanya tinggal Gw dan Kak Sinta yang masih bertelanjang badan.

"Pada kemana kak yang lain?"

"Lagi pada masak tuh di dapur. Ayuk udah mau mateng tau." ajaknya.

Lalu Kak Sinta pergi menuju dapur meninggalkan Gw sambil berjalan melenggak-lenggok memamerkan pantat gempalnya.

Gw pun mengumpulkan nyawa sejenak lalu bangkit dan menuju ke dapur menemui mereka berempat yang sudah menyiapkan makanan untuk kami sarapan.

"Wihh raja udah bangun." ucap Bu Ros.

"Pada bangun jam berapa?" tanya Gw.

"Ibu-ibu mah emang udah insting jadi bangunnya subuh. Cuma anak muda aja yang bangunnya siang." kata Bu Lena.

"Nah kan selagi muda, Bu. Makanya dinikmatin dulu bangun siangnya. Hahaha." saut Kak Sinta.

Pemandangan di dapur itu bagaikan sebuah imitasi dari isekai. Bu Ros dan Bu Nisa sedang memasak, Bu Lena sang pemilik rumah duduk di meja makan bersama Gw dan Kak Sinta dan kami semua masih tanpa menggunakan pakaian.

"Aduhh, badan aku ngilu semua." keluh Gw.

"Nihh, minum. Udah saya buatin." Bu Lena menyodorkan minuman untuk Gw yang sudah tersedia sedari tadi di atas meja makan.

"Apa ini, Bu?" tanya Gw sambil mengangkat gelas lalu mengendusnya.

"Jamu." ucapnya sambil tersenyum.

"Aneh-aneh lagi gak, nih?" tanya Gw.

"Awas loh Bu kalo aneh-aneh. Saya enggak bisa alesan lagi." saut Bu Ros.

"Enggak kok. Ini jamu biar kamu enggak ngilu-ngilu lagi." jelas Bu Lena.

"Aku minta susu ya, Bu." kata Kak Sinta sambil membuka kulkas Bu Lena.

"Udah punya susu juga pake minta." canda Bu Nisa.

"Belum bisa produksi, Buuu." jawabnya.

"Nanti kalau Bu Nisa hamil deh kita nikmatin susunya. Hahaha." ucap Bu Ros.

"Ahh, suami saya aja mandul. Udah mandul, nyusahin pula." jawab Bu Nisa.

"Nissss. Gak boleh gituu. Siapa tau nanti suami kamu insyaf di dalam sanaa." kata Bu Lena bijak.

"Mudah-mudahan sih yaa." jawabnya.

"Kenapa enggak Jaka aja yang hamilin Bu Nisa." celoteh Kak Sinta seenak jidatnya.

"Ihh ide bagus." kata Bu Nisa.

"Nanti warga pada curiga suaminya dipenjara kok istrinya bisa hamil. Aku di benci satu lingkungan dehh. Pinter banget ishh guru satu ini jadi pengen timpuk pake teflon." oceh Bu Nisa yang gregetan dengan Kak Sinta.

"Bu Ros atau Bu Lena kali aja mau nambah momongan." tambah Kak Sinta.

"Ehh nih ya bocah. Dikira gampang kali ya ngurus anak." timpal Bu Ros.

"Mending kamu tuh yang minta dihamilin aja sama Pak Hendra. Hahahaha." saut Bu Lena yang membuat kami semua tertawa.

"Ihhh, ogaahhh." jawabnya.

"Ehh, itu Bu. Tolongin saya doong. Keluarin Pak Hendra dari SD kitaaa." tambahnya.

"Mana bisaa. Pak Sulai aja enggak bakal bisa mecat dia. Emang kamu siapa mau ngeluarin gitu aja." jawab Bu Nisa.

"Keluarga yang punya sekolah mah mana bisa digituin, Sin. Kecuali ada satu hal." sambung Bu Lena.

"Kan ada video yang waktu itu, Bu." ucap Gw.

"Ehh, itu diminum dulu jamunyaaa." omel Bu Lena.

*Glukk glukk glukk

Gw pun akhirnya meminum jamu yang rasanya emang pahit itu.

"Hmm. Pait bangett. Gak ada manisannya apa Buu." tanya Gw.

"Ehh, iya. Lupa bikin." jawabnya.

"Yaudah sini." kata Bu Lena sambil bangun dari duduknya lalu mendekati Gw.

Bu Lena menciumi bibir Gw lalu di santapnya seisi mulut Gw seolah sarapan pagi.

*Slurpp slurppp slurpp

"Gimana? Udah enggak pait kan?" tanya Bu Lena setelah menciumi Gw.

"Masih, Bu."

"Nih, Jak." Kak Sinta menyodorkan toketnya.

"Ahhh. Mending susu yang ini sekalian." ucap Gw sambil meraih sekotak susu yang dipegang Kak Sinta.

"Ihh, aku yang ngambil kamu yang minum." ocehnya.

"Udah, udah jangan ribut. Nih udah jadi." kata Bu Nisa menyodorkan sepiring telur mata sapi dan roti panggang.

"Yahh, kirain nasi uduk, Bu." komen Gw setelah meminum susu.

"Yeehh. Kamu kira gampang bikin nasi uduk." saut Bu Ros yang juga membawa sarapan kami menuju meja makan.

"Masa masak dari subuh ampe jam delapan cuma dapet roti sama telor doang." komen Gw lagi.

"Emang siapaaa yang masak dari subuh." jawab Bu Ros.

"Lah tadi kata Bu Lena."

"Bukan, Jak. Bangunnya emang dari subuh, tapi masaknya baru kokk?" jelas Bu Lena.

"Terus tadi pagi ngapain aja?" tanya Gw bingung.

"Aku sama Bu Ros nelfon anak sama suami. Bu Nisa ngerapihin kamar aku." jawab Bu Lena.

"Tuan Jaka sama Nyonya Sinta tidur." saut Bu Nisa.

"Hehehehe. Ya maap." ucap Kak Sinta.

"Udah tidur doang, dikasih sarapan malah komen." kata Bu Ros.

"Iya iyaa, maappp." jawab Gw.

"Tapi yang semalem enak kaann." ucap Gw sambil tersenyum dengan kaki mengelus-elus memek Bu Ros dari kolong meja karena ia tepat berada di depan Gw.

"Hmmmppphh." desahnya.

"Udah ihh, sarapan dulu." omel Bu Lena.

"Wahhh, enak Buu." puji Gw sambil menyantap sarapannya.

"Pasti doong. Siapa dulu yang masak." ucap Bu Ros.

"Enak banget nihh. Kayak rasa apa yaa." kata Gw sambil berpura-pura mikir.

"Kayak apa, Jak?" tanya Bu Nisa.

"Kayak rasa telor sama roti." ledek Gw.

"Uhhh. Ngeselin dehh." kata Bu Ros sambil menimpuk Gw dengan tisu.

"Lah, Sinta. Kenapa diem aja?" tanya Bu Nisa.

"Mikirin yang tadi Jaka bilang." jawabnya.

"Yang mana?" tanya Gw bingung.

"Kalo mau ngeluarin Pak Hendra pake bukti yang waktu itu." jawabnya.

"Ohh, ituuu." kata Gw mengingat tentang video Pak Hendra dengan Kak Sinta.

"Itu apa, Jak?" tanya Bu Lena.

"Waktu itu saya ngerekam Pak Hendra abis ngentotin Kak Sinta." jawab Gw.

"Serius??" tanya Bu Nisa.

"Iyaa. Saya masih ada videonya." jawab Gw.

"Muti juga tau tentang ini." tambah Gw.

"Kamu serius mau bikin Pak Hendra dipecat?" tanya Bu Lena.

"Ya mau banget, Bu. Lama-lama saya enggak kuat kalo begini terus." jawab Kak Sinta.

"Tolongin tuh Buu." saut Bu Nisa.

"Coba deh nanti saya pikirin." kata Bu Lena.

"Nah gitu dong wakil kepala sekolah." ucap Bu Ros.

"Loh, ibu wakil kepsek?" tanya Gw.

"Lah, kamu enggak tau?" tanya Bu Ros.

"Enggak ada yang ngasih tau. Gimana saya tauu."

"Wakil kepsek mah enggak punya power apa-apa. Tapi, bisa saya diskusiin juga sih sama Pak Sulai." ucap Bu Lena.

"Makasihh Bu Lenaaaa." seru Kak Sinta.

Setelah itu kami menyelesaikan sarapan kami. Lalu ketika Bu Nisa sedang mencuci piring,

"Jak, aku enggak bisa lama-lama lagi disini." ucap Bu Ros.

"Iya, Jak. Bu Ros harus pulang sebelum jam 10." saut Bu Lena.

"Ohh, yaudah Bu. Makasih yaa udah gabung. Dan, selamat datang di Andaruniii." seru Gw.

"Main lagi yukk sebelum saya pulang." ajaknya.

"Ayukkk."

Lalu Bu Ros menghampiri Gw. Dia langsung berjongkok untuk menyepong kontol Gw.

*Slock slockk slockkk

Setelah beberapa lama dia menyepong Gw, Bu Ros pun bangkit dari posisinya.

"Ayuk, Jak. Aku udah basahh." ucapnya.

Bu Ros lalu duduk di atas meja makan tempat kami sarapan tadi. Dia mengangkangkan kakinya agar Gw bisa memasuki kontol Gw dalam memeknya.

*Slebb

"Aahhh, Jakkk. Kontolnya masih gede kayak semalemm." ucapnya.

*Plokk plokk plokkk

Gw memaju mundurkan pinggul Gw. Bu Lena dan Kak Sinta hanya menikmati suguhan tontonan yang kami ciptakan.

"Aahhhh, Jakkkk. Kontol kamuu enakkk." racau Bu Ros.

Bu Ros menyandarkan tubuhnya ke belakang dengan kedua tangannya sebagai tumpuan. Toketnya yang bergoyang-goyang seirama dengan gerakan pinggul Gw membuat Gw jadi ingin menyedotinya.

*Slurrpp slurrppp

"Ahhh, Jaakkkk. Enakk bangettt." racau Bu Ros.

Selagi Gw mengentoti Bu Ros, Bu Lena bertanya ke Kak Sinta.

"Sange, Sin?" tanyanya.

"Iya lahhh." jawabnya.

"Mmppphhhhh." desah Kak Sinta karena kaki Bu Lena mengelus-elus memeknya.

Bu Ros kini melingkarkan tangannya di leher Gw. Gw pun menarik punggungnya agar kami berpelukan.

"Enak yaaa kalian." komen Bu Nisa.

"Enak doong." ledek Bu Lena.

"Jhakkk, cepettttt." perintah Bu Ros.

Gw pun semakin mempercepat sodokan kontol Gw dalam memeknya. Desahan Bu Ros dan Kak Sinta memenuhi ruangan tempat kami sarapan itu.

"Ahhh, Jakkk." desahnya.

"Akuu mau keluarrrr." tambahnya.

"Barengg, Buuu." ucap Gw.

"Aahhh, ahhhh." Bu Ros memeluk Gw erat.

*Crottt crotttt crootttt

Kontol Gw memuntahkan muatannya di dalam memek istri seorang polisi itu.

"Hahhh. Keringetan aku." ucap Bu Ros.

*Pluppp.

Gw keluarkan kontol Gw dari memek Bu Ros sehingga cairan Gw dan Bu Ros mengucur keluar.

"Bu Lena. Tolong ambilin tisu." pinta Bu Ros.

Lalu Bu Ros memberikan tisu ke Bu Ros dan disapunya cairan yang meluap keluar dari memeknya dengan tisu itu.

"Huhhh. Penutupan yang menyenangkan." kata Bu Ros.

"Sebelum pulang, kita foto bareng yukk." kata Bu Nisa setelah selesai mencuci piring.

"Ayoookkk." seru Kak Sinta.

Kami pun berbaris dengan posisi Bu Nisa di sebelah paling kanan. Diikuti dengan Bu Ros, Gw, Kak Sinta lalu Bu Lena dalam keadaan semua tanpa pakaian satupun. HP kami sandarkan di meja makan agar kami tidak perlu memegangnya.

Bersambung