Chereads / Seiyuu No Chikara (ID) / Chapter 2 - Chapter 2 : Hana

Chapter 2 - Chapter 2 : Hana

Alven POV

Sekolah sambil kerja itu melelahkan. Aku serius. Dari pagi hingga sore aku sekolah. Dan karena sekarang aku sudah kelas dua, tugas-tugas juga semakin banyak. Benar-benar harus bisa membagi waktu kapan harus mengerjakan tugas dan rekaman di studio. Bangun kesiangan, terlambat masuk kelas atau ketiduran di kelas sudah jadi kebiasaanku. Untung saja aku punya seorang teman yang mau berbaik hati meminjamkan catatannya padaku.

Namanya Hana. Dia seorang otaku, sama sepertiku. Makanya kami bisa langsung akrab sejak awal masuk SMA dulu. Kami sering menonton anime dan belanja komik bersama. Kami juga sama-sama mengidolakan Elliot.

Selama ini, kupikir Hana itu otaku biasa, tapi ternyata aku salah. Minggu lalu aku memergokinya sedang membeli BLCD. Dan yang lebih mengejutkan lagi adalah BLCD yang ia beli itu , "Ai no Akashi", BLCD pertamaku dengan Erio.

"Hana," sapaku.

"A-Alven!" Hana terkejut, "sedang apa kau di sini?"

"Harusnya aku yang bertanya. Kenapa kau membeli itu?" kataku sambil menunjuk BLCD yang baru saja dibelinya.

"Me-memangnya kenapa kalau aku beli drama CD?" Hana terlihat sangat panik. Ia bergegas menyembunyikan plastik transparan berisi BLCD itu ke belakang tubuhnya.

"Itu bukan drama CD biasa. Aku tahu itu BLCD," kataku frontal. Hana hendak mengucapkan sesuatu namun tidak jadi. Setelah terdiam sejenak, ia mengajakku duduk di kursi panjang yang ada di sudut toko itu.

"Baiklah, Alven. Aku mengaku," Hana menarik napas sejenak kemudian melanjutkan, "Aku fujoshi. Maaf kalau selam ini aku menyembunyikannya darimu. Kuharap kau tidak membenciku..."

"Mana mungkin aku membencimu cuma gara-gara kau seorang fujoshi. Aku Cuma terkejut saja, habisnya selama ini kau tidak pernah menunjukkan sifat ke-fujoshi-anmu."

"Ehehe... aku takut kau tidak mau berteman denganku lagi kalau tahu aku seorang fujoshi. Soalnya di SMP dulu aku dianggap aneh."

"Yah, kurasa semua otaku memang punya keanehannya masing-masing. Haha..," kataku coba menghibur. Setelah itu Hana pun menyebutkan segala keanehanku kemudian kami tertawa bersama.

"Ne, Alven. Darimana kau tahu kalau ini BLCD? Padahal cover-nya kan nggak ada gambar BL-nya. Jangan-jangan kau ini... fudanshi!" Hana menatapku curiga.

"Sembarangan!" bantahku.

"Lalu darimana kau tahu kalau ini BLCD?"

"..." Tentu saja aku tahu karena itu BLCD-ku. Tapi, aku tidak mungkin mengatakannya pada Hana.

"Seiyuu-nya ya?" Hana memotong keheningan yang kuciptakan.

"Eh?"

"Kau benar-benar fans sejati Elliot ya! Sampai tahu daftar BLCD yang ada Elliot-nya segala."

"O-oh. Haha..." Aku menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal.

"Ngomong-ngomong, pairingnya Elliot di sini, Allen, aku belum pernah mendengar namanya. Kira-kira seperti apa ya suaranya?"

GLEG

Aku menelan ludah.

Apa aku mengaku saja ya sebelum terlanjur

ketahuan oleh Hana? Tidak! Belum saatnya aku mengaku. Toh suara mirip itu bukan hal yang aneh di dunia ini.

"Alven?"

"A-aku juga belum pernah mendengar suaranya," kataku bohong.

Maafkan aku, Hana...

Setelah itu kami pun pulang. Kuharap Hana tidak sadar kalau itu suaraku.

Keesokan harinya.

"Alveeeen~ aku sudah dengar suaranya Allen!"

Aku mulai meneteskan keringat dingin, takut kalau ketahuan.

"Suaranya Allen imut banget! Uke banget! Aku suka!" Hana heboh sendiri, aku hanya bisa tersenyum sambil menahan rasa malu karena suaraku yang sedang berakting 'seperti itu' didengar oleh teman baikku sendiri.

"Ne, Alven. Entah kenapa aku merasa tidak asing dengan suara Allen. Mirip suaramu," Hana menatapku curiga.

"Di dunia ini banyak kan yang suaranya mirip?" sangkalku setenang mungkin agar Hana tidak semakin curiga.

"Iya sih. Lagipula mana mungkin kau yang homophobia mau jadi seiyuu BLCD! Haha..."

"Haha..," aku hanya bisa tertawa getir. Syukurlah, tidak ketahuan.

"Hmm... sepertinya aku harus minta maaf pada Elliot."

"Ha? Kenapa?" tanyaku penasaran.

"Aku sudah menduakannya," Hana menundukkan kepala sambil menutup muka dengan kedua tangannya.

"Haa?!" Aku semakin tidak mengerti.

"Aku suka Allen!" Aku langsung blushing mendengar pernyataan itu. "Suaranya terlalu imut, aku langsung jatuh cinta saat pertama kali mendengarnya. Kyaa~ ! Pokoknya mulai sekarang aku ngefans sama Allen!" Hana heboh. Aku mengalihkan pandanganku agar ekspresi wajahku yang tak terdeskripsikan itu tak terlihat olehnya.

Sejak saat itu Hana mulai terobsesi padaku... maksudku pada 'Allen'. Ia sering bercerita padaku tentang bagaimana susahnya mencari info tentang Allen. Tentu saja, aku memang masih dirahasiakan oleh agency-ku. Entah strategi pemasaran atau apa, yang jelas aku sangat tertolong dengan adanya kebijakan itu. Tapi aku tidak tahu sampai kapan aku bisa menyembunyikan hal ini dari Hana.