Chapter 106 - BAB 96

Jika ada yang ngerasa bab kemarin error, coba log out kemudian log in lagi. Nanti susunannya pasti rapi kembali.

.

.

.

"Apa yang dikatakan Laura benar?" cecar Porche begitu keluar. Wajahnya bersungut-sungut dan agak merah karena amarah. "Jawab aku, Kinn. Jadi, kau sempat menggunakan adikku sebagai alat?"

Mossimo membuang muka dari mereka berdua. Lelaki itu memilih menutup pintu, tanpa peduli akan terjadi di masa depan.

Mau tak mau, Kinn pun mengakhiri panggilannya dengan Naphat meski belum selesai. "Aku bisa jelaskan," katanya.

PLARRRR!!

"BULLSHIT!" bentak Porche marah. "Aku tidak tahu kau selicik itu, Kinn." Kedua matanya berkaca-kaca. "Walau memang sempat minta maaf karena membawaku ke rumah dengan cara yang salah."

"Porche, tenang ...." kata Kinn.

"Kau pikir hanya dengan mengatakannya cukup?!" Porche mundur dan tidak mau disentuh. Dia bahkan menampik tangan Kinn karena terlalu tak habis pikir. "Bisa-bisanya kau berbuat sekotor itu kepada Porchay. Sebenarnya kau menganggap aku ini apa? Hewan liar yang digiring ke perangkap berisi makanan mewah?"

Sejujurnya dulu, iya. Karena Kinn hanya memperkirakan 50:50 apakah mereka sungguhan cocok sebagai pasangan. Tapi kini, ah ... melihat Porche sakit hati saja Kinn tak akan tahan.

"Porche, maaf ...."

"Fuck."

"Maaf ...."

"KAU INI KEPARAT BRENGSEK!!"

"Maaf ...."

Kinn mengatakannya terus menerus. Dia tidak menyerah membuat Porche terus menatap kesungguhan pada matanya, hingga sang lelaki tercinta menghela napas panjang.

"Kau harus mengatakannya juga pada adikku," tegas Porche sambil menunjuk dada Kinn. "Dan jika dia tak memaafkanmu, maka jangan harap aku juga akan begitu."

"Iya, tentu. Sepulang dari sini aku akan minta maaf, oke? Karena dulu dan sekarang sudah berbeda, Porche," kata Kinn.

Desisan Porche justru keluar. "Ya, beda. Karena aku tidak lagi tolol," katanya. "Dan kau takkan mampu sewenang-wenang padaku. Camkan itu, Kinn."

"Maaf ...."

"ARRRGGGGGHHHHHHH!!!"

"Aku benar-benar minta maaf ...." Kali ini, Kinn berhasil memeluk Porche meski ketegangan dalam kulitnya parah. Porche seperti ingin meremukkan Kinn sekejap, tapi dia tak mampu. Napas panasnya ditahan. Dada sakitnya diredam sebisa mungkin. Karena meski amat benci, itu belum sebanding dengan bagaimana cara mereka melalui selama ini bersama-sama.

Namun, Porche tetap mendiamkan sang suami. Dia tidak mau bicara terlalu banyak, atau Kinn akan merasa di atas angin. Dikiranya masalah ini tidak serius? Kinn bisa jadi musuh terbesar Porche jika lelaki itu berani melakukan hal yang lebih fatal kepada adiknya.

"Tuan Kinn, bocah itu sudah kami dapatkan. Dan sekarang kami sembunyikan jauh dari kota!"

Pukul 6, Kinn akhirnya mendapatkan kabar pasti Naphat melalui telepon.

"Bagus."

"Tapi ayahnya memang mengerikkan! Sepertinya mereka langsung mengejar kami!"

Kinn bisa mendengar suara mobil yang dipacu kencang dari seberang sana. "Tentu saja. Itu wajar. Kalian hanya harus jaga jarak dan saling berkomunikasi," katanya. "Suruh Fern dan Gan untuk selalu siaga juga. Kalian benar-benar tidak boleh gagal kali ini."

"BAIK!"

"SMITH! BRENGSEK! SMITH! CEPAT ANGKAT PANGGILANKU!" bentak Chief Joseph begitu mengetahui anak tunggalnya hilang. Di tangan lelaki itu ada sobekan kertas yang ditancapi pisau berdarah hingga tembus meja. Tempat tersebut merupakan spot dimana puterinya menimba ilmu dari sekolah, dan dua jam lalu tidak ditemukan Nanny ketika menjemput. (*)

Tulisannya seperti ini:

Joseph pun meremas kertas itu kemudian menggebrak meja.

"ARRGH! FUCK!"

BRAKH!

Inspektur Smith baru mengangkat sambungan itu setelahnya.

"Halo, Chief--"

"Kita bertemu sekarang! Aku ingin bicara banyak hal denganmu!" kata Chief Joseph seraya mematikan telepon. Dia mengirimkan detail alamat untuk bersua, walau tetap memerintahkan tindakan waspada kepada bodyguard-nya di rumah. "Kalian. Awasi istriku benar-benar. Jangan meninggalkannya sendirian. Soal Jasmine biar aku saja yang urus."

"BAIK!"

Roselina, sang istri tak berhenti kalut sejak tadi. Wanita itu terus berdoa kepada Tuhan, agar Jasmine tak apa-apa. Sebab di pojokan kertas ada tanda lambang mafia, walau mereka belum pernah melihatnya di dalam negeri.

Siapa yang menculik puterinya?

Roselina tidak mau mengkhayalkan hal yang terlalu di luar nalar. Sang suami, bahkan tidak dia pedulikan meski sempat merangkul dengan ciuman di pelipis sebelum pergi. "Tenang, Rose. Kau tak perlu khawatir. Puteri kita pasti baik-baik saja. Aku jamin."

Lelaki itu pun segera pergi mengurus segalanya setelah itu. Sejak awal dia tahu pekerjaan ini beresiko, walau baru sekarang seseorang sungguh berani menculik puterinya.

Orang ini pasti bukan sosok sembarangan. Sebab Jasmine selalu dia kawal dengan satu sopir, satu Nanny, dan dua bodyguard kemana pun dia pergi. Mereka juga terlatih. Maka si penculik pasti sama terlatihnya dengan miliknya.

"Chief, kami menemukan tanda ini lagi di sekitar sekolahan," kata salah satu bodyguard Joseph sambil menunjukkan pin jas yang terjatuh.

Pin yang sebenarnya tampak tak asing, tapi Joseph juga ragu dimana pernah menemukannya.

"Baiklah terima kasih," kata Joseph yang saat itu di dalam mobil. Dia tidak memperhatikan jalan raya karena sangking fokusnya ke benda itu.

"Orang ini ingin aku menutupi kasus di Venezia, huh?" gumam Joseph. "Tapi kau pikir semudah itu? Ketentraman kota dan negaraku sudah terganggu karena ulah kalian ...." katanya bernada tegas. Walau dalam hati, lelaki itu juga kalut sekali.

"Tapi dari laporan yang kami lihat, di sana juga ada kaliber-kaliber yang mirip, tapi sebenarnya berbeda," kata bodyguard lain di sebelahnya.

Joseph pun melirik sekilas. "Maksudmu?"

Bodyguard itu mengulurkan beberapa berkas kepadanya. "Coba Anda lihat ini." Dia mengetuk beberapa gambar. "Desain kaliber A dan B sekilas memiliki kesamaan. Tapi, kalau kita lihat lebih detail, ternyata ada bagian yang berbeda jauh."

"Lanjutkan penjelasanmu."

"Satunya bisa kupastikan milik pasukan Don Mossimo Torrecelli, tapi Anda tahu kita masih punya perjanjian damai dengannya," kata si bodyguard sambil membalik halaman.

Joseph pun mengangguk pelan. "Ya, aku sudah kirim utusan ke Sisilia. Tapi belum ada jawaban sampai sekarang," katanya. "Jadi, menurutmu yang B berarti milik si pin asing?"

"Ya, hanya saja yang satu ini juga sedikit aneh."

"Oke, biar kulihat sendiri."

Joseph D'Samuel pun mengambil semua berkas dari tangan sang bodyguard. Itu adalah data-data yang Inspektur Smith laporkan padanya. Mulai dari file major hingga minor. Mulai dari yang terlihat remeh hingga yang begitu jeli. Hingga Joseph menemukan kemiripan yang lebih kentara dengan kaliber A, hanya saja memiliki ukiran tulisan "Amore" di badan dan peluru yang ditemukan. (**)

"Baik, aku paham," kata Joseph. Dia menutup file-file itu frustasi. "Intinya ada 3 pihak yang terlibat. Mossimo, siapa, dan entah siapa lagi."

"Benar."

"Dan salah satunya menginginkan penutupan kasus."

"Benar, walau kami juga mendapat laporan, kalau seorang pria yang sering bicara dengan Inspektur Smith di luar mansion mendadak hilang juga dari peredaran."

DEG

"Tunggu, apa?"

"Namanya James--atau Arthur Jirayu? Entahlah, saya tidak mudah ingat pebisnis-pebisnis kecil seperti dia," kata si bodyguard dengan raut yang tampak berpikir keras. "Yang pasti, kudengar dia punya koneksi dengan Mossimo, jadi kami selalu berpikir dua kali untuk mengganggu posisinya lebih jauh." (***)

Kuku jari Joseph pun mengetuk-ngetuk pahanya sendiri. "Hmm ... kalau begitu cepat cari informasi tentangnya."

"Ah, baik."

"Dan pastikan apa kaitannya si Jirayu ini dengan ketiga pihak," tegas Joseph. "Aku mau laporan sedetail mungkin. Tidak boleh ada yang terlewat."

"Siap."

"Karena tanah air kita sungguh tidak sedang baik-baik saja ...."

Bersambung ....

💀 Ya, perang semakin dekat. Antara KinnPorsche, MossimoLaura, KimTawanJirayu, Allard-Domenico, dan pemerintah. Parahnya, di sini memang cuma pasangan terakhir lah yang enggak dinotis Smith/Joseph. The fuck--

_________

CATATAN DETAIL:

(*) Nanny adalah sebutan pengasuh wanita yang mendampingi majikan kecil.

(**)

Kaliber A: pasukan Mossimo.

Kaliber B: pasukan Kinn.

Kaliber Amore: pasukan klona.

Allard dan Domenico pakai kaliber milik Mossimo juga. Karena Domenico masih keluarga Torrecelli.

(***) Perjanjian mafia dan pemerintahan. Jadi, alasan para mafia seperti mereka bertahan ada karena perjanjian terbentuk untuk saling menguntungkan. Pemerintah mendapat bantuan (misal pasokan senjata) dan pembagian saham investasi, pemerintah juga memberikan mafia perlindungan otonomi per daerah. Kurang lebih begitu.

______

Ren