"Sepertinya Master sangat populer di kalangan wanita, bukankah begitu, Mary?" Tanya Anne.
"Benar, Anne. Awalnya aku ingin memeluk Master, tapi nampaknya tidak ada tempat yang tersisa untuk aku peluk."
"Kamu tidak seperti biasanya, Mary. Jelas kamu bukan gadis yang mudah dekat dengan orang lain, apa yang membuatmu berani sekarang?"
"I couldn't help it. Melihatnya, entah mengapa aku sangat sekali ingin dekat dengannya." Jawab Mary sambil tersipu.
"Mary Read, Anne Bonny, senang bertemu kalian. Aku Vermillion." Vermillion menghampiri mereka sambil menyambut dengan hangat. "Aku tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Servant yang terdiri dari dua orang." Katanya sambil mengulurkan tangan.
"Master sangat sopan, saya sangat menyukainya!" Anne menjabat tangan Masternya dengan senang lalu menariknya mendekat secara tiba-tiba.
Melihat Vermillion dipeluk oleh Anne, Mary juga tidak mau kalah, "Anne licik sekali, aku juga menginginkannya!" Mary lalu melompat ke arah punggung Vermillion.
"Kalian sangat suka bermain, bukankah begitu?" Drake menghampiri mereka sambil tertawa, "Halo dan selamat datang di kapal, aku Francis Drake, Bajak Laut. Kalian mungkin telah mengenaliku."
"Halo, Kapten Drake. Saya tidak pernah menyangka akan bertemu dengan Anda, Kapten Drake yang hebat." Anne menyambut dengan hangat.
"Kamu benar, Anne. Bisa bertemu dengan Master dan Kapten Drake adalah sebuah berkah. Saya yakin hari-hari mendatang tidak akan membosankan dengan Anda." Mary memberikan anggukan.
"Sebenarnya ini usul dari Drake." Vermillion yang selama ini diam karena digencet oleh dua gunung bergabung dalam percakapan.
"Jadi begitu..." Mary dan Anne sama-sama mengangguk beberapa kali, "Karena saran Kapten Drake, kami berdua dapat dipanggil ke sini, terima kasih. Sebagai rasa terima kasih, kami akan berusaha membantu Kapten, Master, dan rekan-rekan sekalian."
"Kalian sangat antusia, haha. Berbeda dari yang aku kira." Drake tertawa.
"Omong-omong, Andalah yang paling mengejutkan. Kudengar Kapten Drake adalah laki-laki." Mary menoleh ke arah Anne.
"Aku juga mendengar hal yang sama." Anne memberikan anggukan.
"Terkadang ada perbedaan antara legenda dan kenyataan." Drake menggelengkan kepalanya. Menoleh ke arah Vermillion, dia bertanya, "Sampai kapan kamu mau menikmatinya? Bukankah kamu bilang ingin memanggil teman baru yang lain?"
"Apakah akan ada teman baru? Master, apakah benar demikian?" Anne bertanya kepada Master yang masih dia peluk dengan erat.
"Benar, dan bisakah kamu melepaskanku?"
"Jika benar demikian maka tidak ada pilihan lain. Tapi nanti pastikan untuk tetap dekat dengan saya, Master." Anne dengan enggan melepaskannya.
"Anne, kamu sungguh licik. Menggunakan tubuhmu untuk merayu Master." Mary merasa cemburu, "Aku juga ingin dekat dengannya!"
"Kalian berdua menepilah dulu, aku ingin memanggil teman baru dulu." Vermillion menepuk mereka berdua.
"Tatsumaki, sekarang aku akan memanggil teman baru dengan profesi Hero."
"Kamu tidak akan menyesal. Pahlawan adalah orang-orang yang kuat!" Kata Tatsumaki dengan bangga.
"Umm... Kapten, apakah kamu bisa memanggil temanmu langsung dari jarak jauh seperti ini? Apakah mereka semua anggota Blueplanet?" Robin penasaran.
"Anggota Blueplanet semuanya datang dari tempat yang sangat jauh, dan aku memanggilnya menggunakan metode khusus yang tentunya memerlukan biaya tertentu. Tanpanya aku tidak akan bisa memanggil mereka, haha."
"Semakin lama aku tinggal bersamamu, semakin banyak kejutan yang kamu berikan kepadaku. Baik pemanggilan ini serta Kizaru yang sebenarnya adalah rekanmu, membuatku sangat terheran-heran." Ketika pertama kali dia melihat Kizaru di dalam Kastil, awalnya dia mengira Admiral itu berhasil melarikan diri, tapi ternyata dia adalah salah satu rekan Kapten, bayangkan keterkejutannya.
"Sebenarnya Kizaru yang kamu maksud benar-benar dua orang yang berbeda, yang dari Marines sudah lama kutangkap. Alasan mengapa dia berada di Marines tak lain untuk bertugas sebagai mata-mata, saat itu kita masih kekurangan kekuatan, tapi sekarang nampaknya tidak lagi dibutuhkan, dia akan segera kembali kepada kita." Dia menjelaskannya dengan singkat.
"Jadi begitu... Tapi mereka sangat mirip..." Robin mengangguk.
"Kita akan membicarakannya nanti, untuk sekarang, mari menyambut teman baru kita. Omong-omong, Robin, teman baru dengan profesi apa yang kamu inginkan?" Tanyanya, "Akan ada empat, tiga profesi telah ditentukan, satunya terserah padamu."
"Dapatkah aku memilihnya?" Tanyanya dengan kaget.
"Tentu."
"Jika memungkinkan, aku ingin rekan dengan profesi penulis, dengan begitu aku dapat membaca lebih banyak buku yang bagus."
'Penulis, kah? Salah satu dari mereka adalah Andersen dan Shakespeare...' Pikirnya dalam hati.
"Kalau begitu sudah diputuskan." Dia memberikan anggukan persetujuan.
"Untuk sekarang mari penuhi permintaan Tatsumaki dulu. Jika kita membuatnya menunggu lebih lama, maka dia akan semakin marah dan cemberut." Katanya sambil melirik ke arah Tatsumaki yang cemberut dengan lucu.
"Tidak masalah." Robin tersenyum sambil melihat Tatsumaki. Penampilan mungilnya membuatnya sangat ingin menggendongnya serta bermain bersamanya, tapi sayangnya Tatsumaki selalu menolak permintaannya dan berkata bahwa dia bukan anak kecil, melainkan seorang wanita dewasa berusia dua puluh delapan tahun. Awalnya dia mengira Tatsumaki berbohong, tapi ternyata hal itu benar adanya.
"Membuat wanita menunggu adalah hal yang tidak sopan!" Tatsumaki menyilangkan tangannya.
"Oke, oke, aku akan memanggilnya sekarang."
"Bagus kalau begitu." Angguk Tatsumaki dengan arogan.
"Jadi, Hero seperti apa yang akan merawat Tatsumaki tercinta kita?"
"Sial, kamu masih ingin memperlakukanku layaknya anak kecil?! Sungguh keterlaluan!" Tatsumaki semakin cemberut setelah mendengar godaannya.
"Suara ini, kakak?!" Dari dalam lingkaran sihir, suara familiar Tatsumaki membuat orang yang terpanggil itu kaget.
Tatsumaki yang tertegun secara mekanis memutar lehernya, menatap ke arah lingkaran sihir tersebut. Dari dalam dia melihat seorang wanita jangkung bertubuh langsing dengan gaun hijau yang sangat familiar.
"F-Fubuki?!" Tatsumaki terbelalak.
"Kakak, apa yang kamu lakukan?" Melihat Tatsumaki yang digendong oleh seorang pria layaknya anak kecil membuatnya kaget. Melihat tingkah dan eskpresinya, nampaknya kakaknya tidak terlalu keberatan dengan hal tersebut.
-----
read chapter 193 on;
patréon.com/mizuki77