"Apakah ini Skypiea?" Robin memandang pulau langit yang yang diselimuti oleh awan indah itu dengan penasaran.
"Aku tidak pernah menyangka bahwa pulau langit yang legendaris itu benar-benar ada." Drake mengungkapkan keterkejutannya juga.
"Pak tua pengendara Pegasus, berapa lama kamu ingin menonton?" Vermillion tiba-tiba bertanya.
Tak jauh dari Hanging Gardens, seorang lelaki tua yang mengendarai Pegasus muncul, "Halo, nama saya Gan Fall, seorang ksatria langit." Sapanya setelah mendarat di Hanging Gardens, "Saya bersedia membantu selama Anda mau membayar saya. Kalau boleh tahu, apa yang memabut Anda mengunjungi tempat ini?"
Mendengar sapa pak tua hangat itu, Vermillion tersenyum, tapi tetap diam, karena dia sekarang fokus pada sosok yang bergegas mendekat ke tamannya.
Dari kejauhan, sambaran petir datang, yang kemudian mengembun menjadi bentuk manusia.
"Pulau yang bagus... Pulau seperti ini hanya pantas digunakan oleh Dewa sepertiku." Memandang Vermillion, Enel berkata, "Manusia, meskipun aku tidak tahu apa tujuanmu datang ke sini, tapi sekarang aku ingin kamu turun dari pulau itu. Mulai sekarang akulah pemiliknya." Enel secara sewenang-wenang memerintahkan orang tak dikenal itu untuk keluar dari Hanging Gardens.
"Dewa Enel?!" Gan Fall kaget.
"Dewa? Haha!" Vermillion menyambut kemunculan Enel sambil tertawa menghina. Menunjuk ke arah Enel, ujung jarinya tiba-tiba bersinar dengan cahaya menyilaukan.
"Hmm?!" Enel mengerut ketika dirinya tiba-tiba dibutakan oleh cahaya aneh yang muncul entah dari mana.
Enel yang gagal bereaksi terkena light beam tersebut. Ledakan dahsyat mengikuti setelahnya.
"I-ini?" Gan Fall ternganga, "A-apa yang telah kamu lakukan?! Dia adalah Dewa, kekuatan dan perintahnya adalah mutrlak!"
"Tidak, kalian harus segera pergi dari sini, jika tidak Dewa Enel akan membunuh kalian."
"Mereka tidak akan bisa melarikan diri." Tanpa Gan Fall duga, Enel yang selamat dari serangan tadi tiba-tiba muncul di dekat Vermillion, "Sungguh tidak sopan untuk menyerang sang Dewa. Manusia fana sepertimu perlu dihukum mati. Satu juta volt!" Kilat kuat langsung menyambar dari telapak tangannya.
Menghadapi serangan Enel, Vermillion dengan tenang menembakkan light beam lain yang lebih kuat ke arah Enel. Begitu kedua serangan tersebut bersentuhan, kilat Enel langsung menghilang, dan light beam itu terus melesat menuju targetnya.
Sekali lagi, tubuh Enel terkena serangan lawan. Ledakan tersebut bahkan membuatnya terhempas ke Hanging Gardens.
"Tamu tak diundang sepertimu tidak pantas menginjakkan kaki di tamanku." Tubuhnya yang terbuat dari cahaya mengembun di dekat tempat Enel jatuh.
"Kau!" Enel menatap kaget ke arah musuhnya. Dia jelas merasakan bahwa lawan bergerak tak jauh lebih lambat darinya.
"Beraninya kamu menyerangku! Kamu telah membuat Dewa yang maha kuasa murka!" Enel yang murka menunjuk ke arah langit dengan tongkat emasnya. Mengikuti gerakannya, petir dahsyat terbentuk, dan segera menyambar ke arah musuhnya.
"God's Judgment!"
"Yahahaha! Tidak perduli seberapa cepat kamu, kamu tetap tidak akan lebih cepat dari guntur!" Enel tertawa layaknya maniak.
"Membosankan~" Suara Vermillion terdengar dari dalam guntur yang masih menyambar tersebut.
"Nani?!" Enel benar-benar terkejut.
"Awalnya kukira seranganmu kuat, tapi ternyata biasa-biasa saja." Vermillion yang masih terbalut oleh listrik keluar, anehnya listrik yang membalut tubuhnya tersebut berbentuk seperti baju besi Spartan dengan the crest yang khas. Sekilas, sosoknya terlihat megah dan kuat, tapi beberapa detik kemudian mode baju besi itu menguap.
"Nampaknya kamu masih belum mengembangkan kemampuanmu dengan baik." Jelas dia kecewa, "Mengenai kecepatan, kecepatanku jelas lebih baik darimu." Dalam sekejap, sosoknya langsung muncul di depan Enel, kali ini menggenggam pedang yang terbuat dari cahaya.
"Grr!" Enel yang terkejut buru-buru menghindari serangan lawan dengan segenap kekuatannya.
Awalnya dia merasa heran akan mengapa serangannya tadi tidak berpengaruh kepada musuhnya, tapi kemudian berpikir bahwa voltasenya tidak cukup. Masih tidak puas, Enel segera melancarkan God's Judgment yang kedua.
Mendengar lolongan guntur dari atas langit, seluruh penduduk Skypiea berlutut sambil memohon kepada Enel dengan ketakutan.
"Aisa, siapa yang telah membuat Enel murka?" Wyper bertanya kepada Aisa.
"Tunggu sebentar," Aisa mengangguk dengan gemetar, "Menakjubkan! Ada seseorang yang tubuhnya dibalut cahaya yang sedang melawan Enel! M-mereka bergerak sangat cepat, aku tidak dapat melihat mereka dengan jelas."
"Ini adalah kesempatan emas kita." Wyper mengepalkan tangannya erat-erat, "Enel telah menduduki tanah nenek moyang kita untuk sekian lamanya, sekarang saatnya bagi kita untuk merebut kembali tanah tersebut!"
"Semuanya, bersiaplah! Selagi Enel sibuk, kita perlu bertindak cepat!" Wyper memberi perintah.
Para prajurit Shandia segera mengambil tindakan.
Kembali ke Vermillion.
"Brengsek!" Enel mengumpat. Sialan itu terus mengejarnya!
Setelah beberapa kali bertukar serangan dengan musuhnya, Enel menyadari bahwa serangannya tidak terlalu berpengaruh kepadanya. Sebaliknya, pedang cahaya tersebut membuatnya kesakitan setiap kali mengenainya. Meskipun dia tidak terluka parah, akan tetapi dia membenci rasa sakit tersebut.