Chereads / One Piece: Pemanggil Servant / Chapter 19 - Bab 19

Chapter 19 - Bab 19

*Boom!*

"Nani! Apa yang telah terjadi?!"

"Apakah ada gempa bumi?!"

"Cepat! Keluar dari dalam rumah!"

Tabrakan antara kedua energi pedang tadi menghasilkan dampak suara serta getaran yang sangat hebat, bahkan orang-orang yang berada jauh dari bukit merasakan getaran tersebut!

Di tempat dimana ledakan terjadi, tanah yang sebelumnya utuh sekarang telah menjadi lubang besar yang membentang!

Serangan kuat seperti itu tentunya bukan serangan yang mampu ditahan oleh Zoro dan Kuina. Oleh karena itu Vermillion memutuskan untuk memblokir energi pedang yang mengarah ke arah mereka, jika tidak Zoro dan Kuina akan terluka parah.

Penduduk desa yang sebelumnya panik segera keluar dari dalam rumah mereka masing-masing.

Ketika berada di luar, mereka terkejut akan apa yang mereka lihat di bukit kejauhan.

"Ca-cahaya apa itu?!"

"Lihat di sana!"

Penduduk desa melihat sebuah cahaya yang membentang ke atas langit dari arah belakang gunung dimana Dojo Koushirou berada.

"Apa?!" Koushirou yang melihat hal ini pun sama-sama terkejut.

Setelah tambrakan energi pedang barusan, dia awalnya mengira pertempuran ini akan berakhir sampai di situ saja, tapi dia salah!

Dia tidak menyangka bahwa rakasa besar yang berdiri di belakang Musashi masih berdiri kokoh bahkan setelah tabrakan energi tadi.

Apa yang membuatnya lebih terkejut tak lain, ketika Musashi mengepalkan tangannya, Raksasa itu menghilang digantikan dengan energi pedang putih keperakan sepanjang ratusan meter yang menjulang ke atas langit.

"Seranganku belum berakhir." Musashi tersenyum dengan penuh percaya diri, "Serangan yang aku luncurkan tadi hanyalah langkah pendahuluan."

"Ini merupakan serangan pamungkasku, hal ini adalah bukti bahwa aku telah mencapai ranah kekosongan!"

Memegang gagang pedang dengan kedua tangan, Musashi mengayunkannya secara vertikal ke arah bawah.

Cahaya pedang itu langsung menerjang ke arah Koushirou.

Koushirou tak lagi mampu mengayunkan pedangnya untuk melawan serangan tersebut. Serangan sebelumnya telah menghabiskan seluruh kekuatannya, bahkan jika dia masih dapat melawan, dia tahu bahwa dia tidak akan mampu menahan tebasan Musashi.

Menatap kosong ke arah serangan pedang itu, Koushirou hanya berdiri sambil menerima nasibnya.

*Slash!*

*Boom!*

Serangan energi tadi melaju cepat melewati Koushirou dan akhirnya menebas gunung yang ada di belakangnya.

"?!"

Ketika Koushirou menoleh ke arah belakang, dia langsung berkeringat dingin. Gunung kokoh tadi telah terbelah menjadi dua!

"Gu-gunung itu terbelah?!" Kuina melototkan matanya ketika melihat adegan mengejutkan tadi.

Menatap gunung yang terbelah itu, Kuina mengepalkan tangannya saat rasa semangat mulai memenuhi hatinya.

Meskipun ayahnya telah kalah, tapi dia tidak bersedih hati. Selain itu ayahnya tidak terluka.

"Sa-sangat kuat!" Mulut Zoro terbuka lebar.

"Ternyata Master Koushirou sangat kuat, dan kakak perempuan itu bahkan jauh lebih kuat!!!"

"Aku mengaku kalah." Koushirou berkata sambil menggelengkan kepalanya.

Setelah menyarungkan pedangnya kembali, Koushirou menatap ke arah Musashi. "Dengan kekuatan tebasan seperti itu, aku takut bahwa anda tidak lebih lemah dari Dracule Mihawk."

"Sebelumnya saya percaya bahwa wanita tidak akan pernah lebih kuat dari pada pria berkat kekuatan fisik mereka. Meskipun wanita dapat menjadi pendekar pedang yang hebat, tapi mereka tidak akan pernah menjadi yang nomor satu di dunia..."

"Tapi sekarang saya tahu betapa salahnya saya. Dengan kekutan serta keahlian berpedang anda, saya yakin anda dapat menjadi pendekar pedang wanita nomor satu di dunia..."

Menatap ke arah langit, Koushirou berbisik. "Bahkan aku yakin tak akan lama lagi aku akan mendekar kabar anda mengalahkan Dracule Miwahk."

"Master Musashi, terima kasih karena telah menyadarkan saya. Mulai sekarang saya akan melatih Kuina dengan sepenuh hati." Koushirou membungkuk ke arah Musashi dengan sepenuh hati, menunjukkan rasa terima kasihnya yang dalam.

"Ayah!" Kuina menatap ayahnya dengan rasa tak percaya. Kuina menetaskan air matanya karena rasa kegembiraannya.

"Kuina, persiapkan fisik dan mentalmu. Pelatihan saya akan sulit!"

"Ya, ayah!" Jawab Kuina dengan bersemangat.

"Sial, aku juga akan bekerja lebih keras!" Zoro tak ingin kalah dengan Kuina.

Bagi Zoro, pertempuran tadi sangat memotiviasi dirinya. Dalam hati dia bersumpah bahwa suatu hari dia akan melampaui Musashi!

"Kuina, aku akan mengalahkanmu terlebih dahulu, setelah itu kakak Musashi!."

"Bekerjalah lebih keras, Zoro." Kuina menatap Zoro sambil tersenyum.

"Oke, pertempuran telah berakhir." Vermillion bertepuk tangan.

"Tuan Koushirou, sekarang sudah larut, jika anda tidak keberatan, bisakah anda membiarkan teman saya menginap untuk malam ini?"

"Tentu saja, tuan Vermillion." Koushirou mengangguk sambil tersenyum.

"Merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk menerima sang Dermawan serta master Musashi sebagai tamu Dojo."

"Mari, ikut saya."

Vermillion mengangguk lalu mengikuti Koushirou dengan yang lainnya.

"Kakak, sebelumnya kamu bilang bahwa kamu adalah pendekar pedang juga... jadi, apakah anda juga seorang pendekar pedang yang hebat?"

Mengikuti jejak Vermillion, Kuina bertanya dengan bersemangat. "Apakah anda juga bisa menggunakan teknik pedang kakak Musashi?"

Mendengar pertanyaan Kuina, Vermillion hanya bisa tertawa kecil. Kemudian dia menjawab dengan perkataan yang aneh.

"Aku adalah tulang dari pedangku.

Besi adalah tubuhku dan api adalah darahku.

Aku telah menciptakan ribuan pedang.

Yang tak mengenal mati.

Ataupun mengenal hidup.

Aku telah melampaui rasa sakit untuk menciptakan banyak sekali senjata.

Akan tetapi, tangan itu tak akan selalu memegang ketiadaan.

Jadi aku berdoa, unlimited Blade Works."

"???" Kuina, Zoro dan Koushirou merasa kebingungan ketika mendengar balasan Vermillion.

-----

read chapter 47 on;

patréon.com/mizuki77

ko-fi.com/mizuki77