Chereads / Becoming A Stepmother and Business Woman / Chapter 1 - BAB 1 Durian Runtuh

Becoming A Stepmother and Business Woman

tealover
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1.9k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - BAB 1 Durian Runtuh

Di kota Melbourne, matahari bersinar terik dan para pejalan kaki tampak sedang menikmati minuman dingin. Seorang gadis sedang mendengarkan surat wasiat yang dibacakan oleh pengacara di kantor sebuah bank terkenal di kota mereka. Gadis itu tampak terkejut dan tidak memercayai pendengarannya.

"Nona Gunawan, jika tidak ada pertanyaan, silakan tanda tangani dokumen-dokumen ini."

Mikaela masih tampak bingung ketika pengacara dan manajer bank mengingatkannya beberapa kali. Dia menerima pena yang diberikan pengacara dan menyelesaikan prosedur transfer. Kemudian, pengacara membawanya ke notaris untuk menyelesaikan prosedur serah terima. Setelah itu, Mikaela pulang ke rumahnya yang terletak di suburb bernama Mitcham.

Hari ini dia mendapat berita yang mengejutkan. Tante Mika mewariskan supermarket, saham beberapa perusahaan terkenal, rumah yang mereka tempati, uang senilai dua triliun dolar Amerika, beberapa properti di Jepang dan Korea serta sebuah kotak kayu peninggalan leluhur mereka.

Tante Mika juga mengatakan dia harus mengoleskan darah di symbol bunga lotus yang ada di bagian tengah kotak. Mika pernah mendengar cara membuka kotak menggunakan sidik jari atau kunci, tetapi belum pernah mendengar metode mengoleskan darah. Mungkin pengacara dan manajer bank tadi berpikir tante Mika terlalu banyak membaca novel atau menonton film.

Melihat symbol bunga teratai di bagian tengah kotak, Mika mengumpulkan keberanian untuk mengambil jarum dari kotak P3K. Dia membersihkan jarum menggunakan cairan saline, lalu menusuk jarinya sambil memejamkan mata.

Tetesan darah membasahi symbol bunga Teratai, namun tidak terjadi apa-apa. Mika menertawakan kebodohan dirinya dan berpikir tantenya pasti hanya bercanda. Gadis itu pergi ke dapur untuk membuat oolong tea favoritnya. Dia selalu meminum segelas teh oolong hangat untuk menenangkan diri. Mika duduk di kursi meja makan dan mulai tenggelam dalam lamunannya.

Hidup Mika bisa dibilang penuh dengan cobaan. Keluarga Gunawan berasal dari Indonesia. Kakek, nenek, serta kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat ketika dia berusia lima tahun. Tante Mika yang bernama Emma, membawa keponakannya pindah ke Melbourne. Mereka hidup sederhana dan Emma memiliki supermarket kecil yang menjual barang-barang dari Asia.

Karena tidak ingin membebani tantenya, Mika belajar dengan sungguh-sungguh sehingga dia mendapat beasiswa dari Universitas Peking di Beijing. Dia mengambil jurusan hubungan internasional karena ingin menjadi seorang diplomat. Selain itu, dia adalah seorang polygot dan menguasai 15 bahasa. Mika baru saja mengurus administrasi untuk mengikuti upacara kelulusan ketika mendengar kabar bahwa tantenya meninggal karena kecelakaan. Dia segera menyelesaikan semua urusan di Beijing dan kembali ke Melbourne untuk mengurus pemakaman tantenya.

Mata Mika tampak bengkak karena terlalu banyak menangis. Dua hari setelah pemakaman tantenya, Mika menerima telepon dari seorang pengacara yang mengaku memiliki surat wasiat Emma. Hari ini mereka bertemu untuk membacakan surat wasiat dan serah terima.

Mika benar-benar terkejut ketika mendengar isi surat wasiat. Selama ini mereka hidup sederhana, jadi dia tidak menyangka Emma memiliki harta sebanyak itu. Ketika sedang tenggelam dalam lamunannya, dia tidak menyadari bahwa kotak kayu di depannya diterangi cahaya samar dan cahaya itu semakin kuat.

Krek!

Mika tersentak ketika mendengar suara kotak terbuka. Ia mengambil pisau dan membuka tutup kotak menggunakan pisau itu. Di dalam kotak terdapat sebuah cincin yang terbuat dari batu giok. Mika tanpa sadar mengenakan cincin itu di jari manisnya.

Tiba-tiba, dia merasa seperti ditusuk dan darah mengalir ke cincin itu. Melihat pemandangan ini, Mika langsung panik dan mencoba melepaskan cincin. Namun, cincin itu seolah melekat di jarinya dan tidak bisa dilepas. Warna cincin itu berubah menjadi hijau tua dan ada sinar terang memancar ke seluruh ruangan.

Sebelum dapat mencerna apa yang sedang terjadi, cincin itu menghilang dan cahaya terang itu masuk ke glabella Mika. Dia segera pergi ke kamar mandi untuk memeriksa dahinya dan tidak menemukan bekas luka. Tangan Mika bergetar hebat saat memegang dadanya.

"Apa yang sedang terjadi?"

Mika langsung teringat novel-novel online mengenai reinkarnasi dan time travel yang sering dia baca. Gadis itu membutuhkan waktu yang lama untuk menenangkan diri dan dia baru tenang setelah menghabiskan dua gelas oolong tea hangat.

"Ke mana perginya cincin itu?"

Tiba-tiba, pemandangan di sekitar Mika berubah. Dia sedang berdiri di halaman dan matahari bersinar cerah. Mika melihat ke sekeliling dan melihat sebuah rumah 2 lantai, lima bangunan, sebuah mata air, sebuah danau dan sebidang tanah. Ketika berdiri di depan pintu rumah, Mika memejamkan mata karena merasa takut dan ingin keluar.

Ketika membuka matanya, dia sedang duduk di kursi meja makan. Mika meraih gelas di depannya dan berkata ingin masuk dalam hati. Kemudian, dia berdiri di depan pintu rumah sambil membawa gelas.

"Apakah aku memiliki ruang Ajaib seperti di novel yang aku baca?" katanya sambil membuka pintu rumah.

Ternyata rumah itu kosong dan sama sekali tidak memiliki perabotan. Di lantai pertama terdapat ruang tamu, kamar mandi tamu, ruang keluarga, ruang makan, dapur yang sangat luas, ruang mencuci pakaian, ruang penyimpanan dan di bagian belakang terdapat halaman luas untuk menjemur baju.

Mika naik ke lantai dua dan menemukan ada tiga ruangan kosong yang cukup luas, enam kamar tidur dengan kamar mandi pribadi. Salah satu kamar memiliki perabotan dan dia melihat sebuah surat di meja nakas. Jantung Mika berdetak kencang ketika mengambil surat itu. Di bagian amplop surat tertulis 'Untuk Mikaela'. Dia buru-buru membuka amplop dan membaca surat di dalamnya.

Mika merasa kewalahan ketika membaca isi surat peninggalan tantenya. Surat itu menceritakan bahwa kematian kakek, nenek dan kedua orang tuanya bukanlah kecelakaan biasa. Keluarga mereka dulunya adalah salah satu keluarga terkaya di Indonesia, tetapi konflik keluarga membuat mereka hancur. Adik kakek Mika ingin merebut kekayaan keluarga mereka dan tidak segan membunuh kakaknya sendiri.

Emma takut Mika akan ikut terbunuh, jadi dia memutuskan untuk pindah ke Melbourne dan membesarkan Mika di sana. Wanita paruh baya itu juga memperingatkan keponakannya agar berhati-hati dan hidup bahagia. Mereka hanya bisa memberikan materi agar Mika hidup berkecukupan dan mereka selalu mencintai Mika.

Emma juga memberi penjelasan mengenai ruang Ajaib ini. Di sini hanya ada siang hari dan tidak ada malam. Air yang ada di mata air memiliki fungsi mengobati penyakit dan membuat penggunanya awet muda. Satu di luar setara dengan lima hari di sini, namun waktu di sini hanya mempengaruhi hewan dan tanaman. Wanita paruh baya itu meminta Mika untuk memanfaatkan ruang Ajaib ini dengan sebaik-baiknya.

Setelah menenangkan diri, Mika melanjutkan eksplorasinya. Dia pergi ke bangunan lain yang ada di sekitar rumah. Bangunan pertama dipenuhi laci dan rak, namun semuanya kosong. Bangunan lainnya juga kosong, kemudian dia melihat lahan di dekat rumah.

Mika segera keluar dari ruang ajaibnya. Begitu keluar, dia segera mengucapkan kalimat ini dalam hatinya selama beberapa kali sampai dirinya tenang.

'Dari keserakahan, timbul kesedihan. Dari keserakahan, timbul ketakutan. Bagi ia yang sepenuhnya terbebas dari keserakahan, tidak ada kesedihan, apalagi kekhawatiran.'

Meski Mika tidak memeluk agama Buddha, namun kalimat itu benar-benar mengena di hatinya.

'Aku telah memiliki ruang Ajaib dan harta peninggalan keluargaku dan aku tidak boleh serakah.' pikirnya dalam hati.

Mika teringat novel yang pernah dia baca sebelumnya, pemeran protagonist di novel itu juga mendapat ruang Ajaib sebelum terjadi bencana besar, terlahir kembali atau melakukan time travel. Jika hal itu akan terjadi, maka dia harus segera mempersiapkan diri.