Sebelum menyusun rencana, Mika melakukan eksperimen kecil. Dia menaruh segelas air panas dan semangkuk es krim di dalam ruang Ajaib, lalu dia melakukan eksperimen yang sama di meja makan. Sambil menunggu, Mika mengambil laptopnya dan mulai menghitung semua aset yang dia miliki.
Dia memiliki rumah dan supermarket peninggalan tantenya, tiga rumah di Singapura, Tokyo dan Seoul, saham beberapa perusahaan terkenal, uang dua triliun dan tabungan pribadi senilai enam ratus ribu dolar. Selama 4 tahun kuliah, Mika mencari uang tambahan dengan menjadi penerjemah dan menulis novel online.
Akhirnya, Mika memutuskan untuk menjual rumah dan gedung supermarket. Dia akan menyimpan inventori supermarket tantenya di ruang Ajaib. Kemudian, dia akan menjual semua saham dan akan mengunjungi property di luar negeri setelah selesai mengumpulkan perbekalan di sini.
Mika mulai menyusun daftar perbekalan yang dia perlukan untuk bertahan hidup di masa depan. Satu jam kemudian, dia masuk ke dalam ruang Ajaib untuk melihat hasil eksperimennya. Ternyata air di cangkir masih panas dan es krim juga tidak meleleh.
'Apakah tempat ini memiliki fungsi menjaga kesegaran?' gumamnya.
Dia sangat senang karena bahan makanan yang dia simpan di sini tidak akan busuk. Mika keluar dari ruang Ajaib dan mulai menyortir barang-barang milik tantenya. Ketika menyimpan barang-barang tersebut di salah satu laci rak yang ada di ruang Ajaib, dia menemukan hal yang menakjubkan. Barang-barang itu mengecil menjadi seukuran beras dan jatuh ke dasar cabinet.
Mata Mika melebar dan ia mengambil kotak perhiasan milik tantenya. Kotak itu segera muncul di tangan Mika dalam ukuran normal. Mika akhirnya mengerti kapasitas cabinet di ruang Ajaib ini sungguh besar. Dengan begitu, dia tidak perlu khawatir membeli perbekalan dalam jumlah banyak.
Malam harinya, Mika menyewa sebuah warehouse untuk menerima perbekalan yang akan dia beli. Selama satu bulan berikutnya, dia menghabiskan waktu mengumpulkan perbekalan dari berbagai vendor. Mika membeli bahan makanan, obat-obatan, pakaian, benih tanaman,peralatan berkebun, peralatan elektronik, peralatan rumah tangga, furniture, dan masih banyak lagi. Dia juga membeli makanan dari berbagai restoran favoritnya di Melbourne. Pada minggu kedua, rumah dan supermarket Mika terjual dengan harga cukup tinggi.
Ketika memiliki waktu luang, Mika mendekorasi ruang ajaibnya. Untuk menambah kesan homey, dia menamai ruang ajaibnya, Eden. Pertama-tama, dia mendekorasi rumah utama. Meski Eden memiliki fungsi kesegaran, Mika tetap membeli kulkas dan freezer untuk menyimpan bahan makanan di rumah utama. Salah satu kamar diubah menjadi ruang belajar Mika, sedangkan sisanya diubah menjadi kamar tidur dan dia juga membuat ruang gym untuk berolah raga.
Suatu hari, Mika meminum air dari mata air dan dia mengalami diare seharian. Namun, setelah itu tubuhnya terasa ringan dan lebih sehat. Gadis itu mulai membangun kebun dan menanam sayuran, buah-buahan, dan bahkan beberapa tanaman obat. Mika juga bereksperimen untuk membuat rumah jamur.
Mika menyadari bahwa dia dapat mengendalikan Eden menggunakan pikirannya. Oleh karena itu, Mika dapat membangun kebunnya dalam waktu singkat. Kemudian, Mika mencoba membawa hewan hidup masuk ke dalam Eden. Setelah eksperimennya berhasil, dia memelihara ayam, bebek, angsa, sapi, babi, domba, ikan, kuda, keledai, kelinci dan beberapa hewan lainnya. Dia bahkan memelihara lebah penghasil madu.
Butuh waktu hampir satu bulan untuk mengumpulkan perbekalan di Australia. Mika berniat melanjutkan perjalanannya ke Indonesia, Singapura, Tokyo dan Seoul karena ingin mengumpulkan perbekalan sekaligus menjual rumah peninggalan tantenya. Untungnya, dia sudah memiliki paspor dan hanya perlu mengurus visa kunjungan ke negara-negara tersebut.
Satu minggu kemudian, Mika berangkat ke Jakarta dengan membawa satu koper kecil dan satu tas ransel. Dia menyimpan semua barangnya di Eden. Mika menyewa apartemen dan gudang, lalu lanjut mengumpulkan perbekalan. Dia tinggal di Jakarta selama satu minggu sebelum pindah ke Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan akhirnya Bali. Mika sengaja tidak tinggal terlalu lama di satu kota karena tidak ingin menimbulkan kecurigaan. Dia merasa puas dengan perbekalan yang berhasil diperoleh di Indonesia, sehingga memutuskan untuk berlibur di Bali selama beberapa hari.
Mika melanjutkan perjalanan ke Singapura dan hal pertama yang dia lakukan adalah menjual rumah peninggalan tantenya. Beruntung sekali, rumah itu terjual dalam waktu satu minggu. Selama menunggu proses administrasi, Mika sibuk berbelanja dan menikmati makanan lokal. Dia membeli ratusan porsi makanan siap makan dari restoran atau rumah makan favoritnya. Destinasi berikutnya adalah Tokyo. Mika menghabiskan dua minggu di Jepang untuk mengumpulkan perbekalan. Setelah menjual rumah peninggalan di Tokyo, dia melanjutkan perjalanan ke Osaka, Kyoto dan Hokkaido. Ada banyak hal menarik yang Mika temui di Jepang, dia bahkan membeli satu anak anjing Akita dan satu anak anjing Shiba inu. Mika merawat kedua anjingnya di Eden.
Mika menyempatkan diri untuk pergi ke Hongkong sebelum melanjutkan perjalanan ke Seoul. Setelah menjual rumah dan membeli perbekalan di Seoul, Mika mengunjungi Pulau Jeju selama beberapa hari karena dia ingin mengunjungi sebuah kafe yang menjual matcha roll cake favoritnya. Karena tugasnya sudah selesai, dia memutuskan untuk pergi ke Beijing. Mika tinggal di Beijing selama satu minggu, lalu dia mengunjungi Shanghai, Guangzhou, Xi'an, Fuzhou, Harbin dan Xiamen. Ketika mengunjungi kota-kota tersebut, Mika tidak lupa mengumpulkan perbekalan.
Dia tidak sengaja bertemu dengan seorang youtuber dari Australia dan mereka sepakat untuk mengunjungi Dunhuang bersama-sama. Pemandangan di Dunhuang membuat Mika terpesona, apalagi ketika dia mengunjungi Mogao caves dan mata air berbentuk hulan sabit. Amanda mengundang Mika untuk mengunjungi Changchun, ibu kota Provinsi Jilin di Tiongkok. Kebetulan sekali, Amanda sering mengunjungi kota itu karena kekasihnya yang berasal dari Jerman mendapat pekerjaan di perusahaan mobil Audi.
Kedua gadis itu mengunjungi pasar tradisional di pagi hari dan menemukan banyak makanan yang lezat. Mika menyewa sebuah gudang dan membeli berbagai produk segar dari pasar tersebut. Produk favoritnya adalah buah strawberry dan blueberry berukuran besar dari kota Dandong. Setelah berpetualang menjelajahi kota Changchun selama tiga hari, Amanda dan kekasihnya mengajak Mika pergi mengunjungi pegunungan Changbai bersama para ekspat di Changchun.
Pegunungan Changbai merupakan salah satu destinasi populer di Tiongkok. Pegunungan ini berbatasan langsung dengan Korea Utara dan puncak tertingginya adalah Gunung Paektu yang dianggap suci oleh masyarakat Korea Utara. Perjalanan dari kota Changchun menuju Changbaishan membutuhkan waktu hampir lima jam menggunakan mobil.
Rombongan tersebut memutuskan untuk menyewa bus dan sopir untuk mengantar mereka ke hotel tujuan. Begitu tiba di hotel, mereka segera makan dan beristirahat karena kelelahan. Keesokan harinya, Mika dan rombongan berniat mendaki gunung untuk melihat danau Tianchi yang berada di puncak Gunung Paektu. Pemandangan menuju ke tempat itu sangat indah karena diselimuti salju.
Jika ingin melihat danau tersebut, pengunjung harus mendaki anak tangga setinggi 900 meter atau 1442 anak tangga. Mika mengenakan pakaian tebal agar tidak kedinginan. Ketika mendaki anak tangga, dia benar-benar kagum dengan pemandangan di sekitarnya.
Begitu tiba di puncak, Mika seolah tidak bisa bernapas saat melihat hamparan air berwarna kebiruan di depannya. Setelah puas mengambil foto, rombongan itu segera kembali ke bus karena mereka akan makan siang. Mika merasa lelah sehingga dia tertidur di bus.